Its about responding to whatever life may bring you with positivity. We're talking about choosing your mindset, despite life's circumstances. It's the glass-half-full approach. Looking at
English Thesaurus1. a habitual or characteristic mental attitude that determines how you will interpret and respond to situations mental attitude, definitiona complex mental state involving beliefs and feelings and values and dispositions to act in certain ways derivationmental, definitioninvolving the mind or an intellectual process derivationmental, definitionof or relating to the mind derivationmental, definitioninvolving the mind or an intellectual process derivationmental, definitionof or relating to the mind Visual ArtiKataExplore mindset in > Situs lain yang mungkin anda suka • Kamus Bahasa Indonesia • Rima Kata THEPOWER OF MINDSET book. Read reviews from world's largest community for readers. Do you want to succeed and live a peaceful life? Do you want to subdu
Mindset Adalah – Setiap orang tentunya memiliki mindset yang berbeda-beda sesuai dengan rencana dan tujuannya masing-masing. Mungkin sebagian dari para pembaca sudah memahami betul apa itu mindset, namun menurut beberapa orang mindset ini memiliki pengertiannya masing. Tetapi, sebenarnya apa sih mindset itu? Mindset dapat diartikan sebagai suatu kumpulan pemikiran yang terbentuk sesuai dengan pengalaman dengan keyakinan sehingga dapat mempengaruhi perilaku atau cara berfikir seseorang dalam menentukan suatu sikap, pandangan hingga masa depan seseorang. Mindset juga terbagi atas beberapa jenis diantaranya seperti di bawah ini Fixed Mindset Mindset Tetap Mindset yang satu ini adalah mindset yang akan sesuai terhadap kepercayaan bahwa kualitas seseorang telah ditetapkan. Ciri-ciri mereka yang memiliki mindset tetap adalah ia yang memiliki keyakinan bahwa intelegensi, bakat atau sifat merupakan fungsi hereditas atau keturunan, ia yang relatif menghindari suatu tantangan, ia yang lebih mudah menyerah, ia yang memiliki anggapan bahwa usaha tidak ada manfaatnya, ia yang mengesampingkan kritik dan ia yang merasa terancam dengan kesuksesan orang lain. Growth Mindset Mindset Berkembang Mindset berkembang merupakan mindset yang didasarkan bahwa kualitas dari seseorang merupakan hal yang bisa diolah dengan beberapa usaha yang dilakukannya. Walau, setiap orang berbeda-beda dalam banyak hal namun masing-masing orang dapat berubah dan berkembang hanya melalui perlakuan serta pengalaman. Ciri-ciri mereka yang memiliki mindset berkembang adalah ia yang memiliki keyakinan bahwa intelegensi, bakat serta bukanlah fungsi atau keturunan, ia yang suka menerima tantangan, ia yang memiliki pemikiran positif dan ia yang dapat belajar dari kritik yang ia terima. Apakah Mindset Ini Bisa Diubah? Tentunya mindset atau pola pikir seseorang ini bisa diubah ataupun dibentuk ulang. Namun, pemicunya ini juga bisa beberapa macam. Ada yang dapat diubah dengan kesadaran sendiri, ada yang berubah setelah mengalami suatu peristiwa dan ada juga pola pikir yang dapat diubah dengan bantuan psikolog Neuro-linguistic programming NLP yang kompeten pada bidangnya. Untuk waktu atau proses perubahannya tentunya berbeda-beda setiap orang, bisa lama, bisa cepat, bisa sulit, bisa mudah. Dengan memiliki pola pikir yang berkembang, setiap orang tentu dapat menyadari suatu kondisi dengan lebih baik. Baca juga Sudah Tahu Apa Itu Entrepreneur? Cari Tahu Selengkapnya! Hal yang Dapat Mempengaruhi Mindset Lingkungan Sekitar Lingkungan menjadi salah satu hal yang dapat mempengaruhi mindset seseorang. Dengan lingkungan yang baru ini kamu dapat mengarahkan dan mempengaruhi kamu untuk lebih bersemangat untuk melihat masa depan dan mendukung proses kamu untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu juga dengan lingkungan baru kamu juga dapat memiliki kesempatan lebih untuk melihat cara pandang yang baru. Informasi yang Diterima Semakin banyak informasi yang mudah untuk diterima menjadikan ini juga dapat mempengaruhi pola pikir seseorang. Informasi yang diterima juga beragam mulai dari informasi yang baik dan benar, hingga buruk dan tidak benar, semua ini tanpa sadar kamu terima. Secara tidak sadar ini juga membuat pola pikir yang merespon hingga memasukkan informasi tersebut ke dalam pikiran dan membuat kreativitas, daya ingat serta hal lainnya agar pikiran dapat bekerja kepada arah-arah yang positif. Pengalaman Masa Lalu Setiap orang tentunya memiliki masa lalu yang indah dan tidak. Namun, dengan cara pandang atau pola pikir yang dimilikinya inilah yang dapat membedakannya. Dengan masa lalu yang kelam tentunya dapat membentuk suatu pola pikir dengan trauma lalu membuat perkembangan kita untuk menyusun masa depan yang baik agar terhambat. Karena itu, ada baiknya untuk melupakan masa lalu dan melihat masa sekarang yang dapat dilakukan sehingga dapat menghasilkan hal yang lebih baik untuk masa depan. Contoh Pola Pikir Positif yang Berdampak Besar Menerima kesalahan sebagai bagian normal Orang-orang sukses cenderung melihat kesalahan sebagai peluang untuk belajar dan mencoba lagi Namun, penting juga untuk mengambil langkah-langkah yang lebih cerdas di kesempatan berikutnya. Individu dengan pola pikir pertumbuhan growth mindset mampu menikmati proses belajar dari kesalahan dan melihat sisi positif dari hal-hal negatif tersebut. Namun, di akhirnya, tetap penting untuk menghindari kesalahan yang berulang. Tanpa keberanian untuk mengambil risiko, sulit untuk mencapai prestasi yang memuaskan. Dalam karier, penting untuk keluar dari zona nyaman dan terus berkembang. Bekerja untuk terus belajar Memang, bekerja umumnya untuk mencari penghasilan Namun, jika setiap hari kita hanya bekerja untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh atasan tanpa adanya pembelajaran, hal ini bukanlah yang ideal. Selama berkarier, penting untuk terus berkembang baik secara pribadi maupun dalam hal keahlian. Oleh karena itu, salah satu pola pikir yang tidak kalah penting adalah bekerja untuk terus belajar. Teruslah mengasah kemampuan dari berbagai sumber, seperti membaca buku, mengikuti kelas online, atau belajar dari senior di tempat kerja. Pastikan untuk tidak terjebak pada tingkatan yang sama meskipun sudah bertahun-tahun bekerja. Selalu ingin tahu Memiliki keinginan yang besar untuk terus belajar dalam konteks yang positif adalah pola pikir yang juga sangat penting Pola pikir ini berhubungan dengan hasrat Anda untuk terus berkembang. Mempertanyakan banyak hal dan berusaha memahaminya adalah salah satu ciri dari pola pikir pertumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa Anda memiliki keinginan untuk terus memperkaya diri dengan pengetahuan baru. Bersyukur selalu Pola pikir positif ini akan membuat Anda lebih bahagia dan optimis Meskipun ada banyak tantangan dalam perjalanan karier Anda, Anda akan mampu menghadapinya dengan baik dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik di akhirnya. Anda dapat melatih pola pikir ini dengan menuliskan hal-hal yang Anda syukuri setiap hari. Minimal, catatlah satu hal. Dengan konsisten melakukannya, otak Anda akan terbiasa untuk lebih menghargai apa yang Anda miliki daripada selalu berharap lebih. Kembangkan Dana Sekaligus Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan Melakukan Pendanaan Untuk UKM Bersama Akseleran! Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Sebagai platform pengembangan dana yang optimal dengan bunga hingga 10,5% per tahun kamu dapat memulainya hanya dengan Rp100 ribu saja. Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi 021 5091-6006 atau email ke [email protected]
MINDSETseperti inilah yang ingin saya gambarkan pada Anda: 1. Bahwa sebenarnya MENJUAL itu MUDAH 2. Bahwa seni MENJUAL sudah ter"download" di benak kita dan dalam diri kita sejak kecil 3. Bahwa dalam MENJUAL perlu "Meminta." Mengapa? Karena jika tidak meminta, tentu tidak akan mendapatkan hasilnya 4.

