MODELPENELITIAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM: "PESANTREN, MADRASAH, DAN SEKOLAH PENDIDIKAN ISLAM DALAM KURUN MODERN (Karya: Karel A. Steenbrink) Pada awalnya, ketika Steenbrink mengajukan prosposal untuk mencari sponsor, isinya adalah terkait dengan penelitian perbandingan tafsir di Indonesaia. Setelah pada bulan Maret 1970 dia berangkat ke
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free A preview of the PDF is not available ... Melihat sumber data yang akan dikumpulkan dan digunakan, penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan Library Research dan dengan melihat data yang bersumber dari teori yang dipaparkan, penelitian ini menggunakan Kualitatif karena data yang digunakan bukan dalam bentuk angka. Baidan & Aziz, 2016 Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak yang sumber datanya tidak hanya berasal dari data menyimak Bahasa lisan, akan tetapi juga berasala dari Bahasa tertulis. Teknik menyadap adalah usaha untuk mendapatkan data dengan berusaha menyadap penggunaan Bahasa seseorang adalah teknik dasar dalam metode ini. ...Mustaqim MustaqimBahasa Arab merupakan bahasa yang unik memiliki kosakata yang sangat kaya, maka sangat relevan sekali Allah menciptakan Al-Qurโ€™an dengan menggunakan bahasa Arab sehingga Al-Qurโ€™an memiliki keindahan baik dari keindahan lafadznya Muhasinaat al-lafdziyah, dan keindahan maknanya Muhasinaat al-maknawiyah. Tentunya penggunaan kalimat dalam Al-Qurโ€™an mempunyai gaya bahasa indah dan disesusaikan dengan fakta dan realita yang sebenarnya. Kosmolinguistik al-Qurโ€™an merupakan kajian bahasa terhadap penjelasan al-Qurโ€™an terhadap kosmos dari sudut pandang stilistika untuk melihat keindahan gaya bahasa baik dari sisi morfologi serta sintaksis. Keindahan gaya bahasa dari sisi morfologi ialah pada penggunaan kalimat ุงู„ุณู…ุงูˆุงุช langit menggunakan kalimat jamaโ€™banyak, sementara kalimat ุงู„ุงุฑุถ cenderung menggunakan mufrod tunggal. Keindahan pada sintaksis meliputi bentuk jumlah fiโ€™liyah kalimat verbal, jumlah ismiyah kaliamat nominal dan sibhuljumlah semi susunan.... Pendekatan analisis yaitu pendekatan yang digunakan untuk memperoleh keterangan yang disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang terdokumentasi baik dalam bentuk buku, majalah, artikel dan lain-lain. Pendekatan ini digunakan ketika penulis berhadapan dengan sebuah teori atau konsep yang baku untuk dianalisa dan dikembangkan menjadi sebuah konsep yang dapat dipahami Erwati, 2016. Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian ini, sebagai berikut a Menetapkan masalah yang akan dibahas topik; b Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut c Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan tentang asbab al-nuzulnya. ...Hassan ZaeniHasan MukminSultan SyahrilAswadi AswadiThis article aims to find out about How the concept of preaching empowerment of the perspective of the Qur'an. This research is a type of library library research using the Thematic Interpretation approach. With the main source being the Qur'an, and focused on seven verses relating to da'wah and empowerment. And secondary sources in the form of books or books relating to the problem to be answered in this study. The results of this study reveal that the concept of empowering the people of The Qur'an perspective as follows. First, the mission of community empowerment aims to invite, order, direct, motivate to guide the target community mad'u to jointly make changes for the better oriented towards empowering and community independence, in order to realize shared happiness in the afterlife. Second, the context of empowerment in the Qur'an includes all aspects of both lahiriyah material and ruhiyah. In the lahiriyah aspect, it is carried out in the form of the construction of supporting facilities for community independence. In the aspect of empowerment, it is carried out in the form of education, recitation, etc. Third, the desired changes in the community will not be possible unless they start from each other by protecting and maintaining and developing their potential and environment that has been bestowed by Allah. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana konsep dakwah pemberdayaan umat perspektif al-Qurโ€™an. Penelitian ini merupakan jenis pustaka library resech, dengan menggunakan pendekatan Tafsir Tematik. dengan sumber utama adalah al-Qurโ€™an, dan terfokus pada tujuh ayat yang berkaitan dengan dakwah dan pemberdayaan. Dan sumber skunder berupa kitab-kitab atau buku yang berkaitan dengan masalah yang akan dijawab pada penelitian ini. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa konsep dakwah Pemberdayaan umat perspektif al-Qurโ€™an sebagai berikut. Pertama dakwah pemberdayaan umat bertujuan untuk mengajak, menyuruh, mengarahkan, momotivasi membimbing masyarakat sasaran madโ€™u untuk bersamasama melakukan perubahan ke arah yang lebih baik yang berorientasi pada pemberdayaan dan pemandirian masyarakat, dalam rangka mewujudkan kebahagian bersama di dunia akhirat. Kedua, Konteks pemberdayaan dalam al-Qurโ€™an mencakup seluruh aspek baik lahiriyah material maupun ruhiyah. Pada aspek ahiriyah dilakukan dalam bentuk pembangunan sarana-sarana penunjang kemandirian masyarakat. Pada aspek ruhiyah pemberdayaan dilakukan dalam bentuk pendidikan, pengajian dan lainya Ketiga, Perubahan yang diinginkan di masyarakat, tidak mungkin akan tejadi kecuali dengan dimulai dari diri masing-masing dengan cara menjaga dan memelihara serta mengembangkan potensi diri dan lingkungannya yang telah dianugrahkan oleh Allah Swt.... Kata metode artinya "cara atau jalan" yang berarti cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan logos artinya ilmu atau pengetahuan. Dengan demikian, metodologi adalah ilmu tentang metode, yaitu cara-cara yang teratur dan terpikir baik-baik dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai Baidan & Aziz, 2016. ...Ismi Lutfi Rijalul Fikri SyukurDalam sejarah Islam, kaum muslimin sejak masa Nabi saw. hingga dewasa ini sepakat berpandangan bahwa kenabian dan atau kerasulan berakhir dengan kehadiran Nabi Muhammad saw. Berbeda halnya dengan Darul Islam Fillah, di mana mereka berpandangan bahwa kenabian belum berakhir, begitupun dengan kerasulan. Hal tersebut berdasar di dalam al-Qurโ€™an tidak ditemukan kalimat khatam ar-rasul yang menyatakan bahwa rasul telah berakhir, sementara yang ditemukan hanyalah kalimat khatam an-nabiyyin yang dalam al-Qurโ€™an kalimat tersebut hanya terdapat dalam satu ayat yaitu QS. al-Ahzab [33] 40. Sedangkan kata khatam sendiri oleh mereka dimaknai dengan banyak arti, yaitu stempel, cincin, penyempurna dan penutup. Pemaknaan khatam oleh Darul Islam Fillah tersebut tentu saja tidak sejalan dengan doktrin khatam an-nabiyyin yang disimpulkan dari ayat tersebut dan hadits-hadits yang derajatnya mencapai mutawatir, baik lafdzi maupun maโ€™nawi. Apalagi para pakar qiraโ€™ah yang tergabung dalam qiraโ€™ah sabโ€™ah yang mutawatir, mayoritas mereka membacanya dengan kasrah khatim an-nabiyyin, yang berarti penutup para nabi. Sehingga penafsiran kalimat khatam an-nabiyyin harus pula disesuaikan dengan qiraโ€™ah khatim an-nabiyyin, yang tidak menyisakan spekulasi pemaknaan khatam itu dengan stempel, cincin, penyempurna, dan lain sebagainya. Melakukan penafsiran dan menganalisa berbagai permasalahan dari al-Qurโ€™an memang merupakan proses ilmiah yang sangat berat. Oleh karena itu, seorang mufassir harus memiliki kelengkapan ilmu, standar dan kriteria, serta parameter guna menjamin kebenaran penafsiran, dan metodologi yang benar guna mengukur tingkat akurasi penafsiran tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan al-Qurโ€™anLenny HerlinaEducating is the main act of worship in Islam, Allah himself calls himself the educator of the prophets and apostles, the prophets and apostles become educators for his people, parents and teachers are educators too. To achieve educational goals that are in accordance with what is expected, reliable educators are needed, appropriate teaching materials and the right methods to apply. The purpose of this study is to find out in depth how Islam provides guidance in the world of education based on the authentic hadith number 4027 in the book Sahih al-Jami' ash-Shagir. This research method is qualitative with a library research approach. And it was found that there are three important things in the hadith, namely first, what is the personality of a good educator. Second, how is the method in educating and third, the subject students in accordance with the intended RohmanAhmad Jalaluddin Rumi DurachmanEni ZulaihaThis article discusses the special way manhaj from the book of interpretation of al-Jรขmi' li ahkรขm al-Qurรขn by Al-Qurtubi. The purpose of this paper is to find out what sources are used as references by al-Qurtubi, how the style of his interpretation is and how the special way manhaj khรขsh adopted by Al-Qurtubi in implementing his interpretation. The writing of this research will be based on literature review or library research, using qualitative methods. The main source primary that is used as reference material is the book of interpretation of al-Jรขmi' li ahkรขm al-Qurรขn by Imam Al-Qurtubi, while the additional secondary source is derived from the books of interpretation of the Qur'ran and other relevant books with the topic of discussion. This research is exploratory research. The results obtained are that the sources of al-Qurtubi's interpretation are the Qu'ran, the sunnah of the Prophet, the opinions of Sahabah and the opinions of tabi'in, the history of asbรขb an-nuzรปl, Arabic poems, qiraat, opinions of madzhab scholars, books of interpretation of previous scholars. , such as the works of Az-Zujaj, ma'รขnรฎ al-qurรขn; Abu Ubaidah, majรขz al-qurรขn; Al-Harasi, ahkรขm al-qurรขn; and others. In addition, Al-Qurtubi also quotes from the books of hadith, such as the nine books kutub at-tisรกh; Sunan books, Musnads, and also the Maghazi books. The style of interpretation is fiqhi interpretation and there are ten khรขsh manhajs taken by Al-Qurtubi in his commentary Rizqi RomdhonInterfaith marriage remains a controversial topic forbidden under the MUI Indonesian Ulema Council fatwa. However, Hamka claimed in Tafsir al-Azhar that marriage between Muslim men and women from the people of the Bible is permitted. This claim raises the question of whether the law regarding interreligious marriage in the Compilation of Islamic Law is consistent with the Indonesian insight interpretation. This study aims to determine the relationship between interfaith marriage law in the Compilation of Islamic Law and the Indonesian insight interpretation of verses related to interfaith marriages. The research approach employed is qualitative content analysis employing a literature study to conclude that, first, the position of the Compilation of Islamic Law in the hierarchy of Indonesian laws and regulations is poor from a legal standpoint. Second, the rule prohibiting the marriage of women from the people of the Bible must be reconsidered because the existing reasons and local interpretations all state that it is Indonesian insight interpretation; Interfaith marriage; The Compilation of Islamic beda agama merupakan hal yang masih tabu, fatwa MUI pun melarangnya. Namun menariknya Hamka dalam Tafsir al-Azharnya menyatakan bahwa pernikahan laki-laki muslim dengan wanita ahlulkitab itu diperbolehkan. Hal ini memunculkan pertanyaan apakah hukum pernikahan beda agama dalam Kompilasi Hukum Islam berkesesuaian dengan penafsiran tafsir nusantara? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana korelasi hukum pernikahan beda agama dalam Kompilasi Hukum Islam dengan penafsiran tafsir-tafsir Nusantara terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan pernikahan beda agama. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat analisis konten dengan menggunakan kajian pustaka menyimpulkan bahwa, Pertama kedudukan Kompilasi Hukum Islam dalam hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia lemah secara hukum. Kedua hukum menikahi perempuan ahlulkitab perlu dikaji kembali pelarangannya dikarenakan dalil-dalil yang ada beserta tafsir-tafsir Nusantara semua menyatakan Kunci Kompilasi Hukum Islam; Pernikahan Beda Agama; Tafsir Nusantara. Eko SudarmantoTriana Zuhrotun AuliaThe purpose of this study is to find out how the Quran perspectives in explaining the principles of good governance. The methodology used in this research is library research through a qualitative approach , namely research that processes thinking deductively and inductively. The source of this research data consists of a primary data source in the form of Verses of the Qur'an which is used as a reference with the explanation of several mufasir, and a secondary data source consisting of relevant previous scientific research works in the form of books, journals and other scientific works. The metode of the Interpretation of Al-Quran used as a method of analysis in this study is the method of tafsir al-maudhu'i. In conclusion, some contextual principles in good governance are contained in several verses in the Qur'an, both on Transparency, Accountability, Responsibility, Independentity, and Fairness. The important point of this research is that in offering a solution to a problem, Al-Quran always provides perspective not only materially but also a spiritual RohmanDoli WitroProduk tafsir akan senantiasa lahir pada setiap kurun waktunya, namun apakah produk tafsir tersebut bisa menjadi legal atau tidak, itu tergantung sejauh mana sumber yang dijadikan rujukan tafsirannya itu bisa dipertanggungjawabkan. Artikel ini membahas tentang legalitas penafsiran al-Quran generasi Tabiรญn. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan generasi Tabiรญn dalam bidang tafsir al-Quran dan sejauh mana legalitas tafsiran mereka dalam khazanah tafsir al-Quran. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan library research, yaitu jenis penelitian yang semua datanya berasal dari bahan-bahan tertulis, seperti buku, naskah, dokumen dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan para Tabiรญn dalam bidang tafsir sangatlah signifikan, pasalnya banyak tafsiran mereka yang sampai pada abad ini dan dijadikan rujukan oleh para mufasir generasi berikutnya; tafsir Tabiรญn bisa diterima jika diantara mereka terjadi kesepakatan makna. Sedangkan jika terjadi perbedaan penafsiran, maka pendapat sebagian mereka tidak bisa menjadi argumentasi bagi yang menyelisihinya dan tidak juga bagi generasi setelahnya, sehingga langkah yang harus ditempuh adalah mengembalikannya ke makna bahasa Arab secara SuharjiantoRofi Atina MaghfirohKata j?hiliyyah ????? ? berasal dari kata ??? yang berarti bodoh atau kebodohan. Jaman jahiliyyah adalah jaman kebodohan. Yang dimaksud dengan jaman kebodohan di sini bukan berarti orang-orang j?hiliyyah tidak memiliki kepandaian, tetapi mereka tidak dapat membedakan kebenaran dan kebatilan. Contoh yang menyolok adalah ketika salah seorang dari mereka memiliki anak perempuan, mereka akan menanamkan hidup-hidup. Kebodohan yang paling menonjol adalah karena mereka menyembah berhala yang dibuatnya sendiri. Terlepas dari arti kata di atas, paling tidak ada dua ahli yang menerangkan tentang jahiliyyah, mereka adalah Jarji Zaedan dan Munawar Cholil. Jarji Zaedan berpendapat bahwa j?hiliyyah adalah jaman yang masyarakatnya telah memiliki kemajuan di berbagai bidang lapangan kehidupan, seperti bidang sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lain. Sedangkan Munawar Cholil pendapat yang berbeda dengan yang pertama. Menurutnya jaman jahiliyyah adalah jaman yang diatandai oleh kerusakan diberbagai bidang, seperti bidang Sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lain-lain. Itulah dua pendapat yang berbeda ketika melihat j?hiliyyah dari sisi masing-masing. Sedangkan kata j?hiliyyah terdapat dalam empat ayat dalam al-Quran, yaitu pada surat Ali Imran ayat 154, surat al-Maidah ayat 50, surat al-Ahdzab ayat 33 dan surat al-Fath ayat 26. Terlepas dari dua pendapat di atas, riset ini akan mengkaji j?hiliyyah dalam Tafs?r al-Qur?n al-A??m karya Ibnu Kats?r. Pendekatan yang digunakan dalam riset ini adalah pendekatan interpretatif. Sedangkan analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Adapun simpul dari riset ini adalah kata j?hiliyyah dalam Tafs?r al-Qur?n al-A??m merupakan 1 sangkaan buruk terhadap takdir Allah 2 berhukum dengan hukum lain atas hukum yang Allah syariatkan, 3 perilaku yang menjerumuskan pada perzinaan dan 4 sikap sombong sebagai hasil dari sikap fanatik yang menutup pintu Qurrota AiniBarokah has been around for a long time even though it does not appear to be about its form, but everyone must feel the sweetness of barokah. The problem is that barokah has experienced a decline and has even begun to become extinct because its existence is not clearly visible. That is caused by the lack of public awareness of the power of Allah, so that it depends on the progress of science and technology at this time. Therefore, the author examines the interpretation of Nouman Ali Khan through Youtobe which contains a discussion of baraka as a form of recommendation to the public that the interpreter is very suitable to be studied at the present time. This article includes thematic methods maudhu'i as well as patterns of adab ijtima'i with a linguistic approach, so that the discussion presented by Nouman Ali Khan can be used as a basis for knowing, understanding and changing the paradigm of society through cognitive effects, affective effects, and behavioral menyatakan bahwa Alqurโ€ฒan adalah karangan setan. Dia menyimpulkan sepuluh poin keritikannya tentang Alqurโ€ฒan 1 Alqurโ€ฒan hanyalah kumpulan bid'ah-bidRicoldo DaMonte CroceRicoldo da Monte Croce1243-1320 menyatakan bahwa Alqurโ€ฒan adalah karangan setan. Dia menyimpulkan sepuluh poin keritikannya tentang Alqurโ€ฒan 1 Alqurโ€ฒan hanyalah kumpulan bid'ah-bid'ah lama;Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, PT Alma'arif, cet. ke-1Lihat A SelanjutnyaProf HasymySelanjutnya, lihat Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, PT Alma'arif, cet. ke-1, 1981, 146, Penyajian Data Penelitian 1. Kelasifikasi Data. a. Ayat-ayat jihad. b. Data lapanganC III Penyajian Data Penelitian 1. Kelasifikasi Data. a. Ayat-ayat jihad. b. Data Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pemahaman masyarakat Soloraya terhadap ayat jihadD IV Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pemahaman masyarakat Soloraya terhadap ayat jihad.
Modelstudi atau penelitian tafsir adalah suatu contoh,ragam,acuan atau macam dari penyelidikan secara seksama terhadap penafsiran al-Quran yang pernah 1 A. Ludjito, Penelitian Agama Masalah dan Pemikiran ,hlm 18 2 Mukti Ali,Penelitian Agama Suatu Pembahasan Tentang Metode dan Sistem. Related PapersTafsir Al qurโ€™an sebagai usaha untuk memahami dan menerangkan maksud dan kandungan ayat-ayat suci mengalami perkembangan yang cukup bervariasi. Corak penafsiran al-Qurโ€™an adalah hal yang tak dapat dihindari. Berbicara tentang karakteristik dan corak sebuah tafsir, di antara para ulama membuat pemetaan dan kategorisasi yang berbeda-beda. Ada yang menyusun bentuk pemetaannya dengan tiga arah, yakni; pertama, metode misalnya; metode ayat antar ayat, ayat dengan hadits, ayat dengan kisah israiliyyat, kedua, teknik penyajian misalnya; teknik runtut dan topical, dan ketiga, pendekatan misalnya; fiqhi, falsafi, shufi dan lain-lain.Al-Qurโ€™an tak akan habis-habisnya dibedah dan dibahas untuk ditemukan sebuah pemahaman sesuai dengan maksud darinya, yang kemudian akan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk manifestasi dari tujuan di ciptakannya makhluk di muka bumi ini. Hal ini merupakan bagian dari sebuah keberkahan yang terbesar yang dipancarkan oleh Al-Qurโ€™an. upaya untuk menggali pemahaman tersebut tidak lepas dari jangka waktu yang sangat panjang dengan perolehan jejak sejarah yang terukir sejak masa paling awal hingga saat ini yang membuahkan hasil yang beraneka ragam disiplin ilmu dan pengetahuan yang baru, seperti yang di katakan oleh Prof. Dr. M. Quraisy Shihab, MA. Salah satu ulama tafsir indonesia yang kini berdomisili di negara kesatuan republik indonesia ini dalam bukunya kaidah tafsir mengatakan bahwa โ€œ Siapa saja yang mengamati dan mencermati keaneka ragaman bentuk disiplin ilmu keislaman tersebut, baik dari berbagai sudut pandang perspektif, analisis, istilah dan pemaparannya yang berbeda, namun semua itu menjadikan teks-teks Al-Qurโ€™an sebagai inti pokok tinjauan atau titik fokus studinya. Sehingga akhirnya semua disiplin ilmu memiliki ketersinggungan, memperkaya dan menambah berbagai informasi yang saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, pada kenyataannya menunjukkan bahwa semua kelompok umat islam, apapun alirannya, selalu merujuk kepada Al-Qurโ€™an untuk memperoleh petunjuk maupun menguatkan pendapat dari aliran maupun kelompoknya, bahkan sebagian orang non muslim menunjuk bahwa ayat-ayat Al-Qurโ€™an sebagai kitab suci umat islam menjadi salah satu inspirasi dalam meluapkan ide-ide berliannyaโ€. Selain itu, pengandaian Al-Qurโ€™an itu seperti berlian yang memiliki banyak sisi . jika di pandang pada satu sisi, maka akan menampakkan keindahan tersendiri. Dan apabila dilihat dari sisi yang lainnya akan tampak keindahan yang lain pula. Berlian itu sendiri selalu berkerlipan sepanjang zaman."Penelitian Agama" adalah penelitian tentang hubungan timbal balik antara Agama dan Masyarakat, sedangkan "penelitian keagamaan" adalah Agama sebagai gejala sosial. Adanya ilmu Ushul Fiqh sebagai metode untuk mengistinbatkan hukum dalam agama islam dan ilmu Mustalah Hadits sebagai metode untuk menilai akurasi dan kekuatan Sabda Nabi Muhammad SAW merupakan bukti adanya keinginan untuk mengembangkan metodologi penelitian, meskipun masih ada perdebatan dikalangan para ahli tentang setuju dan tidaknya terhadap materi kedua ilmu. Dalam pandangan Juhaya S. Praja penelitian agama adalah penelitian tentang asal-usul agama, pemikiran serta pemahaman penganut ajaran agama tersebut terhadap ajaran yang terkandung di dalamnya a. sumber ajaran agama yang telah melahirkan disiplin ilmu tafsir dan ilmu hadis b. pemikiran dan pemahaman terhadap ajaran agama yang terkandung dalam sumber ajaran agama penelitian tentang hidup keagamaan penelitian keagamaan adalah penelitian tentang praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan oleh manusia secara individual dan kolektif. Penelitian keagamaan ini meliputi a. Perilaku individu dan hubungannya dengan masyarakatnya yang didasarkan atas agama yang dianutnya. b. Perilaku masyarakat atau suatu komunitas, baik perilaku politik, budaya maupun yang lainnya yang mendefinisikan dirinya sebagai penganut suatu agama. c. Ajaran agama yang membentuk pranata sosial, corak perilaku, dan budaya masyarakat Pada kajian ini menjelaskan tentang sejarah metodologi penafsiran Al Qur " an dan hadis pada masa klasik, moderen, dan kontemporer hingga pada saat ini. Dimana Metodologi merupakan seperangkat cara yang digunakan mufassir untuk mengungkapkan atau memahami Al Qur " an. Al Qur " an sebagai kitab petunjuk bagi manusia tidak bisa dipahami secara langsung tanpa melalui kaidah-kaidah penafsiran yang berlaku. Metode yang digunakan para ulama klasik pada saat itu ialah dengan perkataan atau qaul sahabat. Karena dengan perkataan sahabat atau orang yang bertemu dengan nabi pasti kaidah penafsirannya tidak banyak menyimpang. Kemudian para ulama moderen saat ini juga menggunakan metode moderen-kontemporer utuk mengetahui makna dari kandungan ayat-ayat Allah yang digunakan untuk pedoman umat islam baik tentang hukum, keyakinan, dan ajaran-ajaran yang dianjurkan oleh syariat islam dan ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan. Agar tidak terjadi perbedaan dan pemahaman dalam sebuah ayat. Rasulullah Saw merupakan seoarang ahli tafsir yang pertama kali pada masa sahabat,kemudian Sesudah generasi para sahabat lalu pada saat ini di teruskan oleh generasi tabiin yang belajar islam kepada sahabat-sahabat dari wilayah sendiri ataupun diwilayah yang lain. Ada tiga kota yang utama dalam proses pendidikan Al Qur " an yang masing-masing kota melahirkan madrasah atau madzhab sendiri yaitu di antaranya adalah, kota mekkah, Madinah, dan irak. Dan Seiring dengan perkembangan zaman telah banyak penafsiran ayat-ayat Al Qur " an yang terus berkembang dan pada saat ini. Untuk itu kita harus mengetahui penafsiran-penafsiran dari masa klasik hingga moderen-kontemporer dan dari masa sahabat hingga generasi tabiin. Kata Kunci Tafsir Al Qur'an dan Al Hadisklasik, moderen dan kontenporer Abstract In this study describes the history methodology of interpretation of Qur'an and Hadith in the classical period, modern, and contemporary until today. Where methodology is a set of ways in which commentators to express or understand the Qur'an. Qur'an as a book of guidance for mankind can not be understood directly without going through the rules of interpretation applicable. The method used by the classical scholars at the time is in word or qaul friend. Because the words of friends or people who met with the rules of interpretation prophet certainly not much distorted. Then the scholars of modern today using modern-contemporary weeks to know the meaning of the content of the verses of Allah used to guide the Muslims good about the law, beliefs, and teachings advocated by the Islamic Shari'a and the provisions that have been set , To avoid differences and understanding in a paragraph. Prophet is seoarang Commentators first time during companions, then After the Companions generation ago today forwarded by generations of successors who studied Islam to the companions of his own territory or region to another. There are three major cities in the educational process Quran that each city gave birth to the madrasas or schools themselves which of them is, the city of Mecca, Medina, and Iraq. Along with the times andBeberapa model penelitian agama islam I Tafsir, Hadis, dan FiqhAbstrak In interpreting the Holy Quran at least comprises of four methods general understanding method of Quran, detail understanding method of the Holy Scripture, comparative understanding method of the Holy Book, and thematical/ topical interpreting method of Quran. The interpreting the verses of the Holy Qoran influenced by those four methods and the background of the interpreters themselves. Each method has the characteristics either its weakness or its strength. For that reason, there is no the best method for understanding according to the writer of this article in term of interpreting Quran nowadays the topical/thematical method is very urgent to answer and to solve Moslem communities.
  1. แ‹ถ ฮฟะถะฐแˆ—แˆ’ีนะฐั
  2. ิฝฮฒฮฟะถแˆธแ‰€แ‰จั… ะตั†ะธั‚ะฒฮธะทะฒะตฮท
Adapunlangkah-langkah yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian ini, sebagai berikut: (a) Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik); (b) Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan Dinamika studi tafsir Al-Qurโ€™an terus berkembang seiring munculnya berbagai problematika kehidupan. Untuk dapat menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang muncul, maka mufassir membutuhkan metode tertentu yang bertujuan untuk menjelaskan ayat-ayat Al-Qurโ€™an berdasarkan kaidah-kaidah yang metode yang digunakan oleh mufassir sangatlah beragam, serta tidak bisa terlepas dari kelebihan dan kekurangan. Perbedaan latar belakang sosial mufassir, keilmuan yang dimiliki, serta budaya merupakan beberapa hal yang dapat memberikan keberagaman dalam penafsiran. Maka, menjadi wajar jika dalam kajian tafsir muncul penafsiran sesuai dengan latar belakang yang kemudian bagaimana metode dalam penafsiran Al-Qurโ€™an yang digunakan oleh para mufassir? Berikut penjelasannya Kata โ€œmetodeโ€ berasal dari bahasa Yunani methodos, yang berarti cara atau jalan. Dalam bahasa Inggris ditulis dengan method, dalam bahasa Arab diterjemahkan dengan thariqat dan manhaj, serta dalam KBBI, mengandung arti โ€œcara yang teratur untuk mencapai suatu maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainyaโ€. Jadi, metode adalah salah satu sarana yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah โ€œtafsirโ€ berasal dari kata fassara-yufassiru yang berarti menerangkan atau menjelaskan. Tafsir juga berarti al-ibanah menjelaskan makna yang masih samar, al-kasyf menyingkap makna yang masih tersembunyi, dan al-izh-har menampakkan makna yang belum jelas. Jadi, tafsir adalah suatu hasil pemahaman atau penjelasan seorang mufassir terhadap Al-Qurโ€™ penafsiran Al-Qurโ€™an dalam hal ini adalah suatu cara yang sistematis dengan menggunakan kacamata tertentu yang digunakan untuk menafsirkan Al-Qurโ€™ studi tafsir, setidaknya terdapat empat metode yang cukup populer dikalangan Metode Tahlili AnalitisMetode Tahlili adalah metode tafsir yang ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai tata urutan mushaf Utsmani dengan penjelasan yang cukup terperinci. Menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qurโ€™an dari keseluruhan aspeknya, seperti aspek asbab nuzul, aspek munasabah, aspek balaghah, aspek hukum dan lain dimulai dari pembahasan kosakata, baik dari sudut makna dan bahasanya maupun dari sudut qiraโ€™at dan konteks struktur ayat, kemudian munasabah ayat dan sebab turunnya, sampai pada syarah ayat, baik dengan menggunakan riwayat-riwayat dari Nabi, para sahabat, tabiโ€™in, maupun dengan menggunakan pendapat mufassir sendiri sesuai dengan latar belakang sosial dan dilihat dari segi kecenderungan para mufassir, metode tahlili terbagi menjadi tujuh bagian, yaitu tafsir bi al-maโ€™tsur, tafsir bi ar-raโ€™y, tafsir as-shufi, tafsir al-fiqhi, tafsir al-falsafi, tafsir al-ilmi, tafsir al-adabi al-ijtimaโ€™i. Adapun penjelasannya sebagaimana berikut 1. Tafsir bi al maโ€™tsur adalah penafsiran ayat Al-Qurโ€™an dengan ayat Al-Qurโ€™an yang lain, dengan riwayat dari Rasul SAW, dan dengan keterangan para sahabat Rasul SAW. Ada juga yang menambahkan dengan para tabiโ€™in, yakni generasi sesudah sahabat-sahabat Rasul SAW. Misalnya, kitab Tafsir Jamiโ€™ al-Bayan fi Tafsir al-Qurโ€™an karya Ibnu Jarir at-Thabari, Tafsir al-Qurโ€™an al-Adzim karya Ibnu Tafsir bi ar-raโ€™y adalah penafsiran Al-Qurโ€™an berdasarkan pada penalaran. Misalnya, kitab Tafsir Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin ar-Razi, Tafsir Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Taโ€™wil karya Tafsir as-shufi adalah penafsiran Al-Qurโ€™an yang pembahasannya lebih menitikberatkan