Bagaimana kita melihat sesuatu, itu bergantung kepada perintah pikiran, Misalnya saja, apakah kita melihat tugas sebagai beban atau tantangan. Bagaimana kita melihat sebuah peristiwa, menimbang pekerjaan, menyikapi persoalan, itu berpulang kepada bagaimana kita berpikir atau mindset. Mindset merupakan lensa terdalam yang kita gunakan dalam melihat dunia apakah kita melihat dunia secara positif ataukah sebaliknya; apakah kita memandang keberhasilan orang lain sebagai inspirasi atau melihatnya dengan rasa iri dan curiga. “Kebahagiaan Anda berhubungan dengan mindset Anda, bukan dengan lingkungan di luar diri Anda,” kata Steve Maraboli dalam Life, the Truth, and Being Free. Banyak buku ditulis mengenai mindset dan cara berpikir, berikut ini beberapa di antaranya yang menarik, penting, relevan, dan membantu kita dalam membenahi mindset dan menerapkannya dalam hidup sehari-hari. Iklan Mindset, Carol Dweck Sejak ditemukan’ oleh psikolog Carol Dweck, gagasan mindset menjadi isu sentral yang kerap dibicarakan bila orang membahas prestasi dan keberhasilan. Carol memilah mindset ke dalam dua kategori fixed mindset dan growth mindset. Mindset pertama cenderung memandang kapasitas, kecerdasan, bahkan perilaku orang bersifat tetap fixed. Sedangkan growth mindset beranggapan bahwa orang bisa berubah, bertambah cerdas, dan bertambah baik perilakunya. Gagasan mindset Dweck bermanfaat bukan hanya bagi individu, tetapi juga untuk kebutuhan dunia bisnis, pendidikan, hingga olahraga. Buku langka dari jenisnya ini membantu kita untuk berubah secara positif dalam hidup dan karier. Orang-orang yang memiliki pola pikir positif growth mindset akan berusaha mengembangkan dirinya, memperbaiki perilaku dan kebiasaannya, meningkatkan ketrampilan dan kecerdasannya baik intelektual maupun non-intelektual. Dweck menunjukkan bahwa kita mampu mengubah mindset pada tahap kehidupan yang manapun, asalkan ada motivasi untuk berubah. Tidak ada kata terlambat untuk berubah menjadi lebih baik dalam banyak aspek kehidupan kita. Put Your Mindset at Work, James Reed dan Paul G. Stoltz Pentingnya mindset digambarkan oleh James Reed dan Paul G. Stoltz seperti ini “Pola pikir itu bukan sekedar mengalahkan keahlian, tapi mengalahkan dengan kekuatan bak tanah longsor.” Maksud mereka, mindset jauh lebih penting dan mendasar dibanding keahlian—begitu mindset berubah, banyak hal akan berubah. Dua psikolog tersebut menyusun 20 kualitas pola pikir terpenting yang menjadi pilihan para manajer. Enam kualitas teratas ialah bersikap jujur dan dapat dipercaya masing-masing 100%, berkomitmen dan mampu beradaptasi 99,77%, serta bertanggung jawab dan fleksibel 98,60%. Reed dan Stoltz menyebutkan, pola pikir Global, Good, Grit 3G merupakan saripati seluruh kualitas mindset yang dikehendaki oleh pemberi kerja. Global terkait keterbukaan dalam menerima pengalaman dan ide baru, serta kemampuan membuat koneksi dan menciptakan kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada. Good berkenaan dengan bagaimana kita melihat dan memperlakukan dunia dengan cara yang menguntungkan orang-orang di sekeliling kita. Grit berarti keteguhan dalam mengupayakan sesuatu. Karya Reed dan Stoltz ini relatif lebih praktis dan bermanfaat untuk diterapkan di dunia kerja. Berpikir Besar, Bertindak Kecil, Jason Jennings Buku ini dirancang oleh Jennings terutama untuk para pebisnis. Resep berpikir besar, bertindak kecil’ menjadi daya dorong pertumbuhan bisnis secara konsisten dan menguntungkan. Jennings menemukan resep itu dari studinya atas perusahaan-perusahaan yang berhasil mencetak pertumbuhan 10% setiap tahun secara terus-menerus. Jennings memadukan dua unsur penting, yakni berpikir dan bertindak, yang satu besar dan yang satu lagi kecil. Jadi terkesan kontradiktif. Namun Jennings menunjukkan bagaimana dua hal yang terkesan berlawanan itu menimbulkan dampak perubahan yang besar, dalam konteks berpikir besar dan bertindak kecil. Ia membagi perpaduan pikiran dan tindakan ke dalam empat kategori. Pertama, berpikir kecil, bertindak kecil. Perusahaan seperti ini memiliki ambisi tunggal mencukupkan nafkah bagi pemiliknya. Mereka pelit untuk berinvestasi. Kedua, berpikir kecil, bertindak besar. Karena jarang punya gagasan orisinal, perusahaan jenis ini berpuas diri dengan melebih-lebihkan prestasi masa lampau. Mereka bertindak seolah-olah perusahaan besar. Ketiga, berpikir besar, bertindak besar. Dipersenjatai dengan gagasan besar yang lezat, mereka mulai dengan rekam jejak yang menjanjikan kantor mewah, gaji besar, dsb. Kemudian, terjadi sesuatu yang mengirim mereka ke sisi gelap. Keempat, berpikir besar, bertindak kecil. Pemikiran besar mereka didasarkan pada ide-ide besar yang otentik, murni untuk memecahkan masalah pelanggan, membuat sesuatu jadi lebih baik, atau menciptakan nilai. Termasuk di dalam kategori terakhir inilah, menurut Jennings, orang-orang dan perusahaan-perusahaan yang berbuat benar. Keberhasilan mereka dihubungkan oleh garis merah yang sama berpikir besar, bertindak kecil. Buku ini inspiratif, bukan hanya bagi perusahaan, tapi juga bagi individu manusia. Kekuatan Berpikir Negatif, Bob Knight Knight memulai bukunya dengan pengantar yang menggugat kesadaran kita akan optimisme, yang menurutnya, agak berlebihan. “Pemikir positif pada umumnya merasa bahwa jalannya akan benar dan tidak bakal salah apabila ia meyakininya,” tulis Knight. “Pemikir negatif tidak meyakininya.” Knight banyak memberi contoh dari pengalamannya sebagai pelatih tim bola basket. Dengan berpikir negatif, ia bersikap waspada dalam menyongsong setiap pertandingan. Salah satu nasihatnya kepada para pemain ialah mengabaikan atau gagal melihat potensi kesalahan akan mendatangkan kegagalan. Sudut pandang negatif ini sebenarnya sudah diajarkan di masa Yunani kuno. Menurut sebagian filsuf masa itu, kadang-kadang cara terbaik untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti ialah fokus bukan pada skenario terbaik, tetapi pada skenario terburuk. Dengan mengambil kearifan dari kepelatihannya, Knight memiliki dua kata favorit dalam Bahasa Inggris yang berulang kali ia