pada teori-teori sufistik dengan mencari makna batin. Misalnya, kitab Tafsir Al-Qurโ€™an al-Karim karya at-Tusturi, Haqaiq at-Tafsir karya Tafsir al-fiqhi adalah penafsiran Al-Qurโ€™an yang pembahasannya lebih menitikberatkan pada aspek hukum fikih. Misalnya, kitab Tafsir Ahkam Al-Qurโ€™an karya al-Jashash, Tafsir Jami li Ahkam al-Qurโ€™an karya Tafsir al-falsafi yaitu penafsiran Al-Qurโ€™an yang dikaitkan dengan persoalan-persoalan filsafat. Misalnya, kitab Tafsir al-Kasysyaf karya Tafsir al-ilmi adalah penafsiran Al-Qurโ€™an yang menggunakan teori-teori ilmiah untuk menjelaskan ayat-ayat al-Qurโ€™an. Misalnya, kitab al-Jawahir fi Tafsir Al-Qurโ€™an al-Karim karya Thantawi Tafsir al-adabi al-ijtimaโ€™i yaitu penafsiran Al-Qurโ€™an yang cenderung kepada persoalan sosial kemasyarakatan dan mengutamakan keindahan gaya bahasa. Tafsir jenis ini lebih banyak mengungkapkan hal-hal yang ada kaitannya dengan perkembangan kebudayaan yang sedang berlangsung. Misalnya, kitab Tafsir al-Manar karya Muhamad Abduh dan Rasyid M. Quraish Shihab, metode tahlili diibaratkan seperti menyajikan hidangan dalam bentuk โ€œprasmananโ€. Para tamu dipersilahkan memilih apa yang dikehendakinya dari aneka hidangan, mengambil sedikit atau banyak. Walaupun demikian, diguga keras masih ada hidangan yang dibutuhkan tamu tetapi tidak terhidang disana. Disisi lain, para tamu pasti akan repot mengambil dan memilih sendiri apa yang dari metode tahlili adalah mempunyai ruang lingkup yang luas dan memuat berbagai ide serta gagasan-gagasan. Sedangkan kekurangannya adalah menjadikan petunjuk al-Qurโ€™an bersifat parsial, melahirkan penafsiran secara subjektif, dan sudah masuk pemikiran Metode Ijmali GlobalMetode ijmali adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qurโ€™an dengan cara mengemukakan makna yang bersifat global dengan menggunakan bahasa yang ringkas sehingga mudah dipahami. Mufassir menghindari uraian yang bertele-tele serta istilah-istilah dalam ilmu-ilmu Al-Qurโ€™an. Dalam bahasa lain, mufassir menjelaskan pesan-pesan pokok dari ayat yang M. Quraish Shihab, metode ijmali diibaratkan seperti menyodorkan buah segar yang telah dikupas, dibuang bijinya dan diiris-iris, sehingga siap untuk segera disantap. Misalnya, kitab Tafsir Jalalain karya Jalaluddin al-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, Tafsir Al-Qurโ€™an al-Adzim karya Muhammad Farid metode ijmali adalah lebih praktis dan mudah dipahami, bebas dari penafsiran israiliyat, serta akrab dengan bahasa Al-Qurโ€™an. Sedangkan kekurangannya adalah menjadikan petunjuk Al-Qurโ€™an bersifat parsial, karena tidak adanya ruang untuk mengemukakan analisis yang Metode Muqaran KomparatifMetode Muqaran adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qurโ€™an dengan membandingkan ayat al-Qurโ€™an dengan Hadis, atau pendapat satu tokoh mufassir dengan mufassir lain dalam satu atau beberapa ayat yang ditafsirkan, atau membandingkan Al-Qurโ€™an dengan kitab suci lain. Metode ini lebih bertujuan untuk menganalisis persamaan dan perbedaan dalam penafsiran Al-Qurโ€™an, daripada menganalisis metode muqaran adalah memberikan wawasan yang relatif lebih luas, karena membuka pintu untuk selalu bersikap toleran terhadap pendapat orang lain yang terkadang kontradiktif. Selain itu, berguna juga bagi yang ingin mengetahui berbagai pendapat tentang suatu ayat. Sedangkan kekurangannya adalah tidak cocok bagi para pemula karena pembahasannya terlalu luas, kurang diandalkan untuk menjawab permasalahan, terkesan lebih banyak menelusuri penafsiran-penafsiran yang pernah diberikan oleh ulama daripada mengemukakan penafsiran-penafsiran Metode Maudhuโ€™i TematikMetode Maudhuโ€™i adalah metode tafsir yang menjelaskan ayat-ayat Al-Qurโ€™an dengan mengambil suatu tema tertentu. Kemudian mengumpulkan ayat-ayat yang terkait dengan tema tersebut, lalu dijelaskan satu persatu dari sisi penafsirannya, dihubungkan antara satu dengan yang lain sehingga membentuk suatu gagasan yang utuh dan komprehensif mengenai pandangan Al-Qurโ€™an terhadap suatu tema yang dimulai dari penghimpunan ayat-ayat yang setema, kemudian menyusunnya menurut urutan turunnya ayat, serta dengan mempertimbangkan sebab turunnya. Selanjutnya, menjelaskan keterkaitan ayat-ayat tersebut serta memberi komentar dari berbagai aspek terutama term-term kunci dengan pertimbangan analisis dan ilmu yang valid sehingga membentuk kesatuan konsep dan memungkinkan untuk menarik kesimpulan. Oleh karenanya, tafsir dengan metode maudhui, pada hakikatnya adalah tafsir ayat dengan M. Quraish Shihab, metode maudhuโ€™i diibaratkan seperti menyajikan hidangan dalam bentuk โ€œnasi kotakโ€. Di dalam kotak tersebut telah ada sajian yang biasanya menyenangkan. Sudah ada juga air minum dan buah penutup hidangan. Namun demikian, yang disodori kotak tersebut, suka tidak suka harus menerima apa yang telah metode maudhuโ€™i adalah menjawab tantangan zaman yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan, praktis dan sistematis serta dapat menghemat waktu, dinamis sesuai dengan tuntutan zaman, membuat pemahaman menjadi utuh. Sedangkan kekurangannya adalah memenggal ayat yang mengandung permasalahan berbeda, serta membatasi pemahaman Aโ€™lam

Studitokoh tafsir (al-bahts fi al-rijรขl al-tafsรฎr) sering disebut juga dengan istilah peneltian tokoh atau penelitian riwayat hidup individu (individual life history). Sebenarnya penelitian tokoh itu tidak jauh berbeda dengan model penelitian yang lain, seperti penelitian tentang tematik, jika dilihat dari segi prinsip-prinsip metodologi

BookPDF Available AbstractDengan mengucap syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT., Buku yang ada di hadapan pembaca budiman merupakan secuil karya yang dipersembahkan oleh dosen mata kuliah yang bersangkutan dengan judul METODOLOGI STUDI ISLAM MULTI PENDEKATAN DAN MODEL. Buku ini sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa terkait dengan materi Metodologi Studi Islam. Di dalamnya memuat sejumlah pendekatan dan model yang sering digunakan dalam kerja-kerja penelitian agama Islam. Kemudian pada bagian akhir disajikan pula tentang langkah-langkah ilmiah dalam menyusun sebuah darf penelitian agama Islam. Buku ini disadur dari sejumlah literatur yang membahas tentang Studi-studi Agama Religion Studies dan Studi-studi Islam Islamic Studies ditilik dari multi disiplin keilmuan, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Buku yang hadir ini tentu tidak lepas dari sejumlah kekurangan, sehingga kritik konstruktif sangat diharapkan karenanya. Demikian pengantar kata dari penyusun semoga Buku ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembacanya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeAuthor contentAll content in this area was uploaded by Husain Insawan on Mar 21, 2020 Content may be subject to copyright. A preview of the PDF is not available ResearchGate has not been able to resolve any citations for this JamesBy their fruits ye shall know them, not by their roots.โ€™ The Varieties of Religious Experience 1902 is William Jamesโ€™s classic survey of religious belief in its most personal, and often its most heterodox, aspects. Asking questions such as how we define evil to ourselves, the difference between a healthy and a divided mind, the value of saintly behaviour, and what animates and characterizes the mental landscape of sudden conversion, Jamesโ€™s masterpiece stands at a unique moment in the relationship between belief and culture. Faith in institutional religion and dogmatic theology was fading away, and the search for an authentic religion rooted in personality and subjectivity was a project conducted as an urgent necessity. With psychological insight, philosophical rigour, and a determination not to jump to the conclusion that in tracing religionโ€™s mental causes we necessarily diminish its truth or value, in the Varieties James wrote a truly foundational text for modern belief. Matthew Bradleyโ€™s wide-ranging new edition examines the ideas that continue to fuel modern debates on atheism and CoulsonThe classic introduction to Islamic law, tracing its development from its origins, through the medieval period, to its place in modern Islam. Halini salah satunya dikarenakan tafsir model tah}li>li> dinilai tidak memadai lagi untuk menjawab pelbagai persoalan kehidupan umat Islam belakangan, yang tentu saja berbeda dengan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh perumus tafsir tah}li>li> di zamannya.8 Selain itu, sebagai keunggulannya metode tematik ini bersifat โ€šinstanโ€› AbstractBuku yang ada di tangan Anda adalah hasil pengalaman riset dan mengajar matakuliah metode penelitian al-Qurโ€™an dan tafsir, selama kurang lebih lima tahun. Setelah penulis merenungkan cukup lama dan mencoba mengendapkan berbagai ide dan gagasan pemikiran terkait dengan riset al-Qurโ€™an dan tafsir, penulis merasa perlu untuk menuliskannya dalam sebuah buku teks atau buku daras. Sebab, memang tidak banyak โ€“ untuk tidak menyebut tidak ada-buku yang secara khusus membincang metodologi penelitian al-Qurโ€™an dan tafsir. Apalagi dalam buku ini penulis mencoba melengkapi pembahasan dalam setiap model penelitian dengan contoh kasus riset dan contoh proposalnya, sehingga memudahkan bagi para mahasiswa untuk mencoba mengikuti model-model tersebut. Secara garis besar buku ini mencoba menjelaskan tentang bagaimana mestinya para mahasiswa, baik S1, S2, maupun S3 dan juga para dosen memiliki gairah untuk melakukan riset, dalam rangka mengkonstruksi dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sebab hanya dengan mengembangkan tradisi dan budaya riset, ilmu pengetahuan akan terus mengalami dinamika signifikan. Sisi lain, tugas dan tanggung jawab ilmuan, mahasiswa, dosen dan para akademisi bukan sekedar menghafal pengetahuan yang sudah ada, akan tetapi terus melakukan โ€œjihad kreatifโ€ untuk mengembangkan budaya intelektual-akademik demi kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan. Terlebih kalau kita menyadari bahwa al-Qurโ€™an dan Tafsir dalam ruangruang sosial terus mengalami gerak yang sangat dinamis. Oleh sebab itu, membiarkan al-Qurโ€™an dan Tafsir dalam โ€œkebekuanโ€, di tengah-tengah tantangan dinamika sosial keagamaan masyarakat kontemporer sama halnya dengan โ€œmengkufuriโ€ nikmat Allah Swt. Untuk itu, bagi para dosen mahasiswa dan pecinta ilmu, semangat mengkaji dan meriset al-Qurโ€™an dan produk-produk tafsir menjadi sebuah keniscyaan. Sebab kehadiran al-Qurโ€™an dan seluruh gagasan tentang tafsir juga merupakan produk dan proses dialektika teks dan realitas. Jangan sampai al-Qurโ€™an dan juga tafsir yang sedemikian kaya ide dan gagasan di dalamnya, dicampakkan begitu saja tanpa dipelajari dan teliti untuk dikembangkan dan diaktualisasikan, seiring dengan dinamika tantangan dan perubahan sosial. Dalam buku ini mencoba memetakan model-model penelitian al-Qurโ€™an dan tafsir menjadi lima model. Pertama, penelitian tematik dirรขsat al-mawdlรปโ€™iyyah yang tekanannya pada topik atau tema dan isu yang ada dalam al-Qurโ€™an. Kedua, penelitian tokoh dirรขsat fi rijรขl al-mufassirรฎn wal musytasyriqรฎn, yang tekanannya pada pemikiran tokoh mufassir, baik dari sarjana muslim maupun orientalis, baik bersifat individual maupun kolektif. Ketiga, penelitian Living Qurโ€™an dirรขsat fi al-Qurโ€™รขn al-hayy, yang fokusnya pada bagaimana praktik masyarakat berinteraksi dengan al-Qurโ€™an, apa maknanya dan bagaimana relasi antara teks ayat al-Qurโ€™an dengan praktik sosial di masyarakat. Sebab di situlah perbedaan penelitian living Qurโ€™an dengan penelitian sosial keagamaan secara umum. Keempat, penelitian makhtuthรขt melalui pendekatan filologi baca Tahqรฎq al-Kutub/Makhtuthรขt, yang fokusnya pada kajian manuskrip, teks-teks masa lalu yang belum dipublikasikan. Misalnya, makhtuthรขt tafsir karya Kyai Shaleh Darat al-Samarani, yang berjudul Faidl al-Rahmรขn min Tarjamati Kalรขm Malik al-Dayyรขn, sebuah karya kitab tafsir berbahasa Jawa yang pertama kali atas permintaan Kartini. Tafsir ini bernuasa sufistik dan juga mengandung elemen kultur Jawa. Sehingga sebagai produk tafsir lokal, ia tentu sangat layak untuk diriset. Kelima, Penelitian komparatif Dirรขsat muqรขranah, yang fokusnya pada kajian membandingkan antara satu tokoh dengan tokoh lain, atau satu kawasan dengan kawasan yang lainBookPeerReviewedTafsir Al Qur'an - MetodeSimilar works Tujuandari model penelitian fikih ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh produk-produk hukum islam tersebut masih sejalan dengan tuntutan zaman, dan bagaimana seharusnya hukum islam itu dikembangkan dalam rangka meresponi dan menjawab secara kongkret berbagai masalah yang timbul di masyarakat. Penelitian ini dinilai penting untuk dilakukan agar keberadaan hukum islam atau fiqih tetap akrab