ucapkan, yakni No’ dan Don’t’. “Kata no dan don’t merupakan bagian penting dari kekuatan berpikir negatif,” tulisnya. Frasanya memang negatif, kata Knight, tapi bila dipakai dengan tepat kata-kata itu bisa mendatangkan hasil yang sangat positif. Dalam hemat saya, Knight telah menawarkan cara berpikir yang berbeda untuk sampai pada tujuan yang sama kesuksesan. Blink, The Power of Thinking without Thinking, Malcolm Gladwell Keunikan cara pandang Malcolm Gladwell bukan hanya berhenti pada The Tipping Point 2000. Dalam buku pertamanya ini, Gladwll menjelaskan bahwa tindakan-tindakan kecil dapat meletupkan epidemi sosial’—istilah yang ia beri konotasi positif. Dalam Blink, yang terbit lima tahun kemudian, Gladwell menawarkan kehebatan intuitive thinking. Sebenarnya, menurut Gladwell, intuitive thinking bukan pikiran yang datang entah dari mana, melainkan pikiran yang muncul dari alam-bawah-sadar lantaran pengalaman yang tertimbun dalam otak. Kita memberi perhatian terlampau banyak pada tema-tema besar’ dan terlalu sedikit pada momen-momen selintas’ dan melupakan sama sekali kekuatan intuisi. Meski sukses, karya Gladwell ini tidak luput dari kritik. Blink dituding mendorong orang untuk malas berpikir. Kendati begitu, Blink telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 25 bahasa. “Dengan Blink, saya ingin agar orang-orang memanfaatkan kekuatan besar intuisi mereka dengan serius,” kata penulis ini. Dan saya kira, Gladwell menawarkan sudut pandang berbeda yang layak dipertimbangkan. Itulah setidaknya lima judul buku yang menantang cara berpikir Anda. Saatnya untuk percaya bahwa faktor utama yang memengaruhi capaian seseorang bukanlah kemampuan yang sudah ia punyai, melainkan kemampuan-kemampuan baru yang terus tumbuh dan mengarah kepada suatu tujuan. Dan itu berpulang kepada cara berpikir. *** Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.

MediaEdukasi dan Praktek Kewirausahaan (Blog 463) Laman. Beranda; Proyek 1.0; Proyek 2.0; Proyek 3.0; Pebisnis; Top Startup
Apa Itu Mindset? Mindset sama artinya dengan pola pikir. Pola Pikir adalah pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang dijadikan sebagai acuan dan rujukan dalam berpikir. Cara berpikir orang yang memiliki mindset pragmatis berbeda dengan cara berpikir orang yang memiliki mindset hedonis. Orang yang pragmatis menilai sesuatu menurut kegunaannya. Sebagai contoh, saat membeli ponsel, orang yang pragmatis tidak banyak mempertimbangkan gaya style. Apa yang mereka pertimbangkan adalah fungsi ponsel tersebut. Ponsel yang bagus menurut mereka adalah ponsel yang harganya terjangkau, awet, dan memiliki fitur-fitur yang dapat digunakan untuk membantunya dalam komukasi sehari-hari. Nah, sebaliknya, bagi orang yang hedonis, gaya style lebih penting daripada fungsi ponsel itu sendiri. Saat membeli ponsel, pertimbangkan mereka adalah apakah ponsel itu membantunya meningkatkan prestise. Atau, jika tidak, untuk kesenangan seperti bermain game. Cara berpikir orang yang memiliki mindset result-oriented berorientasi pada hasil berbeda dengan cara berpikir orang yang memiliki mindset process-oriented berorientasi pada proses. Menurut mereka yang result-oriented, yang terpenting adalah hasil. Bagaimana pun cara memperoleh hasil tidak penting bagi mereka. Sebaliknya, bagi orang yang process-oriented, yang terpenting adalah proses atau cara memperoleh hasil. Mereka tidak terlalu berfokus pada hasil yang akan dicapai. Fokus perhatian mereka terletak pada proses. Nah, contoh-contoh di atas merupakan contoh mindset dan bagaimana ia memengaruhi sikap seseorang. Pentingnya Mindset dalam Berbisnis Saat Anda memulai bisnis, Anda perlu memiliki mindset yang dapat mendukung kegiatan bisnis Anda. Mindset bisnis ini sangat penting. Ia akan menjadi acuan tindakan Anda berkaitan dengan bisnis tersebut. Kegagalan sering terjadi akibat Anda menerapkan mindset yang tidak mendukung kesuksesan Anda. Sebagai contoh, Anda memiliki keyakinan bahwa Anda mustahil mendapatkan penghasilan 100 juta rupiah perbulan. Keyakinan itu tidaklah main-main! Dikatakan tidak main-main karena tindakan Anda senantiasa sesuai dengan keyakinan itu. Saat Anda yakin bahwa Anda tidak mampu mendapatkan penghasilan 100 juta rupiah perbulan, maka tindakan-tindakan Anda pun akan mencerminkan keyakinan itu. Mungkin, saat ini, dalam hati, Anda mengatakan bahwa Anda mampu menghasilkan 100 juta rupiah perbulan, tetapi selama keyakinan Anda mengatakan yang sebaliknya, ucapan dalam hati Anda itu akan diabaikan begitu saja oleh otak. Keyakinan Sadar dan Keyakinan Bawah Sadar Di dalam otak, terdapat dua lapis pemikiran. Lapisan atas adalah keyakinan-keyakinan sadar, sedangkan lapisan bawah adalah keyakinan-keyakinan bawah sadar. Keyakinan bawah sadar dapat terbentuk dari repetisi alias pengulangan. Ini artinya, terbentuknya keyakinan bawah sadar tidak serta-merta. Butuh waktu untuk membentuknya. Namun demikian, tidak jarang juga keyakinan bawah sadar terbentuk secara serta merta, melalui pengalaman traumatik. Pembentukan keyakinan bawah sadar dengan repetisi persis seperti pembentukan kebiasaan. Kebiasaan terbentuk manakala kita mengulanginya secara rutin. Sebagai contoh, awalnya kita tidak memiliki kebiasaan bangun pagi; Kita selalu bangun telat. Nah, jika ingin terbiasa bangun pagi, maka setiap hari, kita harus bangun pagi. Saat kita berat untuk membuka mata, maka kita harus memaksa diri untuk membuka mata. Demikian juga halnya dengan keyakinan bawah sadar. Ia akan terbentuk manakala kita mengulanginya setiap hari. Sebagai contoh, awalnya Anda percaya adanya hantu. Jika Anda ingin membentuk keyakinan bahwa hantu itu tidak ada, Anda harus mengulangi keyakinan itu dalam hati Anda. Anda harus meyakinkan diri bahwa hantu itu tidak ada. Bahkan, Anda perlu mengikrarkannya dalam hati atau pun secara lisan. Anda juga perlu mengulangi ikrar itu setiap hari hingga akhirnya keyakinan bahwa hantu itu tidak ada benar-benar terbentuk di dalam pikiran bawah sadar Anda. Meskipun pembentukan keyakinan bawah sadar melalui repetisi membutuhkan waktu yang lama, tetapi sekali keyakinan itu terbentuk, maka ia sangat sulit dihilangkan. Hal itu juga berlaku untuk kebiasaan. Kebiasaan sangat sukar dibentuk. Tetapi, sekali terbentuk, ia sangat sukar dihilangkan. Nah, jika keyakinan bawah sadar sukar dibentuk dan sukar dihilangkan, keyakinan sadar adalah kebalikannya. Pembentukan keyakinan sadar relatif lebih mudah dibanding pembentukan keyakinan bawah sadar. Terlebih, jika keyakinan itu didukung oleh bukti-bukti yang membenarkannya. Akan tetapi, saat keyakinan sadar tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan keyakinan bawah sadar, maka keyakinan sadar akan kalah. Inilah kehebatan pikiran bawah sadar. Entah bagaimana, sudah dari sananya, pikiran bawah sadar kitalah yang mendominasi diri kita, bukan pikiran sadar. Selain itu, dominasi pikiran bawah sadar juga dikarenakan, ia memuat kebiasaan-kebiasaan yang TIDAK MUDAH HILANG begitu saja. Ingat! Sebagaimana disebut di atas, pembentukan keyakinan bawah sadar sama persis dengan pembentukan kebiasaan. Ini artinya, KEYAKINAN BAWAH SADAR TIDAK LAIN MERUPAKAN SUATU JENIS KEBIASAAN. Pembentukan keyakinan bawah sadar adalah melalui repetisi. Artinya, kita merepetisi atau membiasakan keyakinan-keyakinan itu dalam pikiran kita, setiap hari. Dan, kita tahu saat kebiasaan diadu dengan kehendak kehendak adalah kegiatan pikiran sadar, kebiasaan selalu menang. Kita terbiasa menulis dengan tangan kanan. Saat kita berkeinginan berkehendak untuk menulis dengan tangan kiri, hal itu sangat sukar dilakukan. Karena, kita tidak terbiasa menulis dengan tangan kiri. Keyakinan bawah sadar biasanya terbentuk saat kita masih kecil. Ia didapat dari pendidikan, keyakinan agama yang dianut orang tua, filsafat, ideologi, budaya, dan pengalaman. Sementara itu, keyakinan sadar adalah keyakinan yang terbentuk secara spontan ketika kita mengalami pengalaman yang diperoleh lewat pancaindra. Jadi, pada saat yang bersamaan, kita memiliki keyakinan bawah sadar dan juga keyakinan-keyakinan sadar. Bedanya, keyakinan bawah sadar sudah menetap di dalam otak jauh lebih lama dibanding keyakinan sadar kita. Keyakinan sadar kita sebentar muncul saat kita mengalami pengalaman, dan sebentar menghilang. Contohnya, sebagai orang yang bermoral, di tingkat bawah sadar, kita memiliki keyakinan yang sesuai dengan moral yang kita anut. Keyakinan itu menetap di dalam otak kita dan menjadi pegangan hidup sehari-hari. Menurut ajaran moral kita, mencuri adalah perbuatan yang terlarang. Nah, ajaran itu tersimpan di dalam bawah sadar kita sebagai keyakinan bawah sadar. Pada suatu hari, ada peristiwa pencurian. Pencurian itu dilakukan oleh seorang nenek tua yang kelaparan. Saat mengetahui peristiwa itu, pikiran sadar kita berreaksi dan menganalisis. Akhirnya, didapat kesimpulan bahwa nenek itu tidak bersalah. Ini menurut pikiran sadar kita. Tetapi, karena keyakinan bawah sadar kita mengatakan mencuri adalah perbuatan yang dilarang, maka terjadi pertentangan antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar kita. Atau, jika pikiran sadar kita lemah, maka pikiran bawah sadarlah yang menang. Keyakinan sadar kita akan diabaikan begitu saja oleh otak kita. Walhasil, dalam tingkatan sadar, kita pun menganggap bahwa sang nenek tetap bersalah. Keyakinan Bawah Sadar, Mindset, dan Mindset Sukses Nah, mindset tidak lain adalah keyakinan bawah sadar itu sendiri. Jadi, mindset dapat terbentuk dari pendidikan yang kita peroleh sedari kecil, pandangan-pandangan hidup yang diajarkan kepada kita, budaya yang berlaku di dalam lingkungan kita, dan juga pengalaman-pengalaman yang kita alami. Dalam kaitannya dengan bisnis, kegagalan yang kita alami bisa disebabkan oleh mindset yang tidak mendukung kegiatan bisnis. Mindset seperti itu bisa terbentuk akibat pengalaman hidup kita. Sebagai contoh, kita terlahir di tengah keluarga sederhana. Pendidikan kita pun tidak terlalu tinggi. Prestasi kita di masa sekolah pas-pasan. Pengalaman menjadi anak dari keluarga sederhana dan menjadi anak yang kepintarannya biasa-biasa saja seperti di atas bisa membentuk keyakinan bawah sadar kita. Karena pengalaman itu, kita pun menjadi orang yang pesimis, memandang bahwa kita tidak mungkin bisa menjadi pengusaha yang kaya raya. Keyakinan itu menetap di dalam pikiran bawah sadar kita dan menjadi pegangan hidup sehari-hari, menjadi mindset hidup kita. Suatu saat, seorang teman menyarankan agar kita membangun bisnis daripada bekerja kepada orang lain. Di dalam tingkatan sadar, pikiran kita setuju dengan ide itu. Kita pun mulai membangun bisnis. Celakanya, keyakinan bawah sadar kita masih seperti sebelum kita membangun bisnis, yaitu bahwa kita tidak mungkin bisa menjadi pengusaha yang kaya raya. Nah, karena keyakinan bawah sadar kita masih meyakini bahwa kita mustahil menjadi pengusaha kaya raya, maka tindakan-tindakan kita pun akan mengikuti keyakinan itu. Alih-alih menjalankan strategi yang memajukan bisnis kita, kita justru melakukan tindakan-tindakan yang menjauhkan bisnis kita dari profit. Tindakan-tindakan kita itu dikendalikan oleh keyakinan bawah sadar yang tak lain mindset kita, bukan oleh kehendak sadar kita. Nah, itulah mengapa, saat berbisnis, kita perlu merubah mindset kita. Jika mindset kita tidak mendukung bisnis, kita harus merubahnya dengan mindset yang baru. Syaratnya, mindset baru itu harus mendukung bisnis kita. Contoh mindset yang mendukung kegiatan bisnis adalah “Saya bisa mendapatkan penghasilan sekian ratus juta atau milyar setiap tergantung keinginan kita; “Saya bisa memimpin perusahaan”; “Saya mendapatkan konsumen yang banyak”, dan sebagainya. Nah, demikianlah pentingnya mindset dalam kegiatan bisnis. Mindset adalah keyakinan yang menjadi rujukan dan pegangan bagi kita dalam bertindak. Semua tindakan kita senantiasa berdasarkan mindset yang kita miliki. Jika dianalogikan, mindset ibarat jalan yang kita tempuh. Saat kita ingin sukses, maka kita harus memilih jalan menuju sukses. Jika kita memilih jalan lainnya, maka sampai kapan pun kita tidak akan mencapai sukses. Sekarang, sudahkah Anda menelusuri mindset Anda? Apakah mindset Anda mendukung kesuksesan Anda? Be positif and always think positif sumber artikel
Yangkalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya yaitu, Ingat. Keep in mind ini juga bisa berarti, "camkan, ingat-ingat, renungkan" tergantung kepada konteks kalimatnya. Di situ diberikan contoh kalimatnya yaitu, Keep your constituency in mind when you speak. Yang kalau saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya yaitu,

Growth mindset adalah salah satu pola pikir yang harus dimiliki jika ingin sukses dalam karier. Namun, apakah kamu sudah paham maksud dari istilah yang satu ini? Jika dilihat secara harfiah, growth mindset adalah pola pikir yang berkembang. Jadi, pemilik pola pikir yang satu ini tidak akan mau diam dan ingin selalu belajar banyak hal. Penasaran dengan pembahasan growth mindset lebih dalam? Berikut ini Glints persiapkan rangkumannya hanya untukmu. Yuk, disimak! Definisi Growth Mindset © Dilansir dari Thomas Edison State University, Carol Dweck pertama kali mengenalkan dua istilah pola pikir yaitu growth mindset dan fixed mindset lewat bukunya yang berjudul Mindset The New Psychology of Success. Dari buku tersebut, psikolog di Stanford University tersebut menyebutkan bahwa growth mindset adalah salah satu kunci untuk mendapatkan suatu kesuksesan. Artinya, individu yang memiliki growth mindset adalah mereka yang akan selalu percaya bahwa bakat yang dimilikinya selalu dapat dikembangkan. Pengembangan bakat tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan kerja keras, menggunakan strategi yang tepat saat bekerja, hingga mendengarkan masukan dari orang lain. Hal ini memiliki arti bahwa orang yang memiliki growth mindset akan berpikir bakat yang dimilikinya sejak lahir adalah sebuah permulaan. Jadi bakat tersebut tidak akan menjadi patokan kesuksesannya. Mereka akan selalu belajar demi mendapatkan banyak keterampilan baru yang akan membantunya mendapatkan kesuksesan dalam karier. Salah satu hal menarik dari pemilik growth mindset adalah mereka tidak akan takut gagal. Bahkan, kegagalan sering disebut sebagai hambatan menuju kesuksesan yang harus ditaklukan. Hal itu sangat berbeda dengan pemilik fixed mindset yang lebih mengandalkan pada bakat untuk meraih kesuksesan. Dilansir dari Education Reform, Carol Dweck menyebutkan bahwa pemilik fixed mindset adalah orang-orang yang percaya dengan kualitas dasarnya seperti bakat dan kecerdasan yang bersifat tetap. Jadi, biasanya mereka akan menghabiskan waktu untuk mendokumentasikan dan memamerkan kecerdasannya dan bukan mengembangkannya seperti yang dilakukan oleh pemilik growth mindset. Selain itu, bakat yang dimilikinya sangat dipercaya dapat menciptakan kesuksesan meskipun tanpa melakukan usaha apa pun. Dari penjelasan di atas diketahui bahwa perbedaan growth mindset dan fixed mindset sangatlah mencolok dan mempengaruhi caranya memandang bakat. Manfaat Growth Mindset Menurut CareerOne, setidaknya ada 5 manfaat yang bisa kamu dapatkan jika memiliki growth mindset. Di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Meningkatkan kepercayaan diri Setiap orang pasti memiliki kelemahannya masing-masing. Banyak dari mereka yang justru menjadi insecure dengan kelemahannya. Orang dengan growth mindset justru tetap akan percaya diri karena ia mau berusaha memperbaiki kelemahannya tersebut. 2. Belajar skill baru Saat melamar pekerjaan, ada kemungkinan bahwa kamu tidak 100% memiliki skill yang dibutuhkan. Namun, recruiter tetap akan tertarik padamu jika kamu memiliki growth mindset. Mengapa? Mindset inilah yang bisa membuatmu terbuka untuk belajar hal baru. Hal ini memiliki arti bahwa orang dengan growth mindset tidak merasa puas dengan ilmu yang dimilikinya. 3. Mau menerima tantangan Tak hanya di dunia kerja, kamu pasti menemukan tantangan baru di mana pun kamu berada. Tantangan ini yang bisa membuatmu jadi lebih baik, secara personal maupun profesional. Fixed mindset hanya akan menghambatmu untuk berkembang. 4. Mendapatkan kesempatan baru Manfaat growth mindset selanjutnya adalah kemudahan untuk mendapat kesempatan baru. Seiring kamu memperbaiki diri secara terus-menerus, opprtunity akan datang dengan sendirinya. Siapa pun akan tertarik untuk bekerja sama dengan orang yang selalu terbuka untuk memperbaiki diri dan belajar hal baru. 5. Mudah menerima feedback Feedback adalah hal yang sangat berguna untuk membantu kamu belajar dari kesalahan. Terkadang, kita tidak menyadari kekurangan atau bahkan kelebihan kita sendiri. Artinya, kalau kamu memiliki growth mindset, kamu akan melihat feedback sebagai kesempatan untuk belajar. Bukan untuk menyerang atau mengungkit keselahanmu. Kesalahpahaman Umum Mengenai Growth Mindset © Lewat Harvard Business Review, Carol Dweck pernah menuliskan beberapa kesalahpahaman yang sering terjadi dalam memandang growth mindset. Berikut ini penjelasannya 1. Saya selalu memiliki growth mindset dan akan selalu memilikinya Kalimat di atas sering diucapkan seseorang yang merasa memiliki growth mindset. Sayangnya, masih banyak yang kebingungan dengan perbedaan growth mindset dan berpikiran terbuka. Menurut Dweck, tidak ada seorang pun yang memiliki growth mindset yang “alami” karena semua orang memiliki campuran dari growth dan fixed mindset. Namun, jika pola pikir berkembang lebih besar, akan membuatnya memiliki growth mindset. Begitu juga sebaliknya, jika pola pikirnya lebih cenderung tetap dan tidak menyukai perubahan, akan lebih memiliki fixed mindset. 2. Growth mindset hanya tentang memuji dan penghargaan pada usaha yang dilakukan Growth mindset adalah pola pikir yang membuat kita ingin selalu mengembangkan diri dan memiliki berbagai keterampilan baru. Jadi, saat dikatakan bahwa growth mindset adalah sarana untuk memuji dan memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan tentunya sangat salah. Memiliki growth mindset akan membuat kita selalu produktif untuk belajar hal baru. Setiap proses pembelajaran mulai dari mencari bantuan dari orang lain atau bahkan mengalami kegagalan merupakan proses yang akan selalu dihargai. Jadi dalam studi yang dilakukan Dweck, growth mindset tidak hanya upaya memberikan penghargaan pada usaha yang dikeluarkan saja, tapi juga menghargai setiap proses pembelajarannya. 