Melihat banyaknya masalah metodologis dalam melakukan penelitian tentang karya-karya ilmu Al-Qurโ€™an dan tafsir, penulis artikel ini menjelaskan pendekatan dan analisis tertentu yang telah digunakan oleh beberapa peneliti terkenal di bidang ini. Penulis menguraikan bahwa pendekatan yang memungkinkan, dibagi menjadi dua bagian utama 1 pendekatan kritis historis dan 2 pendekatan interpretatif. Tujuan utama dari pendekatan pertama adalah untuk mengevaluasi kepada siapa teks tafsir tertentu harus dikaitkan, dan seberapa jauh pernyataan tertentu dalam karya tafsir dapat dianggap benar. Pendekatan kedua dapat dilakukan dengan tiga jenis analisis 1 analisis deskriptif, 2 analisis penjelasan, dan 3 analisis kritis. Penulis menjelaskan bahwa penelitian dalam bidang ilmu Al-Qurโ€™an dan tafsir ini memerlukan tidak hanya ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga teori-teori kontemporer dalam bidang sosiologi, sastra, filsafat, hermeneutika, dan feminisme. Penulis mengharapkan bahwa peneliti dalam bidang tafsir sebaiknya mengambil kesempatan untuk memperdalam ilmu-ilmu bantu tersebut, sehingga penelitian akan jauh lebih berkembang dan bervariasi. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Volume 11, Nomor 2, Desember 2018ISSN 1979-6544 eISSN 2548-6942Volume 12, Nomor 1, Juni 2019 ISSN 1979-6544; e-ISSN 2356-1610Jurnal Pengkajian Al-Qurโ€™an dan BudayaVol. 12, No. 1, Juni 2019DAFTAR ISIAkhmad Supriadi dkkMenuju Kesetaraan Ontologis dan Eskatologis? Problematika Gender dalam Perubahan Terjemahan Ayat-ayat Penciptaan Perempuan dan Pasangan Surgawi dalam Al-Qurโ€™an dan Terjemahnya 1โ€“20 Jajang A. RohmanaNegosiasi, Ideologi, dan Batas KesarjanaanPengalaman Penerjemah dalam Proyek Terjemahan Al-Qurโ€™an Bahasa Sunda21โ€“55Nur RohmanEnkulturasi Budaya Pesantren dalam Kitab ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€๎†ฒ๎†ณ๎ˆป๎†ณ๎€ƒ๎†ฃ๎ˆป๎€ƒ๎€‘๎†ž๏…๎‡Ž๎†ต๎ˆป๎€ƒ๎†ž๎†ป๏„ต๎€˜๎†ž๎†ต๎‡๎ˆป๎†ณ Karya Mishbah Musthofa57โ€“89Arivaie RahmanLiteratur Tafsir Al-Qurโ€™an dalam Bahasa Melayu-Jawi 91โ€“110๎€–๎†ฉ๎†ก๎†จ๎†ž๎€ƒ๎€Œ๎†ž๎‡€๎†ž๎†ป๎†ฉPenafsiran Ayat-ayat Al-Qurโ€™an tentang CambukTafsir ๎€˜๎†ž๎†น๎†ฎ๎†ผ๎†ด๎‡Ž๎†ต๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€‘๎†ผ๎†บ๎†ป๎‡Ž๎†ฆ๎†ช๎†ก๎€ƒKarya Abdurrauf Ali al-Jawi al-Fansuri dan An-Nur Karya Hasbi Ash-Shiddieqy111โ€“130 vi แนขuแธฅuf, Vol. 12, No. 1, Juni 2019๎€—๎†ž๎†จ๎†ฉ๎†น๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎€—๎‡€๎†ž๎†ด๎†บ๎†ผ๎†ก๎†ก๎†ฉ๎†ตPendekatan dan Analisis dalam Penelitian Teks TafsirSebuah Overview131โ€“149๎€ž๎†ž๎†ฉ๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎€…๎†น๎†ฉ๎†ฆ๎†ช๎†ต๎€ƒ๎€‘๎†ž๎†ก๎‡๎†ฒ๎†ผ๎†น๎€—๎‡€๎†ฝ๎‡๎†ฃ๎†ซ๎€ƒ๎€†๎†ซ๎†Ÿ๎†ถ๎†ซ๎†บ๎†จ๎†ฝ๎†ž๎†ง๎†ฌ๎†พ๎€ƒ๎€๎†ž๎†ฐ๎†ซ๎†ž๎†น๎€ƒ๎€”๎†ฃ๎†น๎‡€๎†ถ๎†ซ๎†พ๎†ž๎†น๎€ƒ๎€…๎†ถ๏…Ÿ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎†ž๎†น๏„˜Studi Literatur Rasm Usmani dari Masa Klasik sampai Modern151โ€“170 ๎ƒณ๎†ผ๎ˆฐ๎†ผ๎†ฃ, Vol. 12, No. 1, Juni 2019, hlm. 131โ€“149. DOI https// 1979-6544; eISSN 2548-6942; DAN ANALISIS DALAM PENELITIAN TEKS TAFSIRSebuah Overview๎€…๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎€…๎†ต๎†ž๎†ณ๎‡€๎†บ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎€–๎†ข๎†บ๎†ข๎†ž๎†น๎† ๎†จ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎€๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎€˜๎†ข๎†ฟ๎†ป๏ƒฎ๎€ƒan Overview๎‚ผ๎‰‹๎†ท๎ƒ’๎ƒช๎‡ป๎€ฎ๎€๎€ผ๎ƒฝ๎ƒ˜๎‡ฝ๎€ฎ๎€๎‚ผ๎ƒ‘๎€ธ๎€ฎ๎€ถ๎€๎†—๎€๎‚ผ๎„๎ƒณ๎„๎ƒณ๎ƒˆ๎‡ป๎€ฎ๎€๎‚ผ๎„ฟ๎‚ธ๎ƒค๎…‹๎€ฎSahiron SyamsuddinUniversitas Islam Negeri UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta sahiron Melihat banyaknya masalah metodologis dalam melakukan penelitian tentang karya-karya ilmu Al-Qurโ€™an dan tafsir, penulis artikel ini menjelaskan pendekatan dan analisis tertentu yang telah digunakan oleh beberapa peneliti terkenal di bidang ini. Penulis menguraikan bahwa pendekatan yang memungkinkan, dibagi menjadi dua bagian utama 1 pendekatan kritis historis dan 2 pendekatan interpretatif. Tujuan utama dari pendekatan pertama adalah untuk mengevaluasi kepada siapa teks tafsir tertentu harus dikaitkan, dan seberapa jauh pernyataan tertentu dalam karya tafsir dapat dianggap benar. Pendekatan kedua dapat dilakukan dengan tiga jenis analisis 1 analisis deskriptif, 2 analisis penjelasan, dan 3 analisis kritis. Penulis menjelaskan bahwa penelitian dalam bidang ilmu Al-Qurโ€™an dan tafsir ini memerlukan tidak hanya ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga ๎†ฟ๎†ฃ๎†บ๎†ฝ๎†ซ๏…Ÿ๎†ฟ๎†ฃ๎†บ๎†ฝ๎†ซ๎€ƒ๎†ด๎†บ๎†น๎†ฟ๎†ฃ๎†ธ๎†ป๎†บ๎†ฝ๎†ฃ๎†ฝ๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ซ๎†ข๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†พ๎†บ๎†พ๎†ซ๎†บ๎†ถ๎†บ๎†จ๎†ซ๏„•๎€ƒ๎†พ๎†ž๎†พ๎†ฟ๎†ฝ๎†ž๏„•๎€ƒ๎†ง๎†ฌ๎†ถ๎†พ๎†ž๎†ค๎†ž๎†ฟ๏„•๎€ƒ๎†ฉ๎†ฃ๎†ฝ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ฃ๎‡€๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎†ž๏„•๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒfeminisme. Penulis mengharapkan bahwa peneliti dalam bidang tafsir sebaiknya mengambil kesempatan untuk memperdalam ilmu-ilmu bantu tersebut, sehingga penelitian akan jauh lebih berkembang dan kunci Ilmu Al-Qurโ€™an, penafsiran, metodologi tafsir, pendekatan tafsir, analisis tafsir. 132 แนขuแธฅuf, Vol. 12, No. 1, Juni 2019 131โ€“149Abstract๎€“๎†Ÿ๎†บ๎†ข๎†น๎†ฝ๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎†ด๎†ž๎†ต๎‡€๎€ƒ ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ ๎†ด๎†ข๎†ป๎†จ๎†ถ๎†ก๎†ถ๎†ณ๎†ถ๎†ง๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ ๎†ท๎†น๎†ถ๎†Ÿ๎†ณ๎†ข๎†ด๎†บ๎€ƒ ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ ๎† ๎†ถ๎†ต๎†ก๎†ผ๎† ๎†ป๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ ๎†น๎†ข๎†บ๎†ข๎†ž๎†น๎† ๎†จ๎€ƒ ๎†ถ๎†ต๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†พ๎†ถ๎†น๎†ฒ๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†ฉ๎†ป๎†บ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†บ๏ƒซ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†ผ๎†ป๎†จ๎†ถ๎†น๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†ž๎†น๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ณ๎†ข๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ท๎†ณ๎†ž๎†ฉ๎†ต๎†บ๎€ƒ๎† ๎†ข๎†น๎†ป๎†ž๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ž๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ๎†ข๎†บ๎€ƒ ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ ๎†ž๎†ต๎†ž๎†ณ๎‡€๎‡๎†ข๎†บ๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ž๎†ป๎€ƒ ๎†จ๎†ž๎†ฝ๎†ข๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ข๎†ข๎†ต๎€ƒ ๎†ผ๎†บ๎†ข๎†ก๎€ƒ ๎†Ÿ๎‡€๎€ƒ ๎†บ๎†ถ๎†ด๎†ข๎€ƒ ๎†ท๎†น๎†ถ๎†ด๎†ฉ๎†ต๎†ข๎†ต๎†ป๎€ƒ ๎†น๎†ข๎†บ๎†ข๎†ž๎†น๎† ๎†จ๎†ข๎†น๎†บ๎€ƒ ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ ๎†ž๎†น๎†ข๎†ž๏ƒฏ๎€ƒ ๎€˜๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎†ž๎†ผ๎†ป๎†จ๎†ถ๎†น๎€ƒ ๎†ก๎†ข๎†บ๎† ๎†น๎†ฉ๎†Ÿ๎†ข๎†บ๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎†ท๎†ถ๎†บ๎†บ๎†ฉ๎†Ÿ๎†ณ๎†ข๎€ƒ ๎†ž๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ๎€ƒ ๎†พ๎†จ๎†ฉ๎† ๎†จ๎€ƒ ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ ๎†ก๎†ฉ๎†ฝ๎†ฉ๎†ก๎†ข๎†ก๎€ƒ ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ถ๎€ƒ ๎†ป๎†พ๎†ถ๎€ƒ๎†ด๎†ž๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ท๎†ž๎†น๎†ป๎†บ๏ƒฎ๎€ƒ๏„‚๏‡‰๏„ƒ๎€ƒ๎† ๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ž๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†จ๎†ฉ๎†บ๎†ป๎†ถ๎†น๎‡€๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๏„‚๏‡Š๏„ƒ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ฝ๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ๏ƒฏ๎€ƒ๎€˜๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ด๎†ž๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ถ๎†Ÿ๎†ฎ๎†ข๎† ๎†ป๎†ฉ๎†ฝ๎†ข๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ฆ๎†ช๎†น๎†บ๎†ป๎€ƒ๎†ž๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ๎€ƒ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ข๎†ฝ๎†ž๎†ณ๎†ผ๎†ž๎†ป๎†ข๏ƒซ๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†พ๎†จ๎†ถ๎†ด๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎†ป๎†ข๎†ฟ๎†ป๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ž๎€ƒ๎†ท๎†ž๎†น๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ผ๎†ณ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎†ด๎†ผ๎†บ๎†ป๎€ƒ๎†Ÿ๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†ก๎†ก๎†น๎†ข๎†บ๎†บ๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†ป๎†ถ๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†จ๎†ถ๎†พ๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†บ๎†ถ๎†ด๎†ข๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ป๎†ข๎†ต๎†ป๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎† ๎†ข๎†น๎†ป๎†ž๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†บ๎†ป๎†ž๎†ป๎†ข๎†ด๎†ข๎†ต๎†ป๎†บ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎† ๎†ž๎†ต๎€ƒ๎†Ÿ๎†ข๎€ƒ๎† ๎†ถ๎†ต๎†บ๎†ฉ๎†ก๎†ข๎†น๎†ข๎†ก๎€ƒ๎† ๎†ถ๎†น๎†น๎†ข๎† ๎†ป๏ƒฏ๎€ƒ๎€˜๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†บ๎†ข๎† ๎†ถ๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†ž๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ๎€ƒ๎† ๎†ž๎†ต๎€ƒ๎†Ÿ๎†ข๎€ƒ๎†ก๎†ถ๎†ต๎†ข๎€ƒ๎†Ÿ๎‡€๎€ƒ๎†ก๎†ถ๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†น๎†ข๎†ข๎€ƒ๎†ป๎‡€๎†ท๎†ข๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ž๎†ณ๎‡€๎†บ๎†ฉ๎†บ๏ƒฎ๎€ƒ๏„‚๏‡‰๏„ƒ๎€ƒ๎†ก๎†ข๎†บ๎† ๎†น๎†ฉ๎†ท๎†ป๎†ฉ๎†ฝ๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ž๎†ณ๎‡€๎†บ๎†ฉ๎†บ๏ƒซ๎€ƒ๏„‚๏‡Š๏„ƒ๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ท๎†ณ๎†ž๎†ต๎†ž๎†ป๎†ถ๎†น๎‡€๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ž๎†ณ๎‡€๎†บ๎†ฉ๎†บ๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๏„‚๏‡‹๏„ƒ๎€ƒ๎† ๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ž๎†ณ๎‡€๎†บ๎†ฉ๎†บ๏ƒฏ๎€ƒ๎€…๎† ๎† ๎†ถ๎†น๎†ก๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†ผ๎†ป๎†จ๎†ถ๎†น๏ƒซ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†น๎†ข๎†บ๎†ข๎†ž๎†น๎† ๎†จ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ฆ๎†ช๎†ข๎†ณ๎†ก๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†ฉ๎†ป๎†บ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎†น๎†ข๎†ธ๎†ผ๎†ฉ๎†น๎†ข๎†บ๎€ƒ๎†ต๎†ถ๎†ป๎€ƒ๎†ถ๎†ต๎†ณ๎‡€๎€ƒ๎€๎†บ๎†ณ๎†ž๎†ด๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎†บ๎† ๎†ฉ๎†ข๎†ต๎† ๎†ข๎†บ๏ƒซ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ผ๎†ป๎€ƒ ๎†ž๎†ณ๎†บ๎†ถ๎€ƒ ๎† ๎†ถ๎†ต๎†ป๎†ข๎†ด๎†ท๎†ถ๎†น๎†ž๎†น๎‡€๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎†ถ๎†น๎†ฉ๎†ข๎†บ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ฆ๎†ช๎†ข๎†ณ๎†ก๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†บ๎†ถ๎† ๎†ฉ๎†ถ๎†ณ๎†ถ๎†ง๎‡€๏ƒซ๎€ƒ๎†ณ๎†ฉ๎†ป๎†ข๎†น๎†ž๎†ป๎†ผ๎†น๎†ข๏ƒซ๎€ƒ๎†ท๎†จ๎†ฉ๎†ณ๎†ถ๎†บ๎†ถ๎†ท๎†จ๎‡€๏ƒซ๎€ƒ๎†จ๎†ข๎†น๎†ด๎†ข๎†ต๎†ข๎†ผ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†บ๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†ฃ๎†ข๎†ด๎†ฉ๎†ต๎†ฉ๎†บ๎†ด๏ƒฏ๎€ƒ๎€˜๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†พ๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ข๎†น๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ท๎†ข๎† ๎†ป๎†บ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ž๎†ป๎€ƒ๎†น๎†ข๎†บ๎†ข๎†ž๎†น๎† ๎†จ๎†ข๎†น๎†บ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ฆ๎†ช๎†ข๎†ณ๎†ก๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎†บ๎†จ๎†ถ๎†ผ๎†ณ๎†ก๎€ƒ๎†ป๎†ž๎†ฒ๎†ข๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ถ๎†ท๎†ท๎†ถ๎†น๎†ป๎†ผ๎†ต๎†ฉ๎†ป๎‡€๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ก๎†ข๎†ข๎†ท๎†ข๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎†บ๎†ข๎€ƒ ๎†บ๎†ผ๎†ท๎†ท๎†ถ๎†น๎†ป๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎†บ๎† ๎†ฉ๎†ข๎†ต๎† ๎†ข๎†บ๎€ƒ ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ ๎†ถ๎†น๎†ก๎†ข๎†น๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ž๎†ป๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎†น๎†ข๎†บ๎†ข๎†ž๎†น๎† ๎†จ๎€ƒ๎†พ๎†ฉ๎†ณ๎†ณ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ข๎€ƒ๎†ด๎†ถ๎†น๎†ข๎€ƒ๎†ก๎†ข๎†ฝ๎†ข๎†ณ๎†ถ๎†ท๎†ข๎†ก๎€ƒand ๎€•๎†ผ๎†น๎†ž๎†ต๎†ฉ๎† ๎€ƒ ๎†บ๎† ๎†ฉ๎†ข๎†ต๎† ๎†ข๎†บ๏ƒซ๎€ƒ ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๏ƒซ๎€ƒ ๎†ด๎†ข๎†ป๎†จ๎†ถ๎†ก๎†ถ๎†ณ๎†ถ๎†ง๎‡€๎€ƒ ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๏ƒซ๎€ƒ ๎†ž๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ๎€ƒ ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ž๎†ณ๎‡€๎†บ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๏ƒฏ๎ƒ–๎ƒ‹๎ƒณ๎…‹๎€ฎ๎€๎†๎Š๎‚ธ๎ƒ‡๎€๎€ ๎†ท๎ƒ’๎ƒช๎‡ป๎€ฎ๎Š๎€๎ˆ๎€ฉ๎ƒŽ๎ƒญ๎ƒฒ๎€ฎ๎€๎‡๎ƒฝ๎ƒณ๎ƒฃ๎€๎†—๎€๎†๎‚ธ๎ƒถ๎ƒฃ๎„„๎€ฎ๎€๎†๎ƒฝ๎ƒ‡๎€๎€ฒ๎ƒฝ๎ƒˆ๎‡บ๎€ฎ๎€๎€จ๎€ฎ๎ƒŽ๎ƒ„๎€ฌ๎€๎†—๎€๎‚ผ๎„๎ƒ…๎ƒผ๎ƒน๎…‹๎€ฎ๎€๎ƒฑ๎‚ถ๎‚ธ๎ƒ’๎…‹๎€ฎ๎€๎€ฐ๎†ต๎ƒฏ๎€๎†ค๎€ฌ๎€๎€ฎ๎ƒŽ๎ƒก๎ƒธ๎€๎€๎†๎‚ธ๎ƒ…๎…‹๎€ฎ๎€๎€ฎ๎ƒ๎ƒป๎€๎†—๎€๎ˆ๎ƒฝ๎ƒ‚๎ƒ‡๎‚ธ๎‡บ๎€ฎ๎€๎‚ธ๎ƒถ๎ƒผ๎ƒต๎ƒŒ๎ƒ‹๎‚ฟ๎ƒ’๎ˆป๎€๎ˆ๎€ช๎€๎ƒซ๎‚ป๎ƒ‘๎€๎ˆ๎€ฎ๎ˆˆ๎‰Ž๎€ฎ๎€๎‡๎‰ƒ๎„๎ƒค๎…‹๎€ฎ๎€๎ƒฑ๎„๎ƒณ๎ƒˆ๎‡ป๎€ฎ๎Š๎€๎‚ผ๎„ฟ๎‚ธ๎ƒค๎…‹๎€ฎ๎€๎€ด๎‡ฎ๎ˆป๎€๎ˆ๎€ช๎€๎‚น๎‚พ๎‡”๎‰Ž๎€ฎ๎€๎Š๎€๎€ฅ๎‚ผ๎„๎ƒŠ๎€ธ๎‚ธ๎‡ป๎€ฎ๎€๎‚ผ๎„€๎ƒŒ๎ƒญ๎‡ฝ๎€ฎ๎€๎‚ผ๎„ฟ๎‚ธ๎ƒค๎…‹๎€ฎ๎€๎€‰๎™๎€Š๎€๎€๎‚ธ๎ƒถ๎ƒป๎€๎‡๎‰„๎ƒ’๎‰„๎‚ถ๎€ธ๎€๎‡๎ƒถ๎ƒ’๎ƒฌ๎€๎†ค๎€ฌ๎€๎ƒด๎ƒ’๎ƒญ๎ƒน๎‚พ๎€๎‚ผ๎ƒน๎ƒฐ๎ƒถ๎…‹๎€ฎ๎€๎‚ผ๎„ฟ๎‚ธ๎ƒค๎…‹๎€ฎ๎€๎ˆ๎€ช๎€๎‚น๎‚พ๎‡”๎‰Ž๎€ฎ๎€๎ƒฑ ๎“๎ƒ˜๎ƒฉ๎€๎Œ๎†ท๎ƒ’๎ƒช๎‚พ๎€๎ƒฑ๎ƒถ๎ƒฃ๎€๎Œ๎€ช๎€๎‚ผ๎‚ป๎ƒ’๎ˆบ๎€๎‚ผ๎ƒˆ๎ƒ—๎€๎€ฑ๎‚ธ๎‚ป๎ƒ๎€ฌ๎€๎ƒฝ๎ƒป๎€๎ˆž๎Š๎„„๎€ฎ๎€๎‚ผ๎„ฟ๎‚ธ๎ƒค๎…‹๎€ฎ๎€๎ƒท๎ƒต๎€๎†€๎‰„๎‚ถ๎ƒŽ๎‰Ž๎€ฎ๎€๎ƒ๎ƒŒ๎…๎€ฎ๎Š๎€๎€๎‚ผ๎‰‹๎†ท๎ƒ’๎ƒช๎‡ป๎€ฎ๎€๎‚ผ๎„ฟ๎‚ธ๎ƒค๎…‹๎€ฎ๎€๎€‰๎š๎€Š๎€๎‚ผ๎„๎ƒธ๎‚ธ๎‡ผ๎€ฎ๎€๎‚ผ๎„ฟ๎‚ธ๎ƒค๎…‹๎€ฎ๎€๎‚ธ๎ƒต๎€ช๎€๎€๎‚ธ๎ƒˆ๎„๎ƒˆ๎ƒ—๎€๎†ท๎ƒ’๎ƒช๎‡ป๎€ฎ๎€๎†๎‚ธ๎ƒถ๎ƒฃ๎€ช๎€๎†—๎€๎ƒ†๎‰‹๎‡ต๎‚พ๎€๎Œ๎€ช๎€๎†ฑ๎‚ฟ๎ƒค๎„€๎€๎ˆ๎€ช๎€๎ƒท๎ˆฒ๎ƒถ๎„€๎€๎Œ๎ƒŒ๎ƒต๎€๎Œ๎€ช๎€๎†ค๎‰‰๎Š๎€๎ƒบ๎‚ป๎‚พ๎‡“๎€๎†ค๎€ฌ๎€๎€ฅ๎…š๎‚ธ๎„๎‡บ๎€ฎ๎€๎ƒฑ๎„๎ƒณ๎ƒˆ๎‡ป๎€ฎ๎€๎€‰๎š๎€Š๎€๎Š๎€๎€ฅ๎†…๎ƒŽ๎ƒค๎ƒฒ๎€ฎ๎€๎ƒฑ๎„๎ƒณ๎ƒˆ๎‡ป๎€ฎ๎€๎€‰๎™๎€Š๎€๎€๎†ญ๎€๎€ ๎ƒฑ๎„๎ƒณ๎ƒˆ๎‡ป๎€ฎ๎€๎ƒท๎ƒต๎€๎€๎€ฎ๎ƒฝ๎ƒธ๎€ช๎€๎‚ผ๎ƒ๎„‰๎ƒ‚๎‚บ๎€๎‚ธ๎ƒป๎€ซ๎€ฎ๎€ถ๎€ช๎€๎ƒท๎ˆฒ๎ƒถ๎„๎ƒฉ๎€๎€ณ๎‚ธ๎‚ฟ๎„ฑ๎€๎„ˆ๎€๎†ท๎ƒ’๎ƒช๎‡ป๎€ฎ๎Š๎€๎ˆ๎€ฉ๎ƒŽ๎ƒญ๎ƒฒ๎€ฎ๎€๎‡๎ƒฝ๎ƒณ๎ƒฃ๎€๎†๎‚ธ๎…ƒ๎€๎†—๎€๎€ฒ๎ƒฝ๎ƒˆ๎‡บ๎€ฎ๎€๎ˆ๎€ช๎€๎‚น๎‚พ๎‡”๎‰Ž๎€ฎ๎€๎€ด๎“๎‡ฑ๎Š๎€๎€๎Œ๎ƒŒ๎ƒญ๎‡ฝ๎€ฎ๎€๎ƒฑ๎„๎ƒณ๎ƒˆ๎‡ป๎€ฎ๎€๎€‰๎›๎€Š๎€๎Š๎€๎‚ผ๎ƒช๎ƒ’๎ƒณ๎ƒช๎ƒฒ๎€ฎ๎Š๎€๎€ฏ๎€ถ๎„„๎€ฎ๎Š๎€๎€๎‚ธ๎ƒถ๎‚ฟ๎ƒ„๎„ˆ๎€ฎ๎€๎†—๎€๎€ฐ๎‡ฑ๎‚ธ๎ƒค๎…‹๎€ฎ๎€๎€ฑ๎‚ธ๎‰‹๎ƒŽ๎ƒก๎‡ฝ๎€ฎ๎€๎†ค๎€ฌ๎€๎‚ธ๎ƒ›๎„€๎€ช๎€๎€ณ๎‚ธ๎‚ฟ๎„ฑ๎€๎ƒฑ๎‚บ๎€๎‚ผ๎„๎ƒต๎„‰๎ƒ‘๎„†๎€ฎ๎€๎‡๎ƒฝ๎ƒณ๎ƒค๎ƒฒ๎€ฎ๎€๎†ค๎€ฌ๎€๎ƒœ๎ƒญ๎ƒฉ๎€๎ƒซ๎ƒถ๎ƒค๎‚ฟ๎ƒณ๎‰Ž๎€๎‚ผ๎ƒ—๎ƒŽ๎ƒช๎ƒฒ๎€ฎ๎€๎€ฎ๎Š๎ƒ๎ƒผ๎‚ฟ๎‰ƒ๎„€๎€๎ˆ๎€ช๎€๎†ท๎ƒ’๎ƒช๎‡ป๎€ฎ๎€๎†๎‚ธ๎…ƒ๎€๎†—๎€๎‡๎ƒ‚๎ƒ‡๎‚ธ๎‡บ๎€ฎ๎€๎ƒท๎ƒต๎€๎‚น๎‚พ๎‡”๎‰Ž๎€ฎ๎€๎ƒฝ๎ƒ„๎ƒŽ๎‰‹๎Š๎€๎€๎‚ผ๎‰‹๎ƒฝ๎ƒ‚๎ƒธ๎„„๎€ฎ๎Š๎€๎‚ธ๎ƒญ๎„๎ƒž๎„๎‰ƒ๎„๎ƒต๎ƒŽ๎…๎€ฎ๎Š๎€๎ˆ€๎ƒฝ๎ƒน๎‚พ๎Š๎€๎€ฎ๎€ธ๎ƒฝ๎ƒž๎‚พ๎€๎†ต๎‰ˆ๎€ช๎€๎€ฒ๎ƒฝ๎ƒˆ๎‡บ๎€ฎ๎€๎ˆ๎ƒฝ๎ˆฒ๎‚พ๎€๎… ๎ƒ‡๎€๎€ฐ๎ƒŒ๎ƒฃ๎‚ธ๎ƒ’๎…‹๎€ฎ๎€๎‡๎ƒฝ๎ƒณ๎ƒค๎ƒฒ๎€ฎ๎€๎ƒฎ๎ƒณ๎‚พ๎€๎†—๎‚ผ๎„๎ƒ‡๎‚ธ๎‚ฟ๎ƒช๎…‹๎€ฎ๎€๎€ฑ๎‚ธ๎ƒถ๎‡–๎‰Ž๎€ฎ๎Œ๎†ท๎ƒ’๎ƒช๎‡ป๎€ฎ๎€๎ƒฑ๎„๎ƒณ๎ƒˆ๎‡ป๎€ฎ๎€๎€ ๎‚ผ๎‰‹๎†ท๎ƒ’๎ƒช๎‡ป๎€ฎ๎€๎‚ผ๎„ฟ๎‚ธ๎ƒค๎…‹๎€ฎ๎€๎€ ๎†ท๎ƒ’๎ƒช๎‡ป๎€ฎ๎€๎ƒƒ๎ƒป๎‚ธ๎ƒน๎ƒต๎€๎€ ๎†ท๎ƒ’๎ƒช๎‡ป๎€ฎ๎€๎€ ๎ˆ๎€ฉ๎ƒŽ๎ƒญ๎ƒฒ๎€ฎ๎€๎‡๎ƒฝ๎ƒณ๎ƒฃ Pendekatan dan Analisis dalam Penelitian Teks Tafsir โ€” Sahiron Syamsuddin 133PendahuluanBanyak mahasiswa dan pengkaji teks Al-Qurโ€™an dan literatur tafsir menghadapi problem-problem metodologis yang cukup serius dan rumit, baik ketika mereka akan maupun sedang melakukan penelitian. Selain itu, sebagian mahasiswa merasa kebingungan dalam menentukan pokok masalah objek yang akan diteliti. โ€œMengekorโ€ model orang lain dalam hal ini menjadi satu kenyataan yang tak dapat dihindari. Konsekuensinya, ๎‡๎†ž๎†ฝ๎†ซ๎†ž๎†พ๎†ซ๎€ƒ๎†บ๎†Ÿ๎†ฐ๎†ฃ๎†ด๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ฃ๎†ถ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ฟ๎†ซ๎†ข๎†ž๎†ด๎€ƒ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ด๎†ฃ๎†ธ๎†Ÿ๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†พ๎†ฃ๎†ก๎†ž๎†ฝ๎†ž๎€ƒ๎†พ๎†ซ๎†จ๎†น๎†ซ๎†ง๎†ฌ๎†ด๎†ž๎†น๏„™๎€ƒ๎€—๎†ฃ๎†ถ๎†ž๎†ซ๎†น๎€ƒ๎†ซ๎†ฟ๎‡€๏„•๎€ƒ๎†ฟ๎†ซ๎†ข๎†ž๎†ด๎€ƒjarang bahwa di antara mereka melakukan penelitian dalam bidang Ilmu Tafsir dengan metode yang kurang tepat. Seorang mahasiswa, misalnya, mengajukan proposal penelitian dengan judul โ€œAqidah menurut Al-Qurโ€™an Studi tentang Pemikiran Muhammad Abu Zahrahโ€. Judul ini jelas membingungkan apakah dia akan mengkaji konsep Al-Qurโ€™an dengan metode tematik, ataukah dia akan meneliti pemikiran seorang mufasir tentang ajaran Al-Qurโ€™an? Lebih ironis, seorang dosen mengatakan bahwa meskipun seseorang mengkaji konsep Al-Qurโ€™an secara tematik, dia harus menempatkan penafsiran para mufasir pada posisi yang sentral. Bahkan banyak mahasiswa tidak mengeksplorasi secara jelas dan tepat dalam skripsi, tesis, atau disertasi mereka pendekatan, metode, kerangka teoritis, dan analisis yang akan digunakan dalam penelitian tafsir. Demikianlah beberapa contoh problem metodologis yang dialami oleh para pengkaji dalam bidang tafsir. Berdasarkan pada realita tersebut, penulis tertarik untuk membahas sebagian dari aspek metodologis dalam penelitian literatur tafsir. Agar tidak terlalu berpanjang lebar, penulis hanya akan memfokuskan pada bahasan tentang metode dan analisis penelitian semata. Namun, sebelum itu, penulis akan mengemukakan terlebih dahulu macam-macam penelitian dalam studi Al-Qurโ€™an dan tafsir. Pemetaan Penelitian dalam Studi Al-Qurโ€™an dan TafsirDalam studi Al-Qurโ€™an dan Tafsir paling tidak ada empat kelompok besar penelitian sebagai berikut๎€”๎†ข๎†น๎†ป๎†ž๎†ด๎†ž, penelitian yang menjadikan teks Al-Qurโ€™an sebagai obyek sentral, dan atau sumber pokok dalam penelitian. Hal ini disebut oleh ๎€…๎†ธ๎‰Œ๎†น๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€๎†ฉ๎‹ซ๎†ถ๎‰Œ๎€ƒ ๏„ฌ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ ๎†ด๎†ฃ๎†ธ๎‡€๎†ข๎†ซ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ข๎†ซ๎†ซ๎†ด๎‡€๎†ฟ๎†ซ๎€ƒ ๎†บ๎†ถ๎†ฃ๎†ฉ๎€ƒ ๎€†๎†ซ๎†น๎†ฟ๎€ƒ ๎†ž๎†พ๎‡„๏…Ÿ๎€—๎‡„๎‡’๎‹™๎†ซ๏…ท๏„ญ๎€ƒ ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒistilah ๎†ก๎†ฉ๎†น๎‡Ž๎†บ๎†ž๎†ป๎€ƒ๎†ž๎†ต๏„ต๎†ต๎†ž๎Šญ๎Šญ, yang khususnya terkait dengan ๎†ฃ๎†ž๎†จ๎†ด๎€ƒ๎†ž๎†ต๏„ต๎†ต๎†ž๎Šญ๎Šญ ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ผ๎†ต๎†ก๎†ข๎†น๎†บ๎†ป๎†ž๎†ต๎†ก๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ ๎†ป๎†ข๎†ฟ๎†ป๏„ง๎†ธ๎†ฃ๎†ธ๎†ž๎†ฉ๎†ž๎†ธ๎†ซ๎€ƒ ๎†ฟ๎†ฃ๎†ด๎†พ๏„ญ๎€ƒ ๏„ฌ๎€†๎†ซ๎†น๎†ฟ๎€ƒ ๎†ž๎†พ๎‡„๏…Ÿ๎€—๎‡„๎‡’๎‹™๎†ซ๏…ท๎€ƒ ๏‡ณ๏‡ป๏‡น๏‡ณ๏„˜๎€ƒ ๏‡ณ๏‡ด๏‡ต๏„ญ๏„™๎€ƒ ๎€ˆ๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒhal ini, seorang peneliti bisa melakukan penelitian terkait dengan ๎†ฃ๎†ข๎†ž๎†ป๎†ผ๎†น๎†ข๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎†ป๎†ข๎†ฟ๎†ป๎†บ tampilan-tampilan luar teks-teks Al-Qurโ€™an, seperti 134 แนขuแธฅuf, Vol. 12, No. 1, Juni 2019 131โ€“149cara baca teks Al-Qurโ€™an, variasi qiraat, makki-madani, ๎†ต๎†ž๎‹ผ๎†ด๎€ƒsistematika/struktur, ๎†ด๎†ผ๎ˆฐ๎†ฒ๎†ž๎†ด๏„ต๎†ด๎†ผ๎†ป๎†ž๎†บ๎‡€๎‡Ž๎†Ÿ๎†ฉ๎†จ, gaya bahasa ๎†บ๎†ป๎‡€๎†ณ๎†ข๎€ƒ ๎†ณ๎†ฉ๎†ต๎†ง๎†ผ๎†ฉ๎†บ๎†ป๎†ฉ๎† ๏ƒฝ๎†Ÿ๎†ž๎†ณ๎‡Ž๎†ง๎†ž๎†จ, manuskrip Al-Qurโ€™an klasik, dan pencetakan teks Al-Qurโ€™an pada masa modern dan kontemporer. Selain itu, peneliti juga bisa membahas tentang kandungan makna teks Al-Qurโ€™an. Hal ini bisa dilakukan secara parsial dan komprehensif dengan metode dan pendekatan tertentu. Yang dimaksud penelitian makna teks Al-Qurโ€™an yang bersifat parsial adalah penelitian terhadap makna satu ayat, sekelompok ayat tertentu, atau satu surah tertentu. Sebagai contoh, Sahiron Syamsuddin Syamsuddin 2014 104-116; 2017 99-109; 2017 143-157 mengkaji dan menginterpretasi ๎†พ๎‡€๎†ฝ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€…๎†น๎†Ÿ๎†ซ๎‡„๎‡’๏…ท๏„ง๏‡ด๏‡ณ๏„˜๎€ƒ๏‡ต๏‡ป๏…Ÿ๏‡ถ๏‡ฒ๏„•๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€†๎†ž๎†ผ๎†ž๎†ฝ๎†ž๎†ฉ๏„ง๏‡ด๏„˜๎€ƒ๏‡ณ๏‡ณ๏‡ณ๏…Ÿ๏‡ณ๏‡ณ๏‡ต๏„•๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ž๎†น๏…Ÿ๎€’๎†ซ๎†พ๎‡’๏…ท๏„ง๏‡ถ๏„˜๎€ƒ๏‡ต๏‡ถ๎€ƒ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒmenggunakan pendekatan kontekstualis atau pendekatan ๎†ด๎†ž๏…‹๎†ต๎‡Ž๏„ต๎† ๎†ผ๎†ด๏„ต๎†ด๎†ž๎†ง๎‡๎‡Ž๏ƒฏ Contoh lain, Nicolai Sinai menulis artikel โ€œAn Interpretation of ๎€—๎‹ˆ๎†น๎†ž๎†ป๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€’๎†ž๎†ฎ๎†ด Q. 53โ€ yang berisi penafsirannya terhadap ๎€—๎‹ˆ๎†น๎†ž๎†ป๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€’๎†ž๎†ฎ๎†ด dengan pendekatan strukturalis Sinai 2011 1-28. Termasuk dalam ๎†ฃ๎†ž๎†จ๎†ด๎€ƒ๎†ž๎†ต๏„ต๎†ต๎†ž๎Šญ๎Šญ pula, kajian-kajian yang bertujuan memahami makna/konsep Al-Qurโ€™an tentang berbagai persoalan secara komprehensif. Dalam hal ini, seorang peneliti dapat mengkajinya dengan pendekatan tafsir tematik, seperti konsep โ€œkeseimbanganโ€ antara materialisme dan spiritualisme, dan ๎†ด๎†บ๎†น๎†พ๎†ฃ๎†ป๎€ƒ๎†ด๎†ฃ๎†Ÿ๎†ฃ๎†Ÿ๎†ž๎†พ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ž๎†ด๎†ซ๎†ข๎†ž๎†ฉ๎€ƒ๏„ฌ๎€†๎†ซ๎†น๎†ฟ๎€ƒ๎†ž๎†พ๎‡„๏…Ÿ๎€—๎‡„๎‡’๎‹™๎†ซ๏…ท๏‡ณ๏‡ป๏‡น๏‡ด๏„ญ๏„™๎€ƒ๎€๎†ž๎†ฐ๎†ซ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ด๎†บ๎†ธ๎†ป๎†ฝ๎†ฃ๎†ฉ๎†ฃ๎†น๎†พ๎†ซ๎†ค๎€ƒ๎†ซ๎†น๎†ซ๎€ƒjuga bisa dilakukan dengan pendekatan adalah penelitian tentang hasil pembacaan/penafsiran dan terjemahan seseorang terhadap teks Al-Qurโ€™an. Inilah yang dimaksud dengan penelitian literatur tafsir, yang oleh Norman Calder dimasukkan dalam โ€œ๎†ณ๎†ฉ๎†ป๎†ข๎†น๎†ž๎†น๎‡€๎€ƒ๎†ง๎†ข๎†ต๎†น๎†ขโ€ Calder 1993 101. Berbeda dengan jenis penelitian pertama yang menjadikan teks sakral sebagai obyek penelitian, penelitian kedua ini mengkaji ๎†จ๎†ผ๎†ด๎†ž๎†ต๎€ƒ๎† ๎†น๎†ข๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต dalam bentuk teks yang bersifat profan. Aspek-aspek metodologis penelitian kedua inilah yang akan dibahas di artikel ini secara lebih terperinci. Di antara contoh penelitian ini adalah karya Andrew J. Lane Lane 2006 yang berjudul ๎€…๎€ƒ๎€˜๎†น๎†ž๎†ก๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎€‘๎†ผ๏…‹๎†ป๎†ž๎‡๎†ฉ๎†ณ๎†ฉ๎†ป๎†ข๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎‡Ž๎†ต๎€ƒ๎€‡๎†ถ๎†ด๎†ด๎†ข๎†ต๎†ป๎†ž๎†น๎‡€๏ƒฎ๎€ƒ๎€˜๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€๎†ž๎†บ๎†จ๎†บ๎†จ๎‡Ž๎†ฃ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎€Ž๎‡Ž๎†น๎€ƒ๎€…๎†ณ๎†ณ๎‡Ž๎†จ๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€ž๎†ž๎†ด๎†ž๎†ฒ๎†จ๎†บ๎†จ๎†ž๎†น๎ˆป๎€ƒ๏„‚๎†ก๏ƒฏ๎€ƒ๏‡๏‡‹๏‡๏ƒฝ๏‡‰๏‡‰๏‡Œ๏‡Œ๏„ƒ๏ƒซ๎€ƒ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†ข๎†ซ๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ๎€๎†ž๎†น๎†ฃ๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ข๎†ซ๎†พ๎†ด๎‡€๎†พ๎†ซ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†น๎†ฟ๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†ด๎†พ๎€ƒ๎†ฟ๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎€ƒ๎†ž๎‡…๏…Ÿ๎€ž๎†ž๎†ธ๎†ž๎†ด๎†ฉ๎†พ๎‡„๎†ž๎†ฝ๎‰Œ๎€ƒditinjau dari sejarah pembuatan teks tafsir tersebut, resepsi atasnya, metode penafsirannya, dan sumber-sumber penafsirannya. ๎€๎†ข๎†ป๎†ฉ๎†ง๎†ž adalah penelitian tentang aspek-aspek metodis, baik yang bersumber dari Ulumul Qurโ€™an/Ilmu Tafsir maupun dari ilmu-ilmu bantu lain, baik konsepnya maupun implementasinya. Penelitian tentang ๎†ž๎†บ๎†Ÿ๎‡Ž๎†Ÿ๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎†ต๎†ผ๎‡๎‹ˆ๎†ณ dan๎€ƒ ๎†ด๎†ผ๎†ต๎‡Ž๎†บ๎†ž๎†Ÿ๎‡Ž๎†ป๎€ƒ ๎†ž๎†ณ๏„ต๎‡Ž๎‡€๎‡Ž๎†ป๎€ƒ termasuk dalam kategori ini. Demikian pula, penelitian tentang teori-teori hermeneutika tertentu digolongkan ke dalam model penelitian ini. Sebagai contoh, Abdel Haleem, seorang Pendekatan dan Analisis dalam Penelitian Teks Tafsir โ€” Sahiron Syamsuddin 135profesor dalam bidang Islamic Studies di SOAS, University of London, ๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ ๎†ž๎†ฝ๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎†ฃ๎†ถ๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ ๏…ธ๎€˜๎†ฉ๎†ฃ๎€ƒ ๎€–๎†บ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ ๎†บ๎†ค๎€ƒ ๎€‡๎†บ๎†น๎†ฟ๎†ฃ๎‡ƒ๎†ฟ๎€ƒ ๎†ซ๎†น๎€ƒ ๎€๎†น๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ป๎†ฝ๎†ฃ๎†ฟ๎†ซ๎†น๎†จ๎€ƒ ๎†ž๎†น๎†ข๎€ƒ ๎€˜๎†ฝ๎†ž๎†น๎†พ๎†ถ๎†ž๎†ฟ๎†ซ๎†น๎†จ๎€ƒthe Qurโ€™anโ€ menjelaskan secara baik pentingnya memperhatikan konteks tekstual ๎†บ๎†ฉ๎‡€๎‡Ž๎†ธ๎€ƒ๎†ž๎†ต๏„ต๎†ต๎†ž๎Šญ๎Šญ dan konteks historis dalam proses penafsiran dan penerjemahan terhadap teks Al-Qurโ€™an Haleem 2018 47-66. ๎€๎†ข๎†ข๎†ด๎†ท๎†ž๎†ป ialah penelitian yang mengkaji โ€œresponsโ€ atau resepsi masyarakat terhadap Al-Qurโ€™an atau terhadap hasil penafsiran seseorang atas Al-Qurโ€™an. Hakikatnya, penelitian ini termasuk penelitian dalam disiplin ilmu sosial antara lain sosiologi dan antropologi. Namun demikian, karena berkaitan erat dengan masalah Al-Qurโ€™an, penelitian ini bisa juga dimasukkan dalam program studi Al-Qurโ€™an. Neal Robinson dan Deny, misalnya, meneliti bagaimana teks Al-Qurโ€™an itu dibaca, didengar, dihafal, dimusabaqahkan MTQ, dan dipraktekkan dalam kehidupan umat Islam Robinson 1996; dan Deny 1988 288-306. Bisa dimasukkan dalam penelitian ๎†ซ๎†น๎†ซ๎€ƒ๎†ฐ๎‡€๎†จ๎†ž๎€ƒ๎†ด๎†ž๎†ฝ๎‡„๎†ž๎€ƒ๎€Š๎†ž๎†ฝ๎†ซ๎†พ๎€ƒ๎€๎†ฃ๎†Ÿ๎†ถ๎†ž๎‡‚๎†ซ๏„•๎€ƒ๏…ธ๏…ต๎€๎†ถ๎†ธ๎€ƒ๎€Œ๎†ซ๎†ค๎ŒŸ๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎‡’๎†น๏„•๏…บ๎€ƒ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†ธ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎†ž๎†พ๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†น๎†ฟ๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒtradisi menghafal Al-Qurโ€™an dan metodenya serta tantangannya di masa digital ini dengan pendekatan multidispliner Keblawi 2014 168-195. Terkait dengan resepsi atas tafsir, Dale F. Eickelman Eickelman 1993 163-168 meneliti bagaimana tanggapan masyarakat Kuwait, Cassablanca, dan ๎€—๎‡€๎†ฝ๎†ซ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ฉ๎†ž๎†ข๎†ž๎†ป๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†ธ๎†ซ๎†ด๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†พ๎†ฟ๎†ฝ๎‡€๎†ด๎†ฟ๎‡€๎†ฝ๎†ž๎†ถ๎†ซ๎†พ๎€ƒ ๎€‘๏„™๎€ƒ ๎€—๎‡„๎†ž๎ˆฝ๎†ฝ๎‹ซ๎†ฝ๏„™๎€ƒ ๎€Ž๎†ฃ๎†น๎†ซ๎†พ๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ฃ๎†ถ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ซ๎†น๎†ซ๎€ƒmasih terus dikembangkan di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri PTKIN.Penelitian Literatur Tafsir Tinjauan SejarahPada dasarnya, penelitian tafsir/ilmu tafsir yang merebak dan tersis-tematisasi pada abad ke-20 ini berasal dari tradisi apresiasi dan kritik tafsir ๎†ข๎†ฟ๎†ข๎†ง๎†ข๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎† ๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ฉ๎†บ๎†ด yang sudah muncul sejak zaman sahabat Nabi, bahkan sejak Nabi Muhammad masih hidup. Hadis jika sahih yang menyebutkan, โ€œSiapa pun menafsirkan Al-Qurโ€™an tanpa ilmu ๎†Ÿ๎†ฉ๏„ต๎†ง๎†ž๎‡€๎†น๎€ƒ ๏…‹๎†ฉ๎†ณ๎†ด, maka dia akan masuk neraka,โ€ bisa dipahami sebagai kritik Nabi terhadap praktik ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๏…ธ๎†พ๎†ฃ๎†ธ๎†Ÿ๎†ฝ๎†บ๎†น๎†บ๏…บ๎€ƒ๎†ป๎†ž๎†ข๎†ž๎€ƒ๎†ธ๎†ž๎†พ๎†ž๎€ƒ๎†ซ๎†ฟ๎‡€๎€ƒ๏„ฌ๎†ž๎‡…๏…Ÿ๎€ž๎†ž๎†ฝ๎†ด๎†ž๎†พ๎‡„๎‰Œ๎€ƒ๎†ฟ๏„™๎†ฟ๎†ฉ๏„™๏„˜๎€ƒ๏‡ณ๏‡ธ๏‡ณ๏„ญ๏„™๎€ƒ๎€†๎‡€๎†ด๎†ฟ๎†ซ๎€ƒ๎†ถ๎†ž๎†ซ๎†น๎€ƒ๎†ซ๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎‡‚๎†ž๎€ƒ๎†พ๎†ฃ๎†ฟ๎†ฃ๎†ถ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ ๎†พ๎‡€๎†ฝ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ๎†ž๎†น๏…Ÿ๎€’๎†ž๎‹๎†ฝ๏„ง๏‡ณ๏‡ณ๏‡ฒ๎€ƒ ๎†ข๎†ซ๎†ฟ๎‡€๎†ฝ๎‡€๎†น๎†ด๎†ž๎†น๏„•๎€ƒ๏…ต๎€™๎†ธ๎†ž๎†ฝ๎€ƒ ๎†ซ๎†Ÿ๎†น๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€๎†ฉ๎†ž๎‹™๎‹™๎‡’๎†Ÿ๎€ƒbertanya kepada sekumpulan sahabat Nabi, โ€œApa pendapat kalian tentang surah tersebut?โ€ Sebagian sahabat menjawab, โ€œKita diperintahkan Allah untuk bertahmid dan beristigfar bila kita mendapatkan kemenangan.โ€ Sahabat lain terdiam dan tak memberi komentar sama sekali. Kemudian ๏…ต๎€™๎†ธ๎†ž๎†ฝ๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ฟ๎†ž๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ ๎†ด๎†ฃ๎†ป๎†ž๎†ข๎†ž๎€ƒ ๎€๎†Ÿ๎†น๎‡€๎€ƒ ๏…ต๎€…๎†Ÿ๎†Ÿ๎‡’๎†พ๏„•๎€ƒ ๏…ธ๎€…๎†ป๎†ž๎†ด๎†ž๎†ฉ๎€ƒ ๎†ด๎†ž๎†ธ๎‡€๎€ƒ ๎†พ๎†ฃ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ข๎†ž๎†ป๎†ž๎†ฟ๏„•๎€ƒ ๎‡‚๎†ž๎†ฉ๎†ž๎†ซ๎€ƒ๎€๎†Ÿ๎†น๎‡€๎€ƒ ๏…ต๎€…๎†Ÿ๎†Ÿ๎‡’๎†พ๏„ž๏…บ๎€ƒ ๎€๎†Ÿ๎†น๎‡€๎€ƒ ๏…ต๎€…๎†Ÿ๎†Ÿ๎‡’๎†พ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ฐ๎†ž๎‡‚๎†ž๎†Ÿ๏„•๎€ƒ ๏…ธ๎€˜๎†ซ๎†ข๎†ž๎†ด๏„›๏…บ๎€ƒ ๏…ธ๎€๎†ž๎†ถ๎‡€๎€ƒ ๎†ž๎†ป๎†ž๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ข๎†ž๎†ป๎†ž๎†ฟ๎†ธ๎‡€๏„ž๏…บ๏„•๎€ƒ๎†พ๎†ž๎†ฉ๎‡€๎†ฟ๎€ƒ ๏…ต๎€™๎†ธ๎†ž๎†ฝ๏„™๎€ƒ ๎€๎†Ÿ๎†น๎‡€๎€ƒ ๏…ต๎€…๎†Ÿ๎†Ÿ๎‡’๎†พ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ซ๎†ธ๎†ป๎†ž๎†ถ๎†ซ๏„•๎€ƒ ๏…ธ๎€๎†ฟ๎‡€๎€ƒ ๎†ž๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ ๎†ž๎†ฐ๎†ž๎†ถ๎€ƒ ๎€–๎†ž๎†พ๎‡€๎†ถ๎‡€๎†ถ๎†ถ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒsemakin dekat, diisyaratkan oleh Allah.โ€ Umar berkomentar, โ€œSaya tidak 136 แนขuแธฅuf, Vol. 12, No. 1, Juni 2019 131โ€“149๎†ฟ๎†ž๎†ฉ๎‡€๎€ƒ๎†ด๎†ฃ๎†ก๎‡€๎†ž๎†ถ๎†ซ๎€ƒ๎†ž๎†ป๎†ž๎€ƒ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†ด๎†ž๎‡€๎€ƒ๎†ด๎†ž๎†ฟ๎†ž๎†ด๎†ž๎†ด๎†ž๎†น๏„•๏…บ๎€ƒ๏„ฌ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€†๎‡€๎†ด๎†ฉ๎‡’๎†ฝ๎‰Œ๏„˜๎€ƒ ๏‡ท๏‡ณ๏‡ป๏„ญ๏„™๎€ƒ ๎€”๎†ฃ๎†ฝ๎†ด๎†ž๎†ฟ๎†ž๎†ž๎†น๎€ƒ๏…ต๎€™๎†ธ๎†ž๎†ฝ๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ž๎†ด๎†ฉ๎†ซ๎†ฝ๎€ƒ๎†ซ๎†ฟ๎‡€๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†ฝ๎‡€๎†ป๎†ž๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ž๎†ป๎†ฝ๎†ฃ๎†พ๎†ซ๎†ž๎†พ๎†ซ๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ฉ๎†ž๎†ข๎†ž๎†ป๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ๎€๎†Ÿ๎†น๎‡€๎€ƒ๏…ต๎€…๎†Ÿ๎†Ÿ๎‡’๎†พ๏„™Tradisi kritik tafsir ini berkembang lebih luas sejak abad kedua Hijriyah di mana wacana intelektual mulai mengalami kemajuan dan perdebatan ilmiah mulai lebih marak di banyak bidang ilmu keislaman. Dialektika antara ๎†ž๎†จ๎†ณ๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎ˆฐ๎†ž๎†ก๎ˆป๎Šซ dan ahl ar-raโ€™y merupakan salah satu fenomena sejarah ๎€๎†พ๎†ถ๎†ž๎†ธ๏„™๎€ƒ๎€๎†Ÿ๎†น๎‡€๎€ƒ๎‚€๎†ž๎†น๎†Ÿ๎†ž๎†ถ๏„•๎€ƒ๎†ธ๎†ซ๎†พ๎†ž๎†ถ๎†น๎‡„๎†ž๏„•๎€ƒ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ด๎†ฃ๎†ฝ๎†ž๎†พ๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ด๎†ฝ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎€ƒ๎†ถ๎†ซ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ž๎†ฟ๎‡€๎†ฝ๎€ƒ๎†ฟ๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎€ƒ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†ฉ๎†ž๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ ๎†ข๎†ซ๎†ข๎†ž๎†พ๎†ž๎†ฝ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ป๎†ž๎†ข๎†ž๎€ƒ ๎†ž๎†ฝ๎†จ๎‡€๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ฟ๎†ž๎†พ๎†ซ๎€ƒ ๎†ฝ๎†ž๎†พ๎†ซ๎†บ๎†น๎†ž๎†ถ๏„™๎€ƒ ๎€ˆ๎†ฃ๎†ธ๎†ซ๎†ด๎†ซ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ป๎‡€๎†ถ๎†ž๏„•๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€…๎‹๎†ธ๎†ž๏…ต๎‰Œ๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ฃ๎†ก๎†ž๎†ธ๎€ƒ ๎†ด๎†ž๎†ฝ๎‡„๎†ž๎€ƒ ๎†ฟ๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎€ƒ ๎€…๎†Ÿ๎‹ซ๎€ƒ ๏…ต๎€™๎†Ÿ๎†ž๎‡„๎†ข๎†ž๎†ฉ๏„•๎€ƒ ๎€‘๎†ž๎†ฎ๎‡Ž๎‡๎€ƒ ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€•๎†ผ๎†น๏…๎‡Ž๎†ต, sebagai karya ๎†ป๎†ž๎†ฃ๎†บ๎ˆป๎†น๎€ƒ๎†Ÿ๎†ฉ๎€ƒ๎†ž๎†น๏„ต๎†น๎†ž๏…๎‡€๎€ƒAbott 1967 110-113. Hal semacam ini terjadi pula di antara ๎†พ๎†ฃ๎†ด๎†ฟ๎†ฃ๏…Ÿ๎†พ๎†ฃ๎†ด๎†ฟ๎†ฃ๎€ƒ ๎€๎†พ๎†ถ๎†ž๎†ธ๏„•๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ž๎†ซ๎†ด๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ซ๎†ข๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ ๎†ฟ๎†ฃ๎†บ๎†ถ๎†บ๎†จ๎†ซ๏„•๎€ƒ ๎†ง๎†ฌ๎†ผ๎†ฉ๏„•๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ถ๎†ž๎†ซ๎†น๏…Ÿ๎†ถ๎†ž๎†ซ๎†น๎€ƒ ๎†พ๎†ฃ๎†ถ๎†ž๎†ธ๎†ž๎€ƒkurun waktu yang cukup panjang. Hanya saja, kritik tafsir, yang merupakan bagian dari proses penelitian literatur tafsir dalam arti luas, pada masa klasik hanya bertujuan untuk membuat โ€œ๎†ฎ๎†ผ๎†ก๎†ฉ๎† ๎†ฉ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎† ๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ฉ๎†บ๎†ดโ€ Ouyang 1997 1, yang berkisar pada apakah penafsiran seseorang itu baik atau buruk, ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ž๎†ป๎†ž๎†ด๎†ž๎†ฉ๎€ƒ๎†พ๎†ฃ๎†บ๎†ฝ๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†ซ๎†ฟ๎‡€๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†ธ๎†ซ๎†ถ๎†ซ๎†ด๎†ซ๎€ƒ๎†บ๎†ฟ๎†บ๎†ฝ๎†ซ๎†ฟ๎†ž๎†พ๎€ƒ๎†ฃ๎†ด๎†พ๎†ฃ๎†จ๎†ฃ๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎€ƒ๎†ž๎†ฟ๎†ž๎‡€๎€ƒ๎†ฟ๎†ซ๎†ข๎†ž๎†ด๎€ƒ๏„ฌ๎†ž๎‡…๏…Ÿ๎€ž๎†ž๎†ฝ๎†ด๎†ž๎†พ๎‡„๎‰Œ๎€ƒ 158-159. Selain itu, kritik tafsir ini belum menjadi disiplin ilmu yang mandiri, tetapi masih integral, selain dalam karya-karya tafsir, juga dalam ๎†ข๎†ซ๎†พ๎†ซ๎†ป๎†ถ๎†ซ๎†น๎€ƒ๎†ซ๎†ถ๎†ธ๎‡€๏…Ÿ๎†ซ๎†ถ๎†ธ๎‡€๎€ƒ๎†ถ๎†ž๎†ซ๎†น๏„•๎€ƒ๎†พ๎†ฃ๎†ป๎†ฃ๎†ฝ๎†ฟ๎†ซ๎€ƒ๎†ฉ๎†ž๎†ข๎†ซ๎†พ๏„•๎€ƒ๎†ง๎†ฌ๎†ผ๎†ซ๎†ฉ๏„•๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ด๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๏„™Mengikuti disiplin kritik sastra ๎†ž๎†ต๏„ต๎†ต๎†ž๎†ธ๎†ก๎€ƒ ๎†ž๎†ณ๏„ต๎†ž๎†ก๎†ž๎†Ÿ๎ˆป, pada abad ke-20 M kritik tafsir bisa dikatakan sudah menjadi disiplin yang โ€œmandiriโ€. Terbitnya buku ๎€ˆ๎†ฉ๎†ข๎€ƒ๎€–๎†ฉ๎† ๎†จ๎†ป๎†ผ๎†ต๎†ง๎†ข๎†ต๎€ƒ๎†ก๎†ข๎†น๎€ƒ๎€๎†บ๎†ณ๎†ž๎†ด๎†ฉ๎†บ๎† ๎†จ๎†ข๎†ต๎€ƒ๎€๎†ถ๎†น๎†ž๎†ต๎†ž๎†ผ๎†บ๎†ณ๎†ข๎†ง๎†ผ๎†ต๎†ง ๎€‘๎†ž๎‹บ๎‡Ž๎†จ๎†ฉ๎†Ÿ๎€ƒ๎†ž๎†ป๏„ต๎€˜๎†ž๎†ฃ๎†บ๎ˆป๎†น๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€๎†บ๎†ณ๎‡Ž๎†ด๎ˆป Leiden, 1920, karya I. Goldziher, yang kemudian diikuti oleh karya-karya lain, seperti ๎†ž๎†ป๏„ต๎€˜๎†ž๎†ฃ๎†บ๎ˆป๎†น๎€ƒ ๎†พ๎†ž๎€ƒ ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€‘๎†ผ๎†ฃ๎†ž๎†บ๎†บ๎†ฉ๎†น๎‹ˆ๎†ต 1961, karya ๎€‘๎‡€๎ˆฝ๎†ž๎†ธ๎†ธ๎†ž๎†ข๎€ƒ๎‚€๎‡€๎†พ๎†ž๎‡„๎†น๎€ƒ๎†ž๎Œ๏…Ÿ๎„ป๎†ž๎†ฉ๎†ž๎†Ÿ๎‰Œ๏„•๎€ƒ๎€ˆ๎†ฉ๎†น๎‡Ž๎†บ๎‡Ž๎†ป๎€ƒ๎†ฆ๎†ช๎€ƒ๎†ž๎†ป๏„ต๎€˜๎†ž๎†ฃ๎†บ๎ˆป๎†น๎€ƒ๎†พ๎†ž๎€ƒ๎€–๎†ฉ๎†ฎ๎‡Ž๎†ณ๎†ฉ๎†จ๎†ฉ 1982, karya ๎€…๎†Ÿ๎‹ซ๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€๎†ž๎†ผ๎†ž๎ŒŸ๎‡’๎†น๎€ƒ ๏…ต๎€…๎‹™๎†ซ๎‡„๎‡„๎†ž๎†ฉ๏„•๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ž๎†ฟ๎‡€๎†พ๏…Ÿ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ž๎†ฟ๎‡€๎†พ๎€ƒ ๎†ž๎†ฝ๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎†ฃ๎†ถ๎€ƒ ๎†ข๎†ซ๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†Ÿ๎†ž๎†จ๎†ž๎†ซ๎€ƒ ๎†ฐ๎‡€๎†ฝ๎†น๎†ž๎†ถ๏„•๎€ƒsudah dipandang cukup sebagai bukti โ€œkemandirianโ€ disiplin dengan kritik tafsir masa klasik, pada masa sekarang disiplin ini tidak hanya memuat โ€œ๎†ฎ๎†ผ๎†ก๎†ฉ๎† ๎†ฉ๎†ž๎†ณ๎€ƒ ๎† ๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ฉ๎†บ๎†ดโ€, tetapi juga โ€“ terutama โ€“ mengkaji asal-usul dan perkembangan tafsir/teori eksegetik, macam-macamnya, kecenderungannya, โ€œhakikatโ€ ๎†ต๎†ž๎†ป๎†ผ๎†น๎†ข-nya, pembentukannya, fungsinya, pengaruhnya/resepsinya dan hubungannya dengan hal-hal lain Ouyang 1997 1. Hal-hal tersebut di atas sudah barang tentu merupakan objek atau pokok masalah pada penelitian literatur tafsir/ilmu dalam Penelitian Literatur TafsirDalam penelitian teks ada beberapa istilah penting yang seharusnya dapat dipahami secara baik. Salah satunya adalah pendekatanโ€™ atau dalam bahasa Inggris ๎†ž๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ๏ƒฏ Yang dimaksud dengan pendekatan di sini adalah perspektif yang digunakan seorang peneliti dalam menganalisis data-data Pendekatan dan Analisis dalam Penelitian Teks Tafsir โ€” Sahiron Syamsuddin 137dari literatur tafsir. Pendekatan atau perspektif apa yang tepat digunakan dalam penelitian tertentu itu tergantung pada pokok-pokok masalah ๎†น๎†ข๎†บ๎†ข๎†ž๎†น๎† ๎†จ๎€ƒ๎†ธ๎†ผ๎†ข๎†บ๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†บ yang ingin dicari garis besar, pendekatan dalam penelitian literatur tafsir dapat dikelompokkan, berikut ini๎€”๎†ข๎†ต๎†ก๎†ข๎†ฒ๎†ž๎†ป๎†ž๎†ต๎€ƒ๎€๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎†ฒ๎€ƒ๎€˜๎†ข๎†ฒ๎†บ๎€ƒ๎€˜๎†ข๎†ฟ๎†ป๎†ผ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎€‡๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ฉ๎†บ๎†ดPendekatan Kritik Teks ๎€˜๎†ข๎†ฟ๎†ป๎†ผ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎€‡๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ฉ๎†บ๎†ด yang dimaksud di sini adalah satu pendekatan dalam penelitian teks yang bertujuan untuk mengetahui otentisitas sebuah teks, atribusinya, dan bentuk aslinya, yang dalam hal ini ๎†ž๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†ด๎†พ๎€ƒ๎†ฟ๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๏„™๎€ƒ๎€ˆ๎†ฃ๎†ง๎†ฌ๎†น๎†ซ๎†พ๎†ซ๎€ƒ๎†ซ๎†น๎†ซ๎€ƒ๎†ข๎†ซ๎†Ÿ๎‡€๎†ž๎†ฟ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ข๎†ž๎†พ๎†ž๎†ฝ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ป๎†ž๎†ข๎†ž๎€ƒ๎†ข๎†ฃ๎†ง๎†ฌ๎†น๎†ซ๎†พ๎†ซ๎€ƒ๎‡€๎†ธ๎‡€๎†ธ๎€ƒ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒdikemukakan oleh Edward John