3. Hanya dengan mendukung growth mindset, maka semua akan menjadi lebih baik Saat ini sudah banyak sekali perusahaan yang mendukung agar karyawannya memiliki growth mindset. Namun, jika hanya mendukung saja tanpa tahu konsekuensinya, maka bisa disebut jika itu hanya basa-basi saja. Perusahaan yang mendukung karyawannya memiliki growth mindset tentunya akan paham dengan risiko kegagalan. Pasalnya, dalam proses belajar dan pengembangan diri, kegagalan adalah hal yang pasti terjadi. Jadi, misalnya perusahaan mengaku mendukung karyawan memiliki growth mindset tapi melarang mereka berbuat salah dan hanya meminta kesuksesan, itu hanyalah omong kosong belaka. Jika memang ingin memiliki karyawan yang selalu tumbuh, maka kompetisi tidak sehat di antara karyawan harus dihapuskan. Selain itu, kolaborasi karyawan juga harus selalu didukung agar mereka bisa mengembangkan diri dengan lebih mudah. Cara Melatih Growth Mindset Berikut ini adalah beberapa cara untuk melatih growth mindset sebagaimana dilansir dari Psychology Today 1. Perhatikan pikiran dan ucapanmu Langkah pertama dalam melatih growth mindset adalah berhati-hati dengan pikiran dan ucapanmu. Keduanya adalah hal yang sangat berpengaruh untukmu. Jika ucapan dan pikiranmu negatif, maka hasilnya pun bisa negatif. Gantilah pikiran dan ucapan negatif menjadi sugesti positif untuk melatih growth mindset. 2. Jadilah realistis Terkadang, kita menentukan standar yang tidak realistis untuk diri sendiri. Standar seperti ini bisa mempersulitmu untuk berkembang, termasuk menerapkan growth mindset. Coba turunkan standarmu dan lebih realistis bahwa setiap orang pasti melakukan kesalahan dan membutuhkan waktu yang berbeda untuk mencapai sesuatu. 3. Hadapi tantangan yang datang Untuk bisa mempraktikkan growth mindset secara langsung, kamu harus siap menghadapi tantangan apapun yang datang kepadamu dengan penuh keberanian. Jika kamu mulai merasa takut, segera berusaha alihkan pikiranmu menjadi lebih positif. Kamu adalah satu-satunya orang yang bisa mengendalikan pikiranmu dan memutuskan apa yang harus dilakukan. 4. Berhenti cari validasi Validasi eksternal juga bisa menghalangimu untuk berkembang, lho. Yang kamu butuhkan hanyalah approval dari diri sendiri. Growth mindset adalah hal yang berkaitan erat dengan pikiran. Self-acceptance bisa bantu kamu untuk selalu berpikir positif dan percaya bahwa kamu bisa menjadi lebih baik. 5. Isi mindset assessment Nah, jika kamu memerlukan cara yang practical, kamu bisa temukan berbagai mindset assessment tools untuk bantu kamu mengevaluasi pengembangan dirimu. Salah satunya bisa kamu dapatkan di Mindset Kit. Dengan adanya panduan tersebut, semoga kamu lebih mudah untuk melatih growth mindset, ya. Contoh Penerapan Growth Mindset © Develop Good Habits memberikan beberapa contoh yang bisa kita lakukan untuk menerapkan growth mindset, berikut adalah penjelasannya. 1. Tidak ada kata terlambat untuk belajar Pemilik growth mindset tidak akan takut untuk belajar hal baru. Meskipun, mereka tidak lagi muda tapi keinginan untuk belajar tidak akan pudar. Tidak ada kata terlalu tua untuk mulai belajar sesuatu. Meskipun kemampuan otak sudah tidak lagi sama seperti saat masih muda, tapi keinginan belajar masih sangat tinggi. Jadi, buat kamu yang saat ini masih muda, jangan pernah takut untuk belajar hal baru yang bisa membantumu meningkatkan pengembangan diri demi karier yang cemerlang. 2. Tidak apa mengalami kegagalan Kegagalan memang akan membuat kita merasakan banyak emosi negatif mulai dari sedih, marah, dan kecewa. Akan tetapi, bagi pemilik growth mindset hal itu bukanlah akhir dunia. Pasalnya, setelah gagal pasti akan ada hal baru yang dapat dijadikan pelajaran. Jadi saat kamu mengalami kegagalan, jangan putus semangat dan jadikan hal itu sebagai pembelajaran yang akan membantumu menjadi lebih dekat dengan kesuksesan. 3. Saya selalu menghargai kritik Tidak semua orang mampu menerima kritikan. Mereka yang merasa bahwa kritik adalah ucapan untuk menyerang dirinya merupakan orang dengan fixed mindset. Kritik yang membangun sangatlah penting untuk membantu kita menjadi lebih baik. Jadi, saat hasil kerjamu mendapatkan kritikan yang membangun, cobalah terima dengan lapang dada. Kemudian, dari kritikan tersebut carilah hal yang bisa membuatmu menjadi lebih baik. Jangan selalu berpikir bahwa kritik adalah hal yang buruk bagimu. 4. Saya bisa semakin mahir dalam suatu hal jika mencobanya Seseorang yang memiliki growth mindset percaya bahwa ia bisa semakin mahir melakukan sesuatu jika terus mencobanya. Sehingga, jika kamu merasa belum mahir melakukan suatu hal jangan menyerah terlebih dahulu. Percayalah bahwa kamu akan semakin baik melakukan suatu hal jika terus berusaha mencobanya. 5. Saya belajar dari orang lain yang telah sukses Salah satu contoh dari penerapan growth mindset adalah belajar dari orang lain yang telah sukses. Dengan begitu, kamu bisa mendapatkan skills atau pengetahuan baru yang mungkin belum dimiliki sebelumnya. Sehingga, kamu bisa berkembang menjadi lebih baik lagi sebagai seorang manusia. Hal tersebut tentu lebih baik ketimbang merasa iri terhadap pencapaian orang lain yang telah sukses. 6. Tantangan ini menjadi kesempatan baik bagi saya untuk belajar Tantangan adalah hal yang akan terus kita temukan dalam hidup. Namun terkadang, ada rasa takut yang menghantui ketika harus menghadapinya. Tetapi, seseorang yang memiliki growth mindset tidak akan mendengarkan rasa takutnya. Justru, ia akan langsung menghadapinya. Hal ini karena ia percaya bahwa tantangan merupakan kesempatan yang baik untuk belajar. 7. Saya percaya pada diri sendiri Memiliki rasa percaya diri adalah salah satu contoh dari penerapan growth mindset. Sehingga, ia tidak akan merasa minder ketika dihadapkan oleh beragam masalah atau tantangan dalam hidupnya. Hal ini karena seseorang dengan growth mindset percaya bahwa dirinya bisa menghadapi dan menyelesaikan masalah atau tantangannya. Growth mindset adalah pola pikir yang sebaiknya dimiliki oleh siapa pun. Pasalnya, dengan pola pikir ini kita akan mau selalu berusaha untuk bekerja keras dan menjadi lebih baik. Selain artikel ini, di Glints Blog, kamu bisa temukan banyak sekali pembahasan lain tentang skill penting di dunia kerja. Mulai dari hard skill hingga soft skill penting di kantor, semuanya ada di sini! Yuk, jangan ketinggalan tips dan insights terkini dengan baca artikel terbaru di sini! Fixed Mindset vs. Growth Mindset What’s the Difference and Why Does It Matter? GROWTH MINDSET What Having a “Growth Mindset” Actually Means 20 Growth Mindset Examples to Change Your Beliefs