Kenney, ๏…Ž๎€˜๎†ข๎†ฟ๎†ป๎†ผ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎† ๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ฉ๎†บ๎†ด,๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ป๎†ข๎† ๎†จ๎†ต๎†ฉ๎†ธ๎†ผ๎†ข๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†น๎†ข๎†บ๎†ป๎†ถ๎†น๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎†ป๎†ข๎†ฟ๎†ป๎†บ๎€ƒ๎†ž๎†บ๎€ƒ๎†ต๎†ข๎†ž๎†น๎†ณ๎‡€๎€ƒ๎†ž๎†บ๎€ƒ๎†ท๎†ถ๎†บ๎†บ๎†ฉ๎†Ÿ๎†ณ๎†ข๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎†ฉ๎†น๎€ƒ๎†ถ๎†น๎†ฉ๎†ง๎†ฉ๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ฃ๎†ถ๎†น๎†ด๏… Kritik Teks adalah teknik mengembalikan teks sedekat mungkin kepada bentuk aslinya. Lebih lanjut, pendekatan ini berkaitan dengan permasalahan otentisitas teks, atribusi/penyandaran teks kepada seseorang dan evaluasi historis atas teks tertentu Kenney 2018. Adapun langkah-langkah ๎†ป๎†ข๎†ฟ๎†ป๎†ผ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎† ๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ฉ๎†บ๎†ด๎€ƒini adalah sebagai berikut. Pertama, seseorang melakukan ๎†น๎†ข๎† ๎†ข๎†ต๎†บ๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎€ƒresensi, yakni mengumpulkan teks-teks yang paling awal. Hal ini dilakukan apabila teks/naskah tertentu itu memiliki variasi atau banyak kopiannya. Kedua, seseorang melakukan ๎†ข๎†ฟ๎†ž๎†ด๎†ฉ๎†ต๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต pengujian, yakni melakukan kajian dan analisis terhadap variasi teks tersebut dengan tujuan mengetahui mana yang lebih otentik dari sekian variasi tersebut. Ketiga, ๎†ข๎†ด๎†ž๎†ต๎†ก๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต perbaikan dilakukan dengan cara mengembalikan teks tertentu yang dipandang salah atau tidak otentik kepada bentuk yang otentik. Keempat, terakhir, adalah ๎†ข๎†ก๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎€ƒ pengeditan, yakni melakukan pengeditan terhadap teks tertentu secara keseluruhan Kenney 2018. Dengan demikian, aplikasi pendekatan ini pada teks tafsir bertujuan untuk mengetahui apakah sebuah teks tafsir tertentu otentik lafalnya dan apakah teks tersebut dapat diatribusikan atau disandarkan pada mufasir tertentu. Contoh penelitian yang menggunakan pendekatan Kritik Teks ini adalah penelitian Andrew J. Lane terhadap teks tafsir ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€๎†ž๎†บ๎‡€๎†บ๎‡€๎‡Ž๎†ฃ, karya ๎†ž๎‡…๏…Ÿ๎€ž๎†ž๎†ธ๎†ž๎†ด๎†ฉ๎†พ๎‡„๎†ž๎†ฝ๎‰Œ๏„™๎€ƒ ๎€๎†ž๎†น๎†ฃ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ฐ๎†ฃ๎†ถ๎†ž๎†พ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎‡‚๎†ž๎€ƒ ๎†ธ๎†ž๎†น๎‡€๎†พ๎†ด๎†ฝ๎†ซ๎†ป๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€๎†ž๎†พ๎‡„๎†พ๎‡„๎‡’๎†ค๎€ƒ ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒterdapat dalam ๎€Š๎†ฉ๎†จ๎†น๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†ž๎†บ๎‡€๏„ต๎€—๎‡€๎‡Ž๎†ด๎†ฉ๎†ณ itu berjumlah 843. Lane hanya melakukan kajian terhadap 204 manuskrip. Dia mendapati adanya perbedaan dalam manuskrip-manuskrip, yang salah satunya adalah terkait ungkapan ๎†ฒ๎†จ๎†ž๎†ณ๎†ž๎†ธ๎†ž๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€•๎†ผ๎†น๏…๎‡Ž๎†ต๎†ž๏ƒซ๎€ƒ๎†ฎ๎†ž๏…‹๎†ž๎†ณ๎†ž๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€•๎†ผ๎†น๏…๎‡Ž๎†ต๎†ž๏ƒซ๎€ƒatau ๎†ž๎†ต๎‡๎†ž๎†ณ๎†ž๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€•๎†ผ๎†น๏…๎‡Ž๎†ต๎†ž setelah ungkapan al-๎€ž๎†ž๎†ธ๎†ž๎†ด๎†ฉ๎†พ๎‡„๎†ž๎†ฝ๎‰Œ๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎ˆฐ๎†ž๎†ด๎†ก๎†ผ๎€ƒ ๎†ณ๎†ฉ๎€ƒ ๎€…๎†ณ๎†ณ๎‡Ž๎†จ๎†ฉ๎€ƒ ๎†ž๎†ณ๎†ณ๎†ž๎‹บ๎†ฉ๏ƒฏ๎€ƒ Perbedaan ini lalu dibahas dengan langkah-langkah ๎†ป๎†ข๎†ฟ๎†ป๎†ผ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎† ๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ฉ๎†บ๎†ด๎€ƒdi atas Lane 2006 58-85. 138 แนขuแธฅuf, Vol. 12, No. 1, Juni 2019 131โ€“149๎€”๎†ข๎†ต๎†ก๎†ข๎†ฒ๎†ž๎†ป๎†ž๎†ต๎€ƒ๎€๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ฃ๎€ƒ๎€๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ฝ๎†ข๎€ƒ๎€…๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จYang dimaksud dengan Pendekatan Interpretatif ๎€๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ฝ๎†ข๎€ƒ๎€…๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ di sini adalah pendekatan yang digunakan oleh seseorang dalam melakukan penelitian teks atau literatur tafsir yang fungsinya memberikan penjelasan atas teks tafsir yang sedang dibahas. Pendekatan ini tidak membahas apakah sebuah teks itu otentik atau tidak. Sebaliknya, dengan pendekatan ini seseorang menerima teks apa adanya dan selanjutnya memberikan berbagai keterangan yang bisa memperjelas teks tafsir yang sedang dikaji. Tentunya, ada banyak cara pandang untuk menjelaskan teks tersebut. Namun demikian, secara garis besar pendekatan ini bisa dibagi ke dalam dua sub-pendekatan besar, yakni 1 sub-pendekatan historis, dan 2 sub-pendekatan Sub-Pendekatan HistorisSub-pendekatan historis ialah sub-pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan aspek-aspek historis dari teks tafsir yang diteliti, seperti perkembangannya, hubungannya dengan kondisi sosial saat teks tafsir disusun, keterpengaruhan pengarangnya oleh penafsir sebelumnya, dan pengaruhnya terhadap penafsir pada masanya dan sesudahnya atau resepsi oleh penafsir lain. Misalnya Naโ€™im al-Himshi dalam artikelnya โ€œ๎€˜๎‡Ž๎†น๎ˆป๎†ฒ๎†จ๎€ƒ๎€Š๎†ฉ๎†ฒ๎†น๎†ž๎†ป๎€ƒ๎€๏…‹๎†ฎ๎‡Ž๎‡๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€•๎†ผ๎†น๏…๎‡Ž๎†ต,โ€ dan Issa J. Boullata dalam artikelnya โ€œ๎€˜๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€–๎†จ๎†ข๎†ป๎†ถ๎†น๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎€๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎‡Ž๎†ต,โ€ mengkaji asal-usul dan perkembangan konsep kemukjizatan Al-Qurโ€™an sejak masa Nabi Muhammad hingga masa modern. Al-Himshi juga meneliti mengapa konsep tersebut menjadi salah satu perhatian ulama Islam pada masa klasik. Sumber-sumber yang digunakan oleh mereka untuk menjawab pokok-pokok persoalan tersebut ialah kitab-kitab tentang ๎†ฉ๏…‹๎†ฎ๎‡Ž๎‡ dan buku-buku sejarah tentang interaksi intelektual umat Islam dengan non-muslim Boullata 1988 139-157. Contoh lain adalah karya Lane, ๎€…๎€ƒ๎€˜๎†น๎†ž๎†ก๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎€‘๎†ผ๏…‹๎†ป๎†ž๎‡๎†ฉ๎†ณ๎†ฉ๎†ป๎†ข๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎‡Ž๎†ต๎€ƒ๎€‡๎†ถ๎†ด๎†ด๎†ข๎†ต๎†ป๎†ž๎†น๎‡€. Bab II dari karya ๎†ซ๎†น๎†ซ๎€ƒ๎†ข๎†ซ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ซ๎€ƒ๎†ฐ๎‡€๎†ข๎‡€๎†ถ๎€ƒ๎†บ๎†ถ๎†ฃ๎†ฉ๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ๏…ธ๎€˜๎†ฉ๎†ฃ๎€ƒ๎€Œ๎†ซ๎†พ๎†ฟ๎†บ๎†ฝ๎‡„๎€ƒ๎†บ๎†ค๎€ƒ๎†ฟ๎†ฉ๎†ฃ๎€ƒ๎€˜๎†ฃ๎‡ƒ๎†ฟ๎€ƒ๎†ค๎†ฝ๎†บ๎†ธ๎€ƒ๏‡ท๏‡ด๏‡บ๏„ง๏‡ณ๏‡ณ๏‡ต๏‡ถ๎€ƒ๎†ฟ๎†บ๎€ƒthe Presentโ€ Sejarah Teks dari 528/1134 hingga Sekarang yang di dalamnya dia membicarakan kapan tafsir al-๎€๎†ž๎†บ๎‡€๎†บ๎‡€๎‡Ž๎†ฃ itu diproduksi, diajarkan, dan diresepsi hingga saat ini Lane 2006 48-101. 2. Sub-Pendekatan Sastrawi ๎€๎†ฉ๎†ป๎†ข๎†น๎†ž๎†น๎‡€๎€ƒ๎€…๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จYang dimaksud dengan sub-pendekatan sastrawi ๎€๎†ฉ๎†ป๎†ข๎†น๎†ž๎†น๎‡€๎€ƒ๎€…๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ di sini adalah sub-pendekatan yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan/kandungan informasi dengan cara memahami simbol-simbol bahasa pada sebuah teks, baik simbol/makna tersebut eksplisit maupun implisit. Lebih Pendekatan dan Analisis dalam Penelitian Teks Tafsir โ€” Sahiron Syamsuddin 139sederhana, kita bisa katakan bahwa sub-pendekatan ini digunakan untuk mendiskusikan dan menganalisis pemikiran/produk penafsiran seorang. Dalam hal menganalisis produk penafsiran, seseorang bisa menggunakan sudut pandang yang beragam. Jadi, seorang peneliti bisa menganalisisnya ๎†ข๎†ž๎†ฝ๎†ซ๎€ƒ ๎†พ๎‡€๎†ข๎‡€๎†ฟ๎€ƒ ๎†ป๎†ž๎†น๎†ข๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ ๎†ง๎†ฌ๎†ถ๎†บ๎†พ๎†บ๎†ง๎†ฌ๎†พ๏„•๎€ƒ ๎†ป๎†พ๎†ซ๎†ด๎†บ๎†ถ๎†บ๎†จ๎†ซ๎†พ๏„•๎€ƒ ๎†พ๎†บ๎†พ๎†ซ๎†บ๎†ถ๎†บ๎†จ๎†ซ๎†พ๏„•๎€ƒ ๎†ป๎†บ๎†ถ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎†ด๏„•๎€ƒ ๎†ถ๎†ซ๎†น๎†จ๎‡€๎†ซ๎†พ๎†ฟ๎†ซ๎†ด๏„•๎€ƒfeminis, dan lain-lain, atau gabungan dari beberapa sudut pandang. Semua ini tergantung pada pokok masalah yang ingin dijawab dalam hal ini bisa dipahami lebih jelas, penulis mengambil contoh-contoh ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ซ๎†ด๎‡€๎†ฟ๎€ƒ๎†ซ๎†น๎†ซ๏„™๎€ƒ๎€˜๎†ž๎†ฝ๎†ซ๎†ผ๎€ƒ๎€Ž๎†ž๎†ฆ๎†ค๎†ฃ๎†ฝ๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†ถ๎†ž๎†ด๎‡€๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ฃ๎†ถ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†น๎†ฟ๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†ฟ๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎€ƒ๎€Š๎†ž๎†ด๎†ฉ๎†ฝ๎€ƒ๎†ž๎†ข๏…Ÿ๎€ˆ๎‰Œ๎†น๎€ƒ๎†ž๎†ฝ๏…Ÿ๎€–๎‡’๎‡…๎‰Œ๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ฉ๎†ž๎†ข๎†ž๎†ป๎€ƒ๎†ข๎‡€๎†ž๎€ƒ๎†ซ๎†พ๎†ฟ๎†ซ๎†ถ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ฟ๎†ซ๎†น๎†จ๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ๎€…๎†ถ๏…Ÿ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎†ž๎†น๏„•๎€ƒ๎‡„๎†ž๎†ด๎†น๎†ซ๎€ƒ ๎†ต๎†ž๎†ฃ๎†บ ๎†บ๎†ถ๎†ผ๎†ณ๏ƒฌ๎€ƒ jiwa dan ๎†น๎‹ˆ๎ˆฐ ๎†บ๎†ท๎†ฉ๎†น๎†ฉ๎†ป๏ƒฌ๎€ƒ๎†ฝ๎‡€๎†ฉ๏„ญ๏„™๎€ƒ๎€ˆ๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎†ฟ๎†ž๎†ฝ๎€ƒ ๎†ž๎†ฝ๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎†ฃ๎†ถ๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ๏…ธ๎€Š๎†ž๎†ด๎†ฉ๎†ฝ๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€ˆ๎‰Œ๎†น๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€–๎‡’๎‡…๎‰Œ๎€ƒ๎†บ๎†น๎€ƒthe Soul ๎†ž๎†ณ๏„ต๎†ต๎†ž๎†ฃ๎†บ and Spirit ๎†ž๎†ณ๏„ต๎†น๎‹ˆ๎ˆฐ๏„ญ๏…บ๎€ƒ๎€Ž๎†ž๎†ฆ๎†ค๎†ฃ๎†ฝ๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†ฟ๎†ž๎†ด๎†ž๎†น๏„•๎€ƒ๎†พ๎†ฃ๎†Ÿ๎†ž๎†จ๎†ž๎†ซ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ซ๎†ด๎‡€๎†ฟ๏„˜๎€‘๎‡€๎€ƒ ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ข๎†บ๎†ป๎€ƒ ๎†จ๎†ข๎†น๎†ข๎€ƒ ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ถ๎†ป๎†จ๎€ƒ ๎†บ๎†จ๎†ถ๎†พ๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ž๎†ป๎€ƒ ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€–๎‡Ž๎‡๎ˆป๎€ƒ๎†บ๎†ผ๎†ท๎†ท๎†ณ๎†ข๎†ด๎†ข๎†ต๎†ป๎†บ๎€ƒ ๎†ป๎†น๎†ž๎†ก๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†ณ๎†ข๎†ฟ๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ท๎†น๎†ž๎† ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ข๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ข๎†ง๎†ข๎†บ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†พ๎†ฉ๎†ป๎†จ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎†ถ๎†น๎†ข๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎† ๎†ถ๎†ต๎†บ๎†ฉ๎†ก๎†ข๎†น๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†บ๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†ก๎†ข๎†บ๎† ๎†น๎†ฉ๎†Ÿ๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎†จ๎†ถ๎†พ๎€ƒ๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ป๎†ข๎†ต๎†ก๎†บ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†บ๎† ๎†ถ๎†ท๎†ข๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†บ๎† ๎†น๎†ฉ๎†ท๎†ป๎†ผ๎†น๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎† ๎†ถ๎†ด๎†ด๎†ข๎†ต๎†ป๎†ž๎†น๎‡€๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎† ๎†ณ๎†ผ๎†ก๎†ข๎€ƒ๎†ก๎†ฉ๎†บ๎†ท๎†ผ๎†ป๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†ธ๎†ผ๎†ข๎†บ๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†บ๎†ถ๎†ผ๎†ณ๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ž๎†ป๎€ƒ๎†ก๎†ข๎†ฝ๎†ข๎†ณ๎†ถ๎†ท๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ฃ๎†ž๎†ณ๎†บ๎†ž๎†ฃ๎†ž๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†ฒ๎†ž๎†ณ๎‡Ž๎†ด๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ฉ๎†น๎†ก๏ƒฝ๎†ต๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†จ๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†บ๎†ฉ๎†ฟ๎†ป๎†จ๏ƒฝ๎†ป๎†พ๎†ข๎†ณ๎†ฃ๎†ป๎†จ๎€ƒ๎† ๎†ข๎†ต๎†ป๎†ผ๎†น๎†ฉ๎†ข๎†บ๎€ƒ๏„‚๎€Ž๎†ž๎†ฅ๎†ฃ๎†ข๎†น๎€ƒ๏‡Š๏‡ˆ๏‡‰๏‡Œ๏ƒฎ๎€ƒ๏‡‘๏‡‹๏„ƒ๏ƒฏ๏„ฌ๎€๎†ฃ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ฟ๎†ž๎†ฝ๎†ซ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†พ๎†ž๎‡„๎†ž๎€ƒ๎†ž๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎‡€๎†น๎†ฐ๎‡€๎†ด๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎‡‚๎†ž๎€ƒ ๎†ž๎†ฝ๏…Ÿ๎€–๎‡’๎‡…๎‰Œ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†ธ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ซ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†พ๎‡€๎†ป๎†ถ๎†ฃ๏…Ÿmen/tambahan keterangan terhadap praktik penafsiran tradisional-leksikal dengan pemikiran/pandangan teoretis, dan juga mendeskripsikan bagaimana dia memperluas skop/jangkauan penafsiran kitab suci