ThePower of Kepepet, Kunci Bangkit di Masa Pandemi. 'The power of kepepet' seharusnya bisa menjadi slogan di masa-masa sulit saat ini. Dengan segala keterbatasan dan permasalahan yang ada, harus bisa dijadikan semangat untuk kembali bangkit dari keterpurukan. Motivator sekaligus Co-Founder dari sejumlah perusahaan yang berada di bawah naungan
Founder/CEO of Cairn Consulting Solutions; speaker, advisor and best-selling author of People First. getty Thinking back to past New Year's resolutions or this year’s, how many have you been able to keep? A person may be able to change their actions for a short period of time but without a mindset shift, a sustained change is much more challenging. In fact, a study from 2016 and updated in 2021 found that less than 10% of people who made New Year’s resolutions felt content with their results at the end of the year! Before diving into resolutions, behaviors we want to change, habits we want to break and activities we want to accomplish, it is necessary to start with our mindset. The importance of mindset not only applies to New Year’s resolutions, but also to everyday actions we take as leaders. While the skillset of leadership is important, focusing your professional development solely on the words and actions of a leader will only take you so far. For example, you can get training on conflict resolution, decision making, feedback and more, but if your mindset is still focused on the customer first, your team can feel the difference. Having the mindset of a people-first leader will help you become the leader you want to be. In addition, Harvard Business Review noted that leaders who consistently display patience see their employees' creativity, collaboration and productivity increase. If patience can have this much of an impact on employee performance, how else can a leader’s mindset create such a positive change? Let’s take a look. The Curious Mind Leaders do not need to be experts in all areas of their field. A true leader does not assume that they have all the answers and is intentional about pursuing things with a beginner’s mindset. Curiosity is about obtaining new knowledge, not pursuing another opportunity to share your thoughts and perspectives. A curious leader is also able to suspend their preconceived notions so that they can truly listen and be open to feedback, observations and advice. By intentionally demonstrating a curious mind, leaders build the team’s critical thinking and promote an environment of creativity and collaboration. The Grateful Mind The best leaders are always grateful and no matter what challenges they face, they look for the silver lining of the storm cloud. Within the unavoidable moments of trial and error, a grateful leader is able to recognize that failure is an opportunity for growth, learning and improvement. Leaders who fully embody gratefulness are also able to share this gratitude with others; this modeling and leading by example can be extremely impactful. Setting your intention toward gratitude invites others to do the same. The business becomes a place where small wins are celebrated along with the big ones. The team recognizes and appreciates the value of others. When those thoughts of gratitude are expressed, team members are more likely to push themselves to be even better. The Humble Mind Arrogance rarely yields benefits and yet it is so easy for some leaders to fall into this limiting mindset. Driven by personal ego, leaders make decisions in their own best interest and the team can see it. Overconfidence can prevent the acceptance of ideas and opinions outside of our own. It is antithetical to the Curious Mind and so limits curiosity. Leaders who embrace hubris are quick to blame others when things fall apart and may not be willing or able to take ownership of their role in the situation. A humble leader is secure in who they are and who they are not. They value awareness and acceptance of how things are and are not afraid to take responsibility. A humble mind allows you to recognize your mistakes and builds a learning culture in your organization where mistakes are seen as opportunities to get better. The Willing Mind Leaders with a willing mind are able to face challenging situations head-on. They know that avoidance will allow problems to fester under the surface until they eventually rear their ugly head. It can be uncomfortable, but tackling a problem head-on is usually the most effective and easiest way to move forward. When you demonstrate your willingness to lean in, even when things get tough, your team will follow your lead. Instead of a team that hides things from the leader, the willing leader demonstrates that it is okay to speak up even when things are tough. Your willingness to tackle the uncomfortable creates a level of safety for others to speak their mind and have a different opinion. That willingness to speak up can save money, time and even save lives. In 2022, increase your chances of having that transformation you seek for yourself, your team and your business. If you desire to become a better manager or earn that big promotion, you need to start cultivating the mind of a leader. Start with the mindset of a people-first leader. As Maya Angelou is often credited for saying, “People will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel." Forbes Coaches Council is an invitation-only community for leading business and career coaches. Do I qualify? Follow me on LinkedIn. Check out my website or some of my other work here.
THE POWER of MINDSET* ===== Seorang murid bertanya pada gurunya; "Guru kenapa ya hidup ini selalu banyak masalah?" Guru: Bukan hidup

Bisnis Kepobareng – Pola pikir manusia merupakan salah satu alat yang sangat kuat yang mempunyai kemampuan untuk membentuk realitas yang ada di sekitar kita. Mindset atau pola pikir yang kita miliki adalah kumpulan dari keyakinan, sikap, dan pemikiran yang kita pegang tentang diri kita sendiri, orang lain, serta dunia di sekitar kita. The Power of Mindset artinya kekuatan pola pikir. Mindset ini mempengaruhi cara kita melihat dunia dan juga cara kita merespon berbagai situasi yang ada. Kekuatan dari mindset terletak pada kemampuannya untuk membentuk pengalaman dan hasil yang kita dapatkan dalam hidup kita. Baca Juga  Strategi Bisnis Batako Rahasia Strategi untuk Meningkatkan Keuntungan! Dalam sebuah buku yang ditulis oleh seorang psikolog bernama Carol Dweck, ia memperkenalkan dua jenis mindset yang berbeda, yaitu fixed mindset dan growth mindset. Fixed mindset atau pola pikir tetap adalah keyakinan bahwa kemampuan serta keterampilan seseorang sudah ditentukan oleh faktor-faktor seperti bakat atau kecerdasan bawaan, dan bahwa mereka tidak dapat berubah. Sedangkan growth mindset atau pola pikir berkembang adalah keyakinan bahwa kemampuan serta keterampilan seseorang dapat berkembang dan ditingkatkan melalui upaya dan latihan yang tepat. Memiliki mindset yang tepat dapat membawa kita pada kesuksesan dan kebahagiaan yang lebih besar dalam hidup kita. Dengan memperkuat pola pikir positif, kita dapat membentuk keyakinan yang kuat dan mengatasi rintangan dengan lebih mudah. Sebaliknya, jika kita memiliki mindset yang negatif, maka kita akan merasa terhambat dan kehilangan motivasi untuk mencapai tujuan kita. Baca Juga  Pondasi Bisnis Berkah Langkah-Langkah Praktis untuk Sukses Apa Arti dari Mindset dan Contohnya? Contoh dari kekuatan mindset terdapat pada dunia pekerjaan. Orang dengan growth mindset cenderung melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Sementara orang dengan fixed mindset cenderung menganggap kesalahan sebagai tanda kegagalan dan merasa terancam. Orang dengan growth mindset juga cenderung mencari masukan dan saran dari orang lain, serta mereka lebih siap untuk mencoba hal-hal baru dan mengambil risiko yang sehat. Agar kita dapat memperkuat mindset kita, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan. Salah satunya adalah dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif. Kemudian belajar dari kesalahan serta mencoba hal-hal baru, serta mengakui serta memanfaatkan kekuatan yang kita miliki. Selain itu, kita juga dapat memperkuat mindset kita dengan membaca buku motivasi, mendengarkan podcast inspiratif, atau bergabung dengan kelompok diskusi dan dukungan. Apa Fungsi Mindset? Mindset bisa menjadi penentu seseorang bisa atau tidak dalam menghadapi situasi apa pun. Pola pikir ini yang nantinya akan memengaruhi cara berpikir dan berperilaku dalam situasi apa pun. Sebagian orang masih terjebak dengan pemikiran bahwa kecerdasan atau bakat adalah sesuatu yang di miliki sejak lahir. Baca Juga  Inilah Perbedaan Growth Mindset dan Fixed Mindset Kalian Wajib Tau! Akhir Kata Demikianlah artikel mengenai The Power of Mindset artinya. Dalam rangka mencapai kesuksesan dan kebahagiaan, sangat penting bagi kita untuk memiliki mindset yang tepat. Dengan memperkuat pola pikir positif serta mengatasi rintangan dengan lebih mudah. Maka kita dapat mencapai tujuan hidup kita serta meraih kebahagiaan yang lebih besar.

Thepower of mindset The power of mindset artinya. The power of mindset by apostle joshua selman. The power of mindset quotes. The power of mindset ppt. The power of mindset pdf. If you are a parent or child, have relationships, are in position to influence others, worry about reaching or growing - basically if you are breathing - then you
RENUNGAN INSPIRASI Di usia 11 tahun, Warren Buffet memiliki mindset bahwa suatu hari ia akan menjadi kaya raya. Menurutnya, menjadi kaya dimulai dari mindset. "Saya selalu yakin bahwa saya akan kaya, dan tak pernah meragukannya walau semenit pun." Ia benar-benar menjadi salah satu orang terkaya dunia. Mindset atau pola pikir mengambil peranan besar bagi manusia dalam menjalani setiap detail kehidupan. Itu karena mindset sangat mempengaruhi cara kita melihat atau memandang, menilai, memaknai, dan menindaklanjuti sesuatu mulai dari kebiasaan dan perilaku sehari-hari hingga rasa puas dalam hidup. David J. Schwartz, seorang profesor pemasaran yang juga penulis buku "The Magic of Thinking Big", mengatakan bahwa syarat mutlak menciptakan perubahan dan kualitas dalam hidup adalah dengan mengubah mindset terlebih dahulu. Kekristenan melalui beberapa ayat di dalam Alkitab mendorong setiap orang percaya untuk memiliki mindset yang positif. Memiliki mindset yang positif berarti senantiasa berpikir dan berharap bahwa hal-hal baik pasti terjadi. Isi pikiran itu adalah semua hal yang benar, yang mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, terhormat dan hal-hal yang patut dipuji. Tentunya untuk memiliki mindset demikian kita perlu melatihnya. Latihlah diri kita dengan senantiasa merenungkan Taurat Tuhan siang dan malam. Selain itu kita juga perlu melatih mindset kita dengan cara mengembangkan growth mindset, yaitu percaya bahwa kemampuan/bakat yang dimiliki selalu dapat ditumbuhkembangkan. Beberapa cara mengembangkannya adalah dengan bersikap open minded terhadap kritik, tidak mudah tersinggung, menghargai sebuah proses, mengerti bahwa kegagalan adalah bagian dari keberhasilan, mau terus belajar, dan menjalani sebuah tantangan sebagai peluang. Ingat, hal ini harus menjadi mindset pola pikir yang artinya tidak hanya muncul saat keadaan sesuai harapan saja, justru mindset yang positif akan bekerja lebih efektif ketika keadaan tak sesuai harapan, sebab "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu" Amsal 2410. Dengan begitu, kita dapat mengalahkan segala batasan-batasan yang ada, entah itu batasan kesuksesan, batasan modal, batasan kemampuan, skill, dan banyak lainnya. Sekarang kita mengerti mengapa banyak orang sukses mengatakan bahwa mindset adalah dasar utama dalam mencapai keberhasilan. Once your mindset changes, everything on the outside will change along with it. [LS] REFLEKSI DIRI 1. Mindset apa yang tertanam dalam diri Anda saat ini? Sudahkah pola pikir Anda diisi dengan semua hal yang benar, yang mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, terhormat dan hal-hal yang patut dipuji? 2. Ceritakan pengalaman Anda ketika Anda memiliki mindset yang positif! POKOK DOA Tuhan, terima kasih telah menganugerahkan kekuatan pikiran kepadaku. Sekarang aku mengerti bahwa mindsetku benar-benar berpengaruh pada tindakan dan keadaanku. Aku mau pikiranku diubahkan agar hidupku pun berubah. Aku mau melatihnya dengan merenungkan Tauratmu, dan melakukan tindakan yang sesuai dengannya. Di dalam nama Yesus, Haleluya. Amin. YANG HARUS DILAKUKAN Change your mindset! Mindset Anda haruslah semua hal yang benar, yang mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, terhormat dan hal-hal yang patut dipuji. HIKMAT HARI INIPikiran itu seperti otot. Semakin sering Anda melatihnya, maka tindakan Anda akan berpadanan dengan pikiran itu.
PgOYh.
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/215
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/88
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/12
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/194
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/263
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/77
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/382
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/103
  • the power of mindset artinya