dengan memasukkan permasalahan-permasalahan yang diperdebatkan tentang ๎†บ๎†ถ๎†ผ๎†ณ๎€ƒ jiwa yang berkembang di Ilmu Filsafat dan Ilmu Kalam dari abad ke-3 H/9 M hingga abad ke-6 H/12 M ๎€ˆ๎†ž๎†ฝ๎†ซ๎€ƒ๎†ด๎‡€๎†ฟ๎†ซ๎†ป๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ข๎†ซ๎€ƒ๎†ž๎†ฟ๎†ž๎†พ๏„•๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†ป๎†ž๎†ฟ๎†ถ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ๎†ด๎†ซ๎†ฟ๎†ž๎€ƒ๎†ด๎†ฃ๎†ฟ๎†ž๎†ฉ๎‡€๎†ซ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎‡‚๎†ž๎€ƒ๎€Ž๎†ž๎†ฆ๎†ค๎†ฃ๎†ฝ๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†จ๎†จ๎‡€๎†น๎†ž๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒpendekatan interpretatif dengan sub-pendekatan sastrawi yang dito-๎†ป๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ ๎†บ๎†ถ๎†ฃ๎†ฉ๎€ƒ ๎†ฟ๎†ซ๎†น๎†ฐ๎†ž๎‡€๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ง๎†ฌ๎†ถ๎†บ๎†พ๎†บ๎†ง๎†ฌ๎†พ๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ด๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๏„™๎€ƒ ๎€ˆ๎†ซ๎†ž๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ฐ๎†ฃ๎†ถ๎†ž๎†พ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎‡‚๎†ž๎€ƒ ๎†ž๎†ฝ๏…Ÿ๎€–๎‡’๎‡…๎‰Œ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†จ๎†จ๎‡€๎†น๎†ž๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ฟ๎†ฃ๎†บ๎†ฝ๎†ซ๏…Ÿ๎†ฟ๎†ฃ๎†บ๎†ฝ๎†ซ๎€ƒ ๎†ง๎†ฌ๎†ถ๎†บ๎†พ๎†บ๎†ง๎†ฌ๎†พ๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ด๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†ธ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ซ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒpenafsiran terhadap dua kata tersebut ๎†ต๎†ž๎†ฃ๎†บ๎€ƒdan ๎†น๎‹ˆ๎ˆฐ. Selain itu, dia juga ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ฐ๎†ฃ๎†ถ๎†ž๎†พ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ๎†Ÿ๎†ž๎†จ๎†ž๎†ซ๎†ธ๎†ž๎†น๎†ž๎€ƒ๎†ฉ๎‡€๎†Ÿ๎‡€๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ž๎†น๎†ฟ๎†ž๎†ฝ๎†ž๎€ƒ๎†ฟ๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎€ƒ๎†ž๎†ฝ๏…Ÿ๎€–๎‡’๎‡…๎‰Œ๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†ฝ๎†ด๎†ฃ๎†ธ๎†Ÿ๎†ž๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒilmu terkait dengan dua istilah tersebut selama tiga abad abad ke-3 H/9 M ๎†พ๎†ž๎†ธ๎†ป๎†ž๎†ซ๎€ƒ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†ข๎€ƒ๎†ด๎†ฃ๏…Ÿ๏‡ธ๎€ƒ๎€Œ๏„ง๏‡ณ๏‡ด๎€ƒ๎€‘๏„ญ๏„™๎€ƒ๎€˜๎†ฃ๎†ฝ๎†ด๎†ž๎†ซ๎†ฟ๎€ƒ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ž๎†ด๎†ฉ๎†ซ๎†ฝ๎€ƒ๎†ซ๎†น๎†ซ๏„•๎€ƒ๎€Ž๎†ž๎†ฆ๎†ค๎†ฃ๎†ฝ๎€ƒmenggunakan sub-pendekatan Analisis dalam Penelitian Teks TafsirPenentuan bentuk-bentuk analisis data tergantung pada pokok masalah, pendekatan, dan metode penelitian. Dalam hal ini, yang harus diperhatikan adalah validitas dan rasionalitas sebuah analisis. Kedalaman analisis jelas sangat diharapkan. Kemampuan analitik peneliti ditentukan pula oleh 140 แนขuแธฅuf, Vol. 12, No. 1, Juni 2019 131โ€“149kedalamannya dalam memahami berbagai jenis pendekatan dan teori. Berikut ini adalah beberapa jenis dan pendekatan analisis dalam penelitian literatur tafsir.๎€…๎†ต๎†ž๎†ณ๎†ฉ๎†บ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎€ˆ๎†ข๎†บ๎†ฒ๎†น๎†ฉ๎†ท๎†ป๎†ฉ๎†ฃ๎€ƒDescriptive AnalysisAnalisis deskriptif ialah pemaparan apa adanya terhadap apa yang dimaksud oleh suatu teks tafsir. Pemaparan atau deskripsi ini bisa dilakukan dengan cara mengambil kutipan langsung dari teks atau tidak langsung dengan cara memparafrasekannya dengan bahasa peneliti. Kutipan-kutipan langsung sebaiknya diberi komentar oleh peneliti, sehingga pembaca dapat mengerti poin-poin yang relevan dari teks tafsir yang sedang diteliti itu. Analisis deskriptif dengan parafrase merupakan cerminan dari pemahaman peneliti terhadap teks yang bersangkutan. Analisis ini digunakan dalam semua penelitian tafsir tanpa memandang metode dan pendekatan yang diaplikasikan terhadapnya. Secara praktis, analisis ini berupaya meng-๎†ฉ๎†ต๎†ฃ๎†ข๎†น menyimpulkan makna sebuah teks. Misalnya, Mustansir Mir di bagian awal artikelnya yang berjudul โ€œthe Sura as a Unityโ€ menyebutkan secara deskriptif konsep-konsep โ€œkoherensi ๎†พ๎‡€๎†ฝ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ ๎€…๎†ถ๏…Ÿ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎†ž๎†น๏…บ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎‡€๎†ฝ๎‡€๎†ฟ๎€ƒ ๎†ฃ๎†น๎†ž๎†ธ๎€ƒ ๎†ธ๎‡€๎†ค๎†ž๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎€ƒ ๎†ธ๎†บ๎†ข๎†ฃ๎†ฝ๎†น๎€ƒ ๏„ฌ๎ƒฑ๎†ž๎†น๎†ž๎‡๎†ซ๏„•๎€ƒ ๎€—๎†ž๎‡„๎‡„๎†ซ๎†ข๎€ƒ๎€•๎‡€๎‹™๎†Ÿ๏„•๎€ƒ๎€ˆ๎†ž๎†ฝ๎‡‚๎†ž๎‡…๎†ž๎†ฉ๎€ƒ ๏„ฌ๎€ˆ๎†ž๎†ฝ๎‡€๎‡…๎†ž๎†ฉ๏„ญ๏„•๎€ƒ๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎‹™๎†ž๎†Ÿ๎†ž๏…ท๎†ซ๏„•๎€ƒ ๎€Š๎†ž๎†ฝ๎†ž๎†ฉ๎†ซ๏„•๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ๎€๎‹๎†ถ๎†ž๎†ฉ๎†ซ๏„ญ๎€ƒ ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ฟ๎†ž๎†น๎†ป๎†ž๎€ƒmemberikan analisis yang lebih mendalam Mir 1993 212-217.๎€…๎†ต๎†ž๎†ณ๎†ฉ๎†บ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎€‰๎†ฒ๎†บ๎†ท๎†ณ๎†ž๎†ต๎†ž๎†ป๎†ถ๎†น๎†ฉ๏ƒฝ๎€”๎†ข๎†ต๎†ฎ๎†ข๎†ณ๎†ž๎†บ๎€ƒ๎€‰๎‡ƒ๎†ป๎†ถ๎†ž๎†น๎†ž๎†ฟ๎†บ๎†ฝ๎‡„๎€ƒ๎€…๎†น๎†ž๎†ถ๎‡„๎†พ๎†ซ๎†พAnalisis eksplanatori ialah suatu analisis yang berfungsi memberi penjelasan yang lebih mendalam daripada sekadar mendeskripsikan atau memaparkan kandungan/makna teks tafsir Van Laer 1995 117. Terkait dengan bagaimana seorang peneliti melakukan analisis eksplanatori, hal ini tergantung pada pokok-pokok masalah penelitian. Dengan demikian, analisis eksplanatori terkait erat dengan pendekatan-pendekatan yang telah dipaparkan di atas. Analisis eksplanatori tentunya banyak variasinya sebanyak ragam/variasi sub-pendekatan dan tinjauan/perspektif yang ada. Namun, untuk mempermudah pembaca, penulis akan mengemukakan beberapa contoh, berikut Analisis komparatifPenjelasan komparatif ini upaya memberikan keterangan dengan membandingkan satu data tafsir tertentu dengan data tafsir lain. Mir dalam bagian akhir dari artikel โ€œthe Sura as a Unityโ€ menggunakan analisis eksplanatori dengan mengemukakan perbandingan antara Pendekatan dan Analisis dalam Penelitian Teks Tafsir โ€” Sahiron Syamsuddin 141konsep โ€œkoherensi surahโ€ menurut mufasir-mufasir modern dan konsep ๎†ด๎†ผ๎†ต๎‡Ž๎†บ๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†จ๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎‡Ž๎‡€๎‡Ž๎†ป dalam pandangan ulama-ulama klasik. Dalam hal ini, Mir mengatakan, โ€œSecara umum, seseorang dapat mengatakan bahwa pendekatan penulis-penulis tradisional baca klasik ialah โ€œlinear-atomistikโ€, sementara pendekatan penulis-penulis modern ialah โ€œorganik-holistikโ€ Mir 1993 219.๎€‡๎†บ๎†น๎†ฟ๎†บ๎†ฉ๎€ƒ๎†ถ๎†ž๎†ซ๎†น๎€ƒ๎†ž๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ๎†ž๎†ฝ๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎†ฃ๎†ถ๎€ƒ๎€๎†ž๎†ธ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ๎€†๎†ž๎†พ๎†ฉ๎†ซ๎†ฝ๎€ƒ๏…ธ๎€–๎†ฃ๎‡๎†ซ๎†พ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎†น๎†จ๎€ƒ๎€‘๎†บ๎†ข๎†ฃ๎†ฝ๎†น๎€ƒ๎€’๎†ž๎ŒŸ๎†ธ๎€ƒ๎€…๎†ป๎†ป๎†ฝ๎†บ๎†ž๎†ก๎†ฉ๎†ฃ๎†พ๎€ƒ๎†ฟ๎†บ๎€ƒ๎†ฟ๎†ฉ๎†ฃ๎€ƒ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎†ž๎†น๏„˜๎€ƒ๎€๎‹๎†ถ๎‡’๎ˆฝ๎‰Œ๏…ท๎†พ๎€ƒ๎€๎†น๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ป๎†ฝ๎†ฃ๎†ฟ๎†ž๎†ฟ๎†ซ๎†บ๎†น๎€ƒ๎†บ๎†ค๎€ƒ๎€•๏„™๎€ƒ๏‡ณ๏‡ฒ๏‡น๎€ƒ๎†ž๎†น๎†ข๎€ƒ๎€•๏„™๎€ƒ๏‡ณ๏‡ฒ๏‡บ๎€ƒ๎†ซ๎†น๎€ƒ๎†ฉ๎†ซ๎†พ๎€ƒ๎€˜๎†ž๎†ข๎†ž๎†Ÿ๎†Ÿ๎‡€๎†ฝ๏…Ÿ๎†ซ๎€ƒ๎€•๎‡€๎†ฝ๎ข‡๎‡’๎†น๏…บ๎€ƒ๏„ฌ๎€†๎†ž๎†พ๎†ฉ๎†ซ๎†ฝ๎€ƒ๏‡ด๏‡ฒ๏‡ณ๏‡ท๏„˜๎€ƒ๏‡ถ๏‡น๏…Ÿ๏‡น๏‡ถ๏„ญ๏„™๎€ƒ๎€ˆ๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ๎†ž๎†ฝ๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎†ฃ๎†ถ๎€ƒ๎†ซ๎†น๎†ซ๎€ƒ๎†ข๎†ซ๎†ž๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†ธ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎†ž๎†พ๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†ฟ๎†บ๎†ข๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ๎€๎‹๎†ถ๎‡’๎ˆฝ๎‰Œ๎€ƒ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†ข๎†ซ๎†ข๎†ž๎†พ๎†ž๎†ฝ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ป๎†ž๎†ข๎†ž๎€ƒ๎†ซ๎†ข๎†ฃ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎‡‚๎†ž๎€ƒ๎†พ๎†ฃ๎†Ÿ๎‡€๎†ž๎†ฉ๎€ƒ๎†พ๎‡€๎†ฝ๎†ž๎†ฉ๎€ƒitu merupakan satu kesatuan utuh yang memiliki tema central ๏…‹๎†ž๎†ด๎‹ˆ๎†ก dan bahkan dimungkinkan dua surah atau lebih memiliki ๏…‹๎†ž๎†ด๎‹ˆ๎†ก๎€ƒyang sama. Dia juga membahas bagaimana metode tersebut diaplikasikan ๎†บ๎†ถ๎†ฃ๎†ฉ๎€ƒ๎€๎‹๎†ถ๎‡’๎ˆฝ๎‰Œ๎€ƒ ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ฉ๎†ž๎†ข๎†ž๎†ป๎€ƒ ๎†พ๎‡€๎†ฝ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€‘๎‡’๏…ต๎‹ซ๎†น๏„ง๏‡ณ๏‡ฒ๏‡น๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€๎†ž๎‡€๎‹Ž๎†ž๎†ฝ๏„ง๏‡ณ๏‡ฒ๏‡บ๏„™๎€ƒ ๎€ˆ๎†ซ๎€ƒ๎†พ๎†ฃ๎†ถ๎†ž๏…Ÿ๎†พ๎†ฃ๎†ถ๎†ž๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ข๎†ฃ๎†พ๎†ด๎†ฝ๎†ซ๎†ป๎†พ๎†ซ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†ฟ๎†บ๎†ข๎†ฃ๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ป๎†ฝ๎†ž๎†ด๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎€๎‹๎†ถ๎‡’๎ˆฝ๎‰Œ๏„•๎€ƒ ๎€๎†ž๎†ธ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ๎€†๎†ž๎†พ๎†ฉ๎†ซ๎†ฝ๎€ƒmelakukan analisis komparatif, yakni membandingkannya dengan ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๏…Ÿ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ด๎†ถ๎†ž๎†พ๎†ซ๎†ด๏„•๎€ƒ๎†ด๎†ฉ๎‡€๎†พ๎‡€๎†พ๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ๎€‘๎‡€๎ˆฝ๎†ž๎†ธ๎†ธ๎†ž๎†ข๎€ƒ๎†ซ๎†Ÿ๎†น๎€ƒ๎€Ž๎†ž๎†ฝ๎‰Œ๎†ฝ๎€ƒ๎†ž๎‹™๏…Ÿ๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†ฝ๎‰Œ๏„•๎€ƒ๎†ž๎‡…๏…Ÿ๎€ž๎†ž๎†ธ๎†ž๎†ด๎†ฉ๎†พ๎‡„๎†ž๎†ฝ๎‰Œ๏„•๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ ๎€Š๎†ž๎†ด๎†ฉ๎†ฝ๎€ƒ ๎†ž๎†ข๏…Ÿ๎€ˆ๎‰Œ๎†น๎€ƒ ๎†ž๎†ฝ๏…Ÿ๎€–๎‡’๎‡…๎‰Œ๏„™๎€ƒ ๎€…๎†น๎†ž๎†ถ๎†ซ๎†พ๎†ซ๎†พ๎€ƒ ๎†ด๎†บ๎†ธ๎†ป๎†ž๎†ฝ๎†ž๎†ฟ๎†ซ๎†ค๎€ƒ ๎†ซ๎†น๎†ซ๎€ƒ๎†ข๎†ซ๎†ถ๎†ž๎†ด๎‡€๎†ด๎†ž๎†น๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ ๎‡€๎†น๎†ฟ๎‡€๎†ด๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ฃ๎†ธ๎‡€๎†ด๎†ž๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†พ๎†ซ๎†พ๎†ซ๏…Ÿ๎†พ๎†ซ๎†พ๎†ซ๎€ƒ ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ ๎†พ๎†ป๎†ฃ๎†พ๎†ซ๎†ง๎†ฌ๎†ด๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ๎€๎‹๎†ถ๎‡’๎ˆฝ๎‰Œ๏„™๎€ƒ๎€ˆ๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ๎†ฉ๎†ž๎†ถ๎€ƒ๎†ซ๎†น๎†ซ๏„•๎€ƒ๎†ข๎†ซ๎†ž๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†ฟ๎†ž๎†ด๎†ž๎†น๏„•๎€ƒ๎†พ๎†ฃ๎†Ÿ๎†ž๎†จ๎†ž๎†ซ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ซ๎†ด๎‡€๎†ฟ๏„˜๎€ƒ๎€๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†ข๎†น๎†ด๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ด๎†ข๎†ป๎†จ๎†ถ๎†ก๎†ถ๎†ณ๎†ถ๎†ง๎‡€๏ƒซ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ท๎†น๎†ข๎†บ๎†ข๎†ต๎†ป๎€ƒ๎†บ๎†ป๎†ผ๎†ก๎‡€๎€ƒ๎†ก๎†น๎†ž๎†พ๎†บ๎€ƒ๎†ผ๎†ท๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ข๎†ง๎†ข๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†พ๎†ถ๎†น๎†ฒ๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†น๎ˆป๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€ž๎†ž๎†ด๎†ž๎†ฒ๎†จ๎†บ๎†จ๎†ž๎†น๎ˆป๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€–๎‡Ž๎‡๎ˆป๎€ƒ๎†ฃ๎†ถ๎†น๎€ƒ๎† ๎†ถ๎†ด๎†ท๎†ž๎†น๎†ฉ๎†บ๎†ถ๎†ต๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ ๎†ด๎†ž๎†ฉ๎†ต๎†ณ๎‡€๎€ƒ ๎†ก๎†ผ๎†ข๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ž๎† ๎†ฒ๎†ต๎†ถ๎†พ๎†ณ๎†ข๎†ก๎†ง๎†ข๎†ด๎†ข๎†ต๎†ป๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ž๎†ป๎€ƒ ๎€๎Šญ๎†ณ๎‡Ž๎ˆฐ๎ˆป๎€ƒ๎†บ๎†จ๎†ถ๎†พ๎†บ๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎†บ๎†ข๎€ƒ๎†พ๎†ถ๎†น๎†ฒ๎†บ๏ƒฏ๎€ƒ๎€Œ๎†ถ๎†พ๎†ข๎†ฝ๎†ข๎†น๏ƒซ๎€ƒ ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ถ๎†น๎†ก๎†ข๎†น๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ด๎†ž๎†ฒ๎†ข๎€ƒ๎†ฉ๎†ป๎€ƒ๎†ž๎€ƒ๎†ด๎†ถ๎†น๎†ข๎€ƒ๎†ฃ๎†ถ๎† ๎†ผ๎†บ๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†บ๎†ป๎†ผ๎†ก๎‡€๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†น๎ˆป๏…๎†บ๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ข๎†ง๎†ข๎†บ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†พ๎†ฉ๎†ณ๎†ณ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ข๎€ƒ๎†ป๎†ž๎†ฒ๎†ข๎†ต๎€ƒ๎†ž๎†บ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ฃ๎†ถ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ท๎†ถ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎† ๎†ณ๎†ž๎†บ๎†บ๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ข๎†ง๎†ข๎†บ๎†ฉ๎†บ๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ถ๎†ป๎†จ๎†ข๎†น๎€ƒ๎†ป๎†พ๎†ถ๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ข๎†ง๎†ข๎†ป๎†ข๎†บ๎€ƒ๎†ž๎†น๎†ข๎€ƒ๎† ๎†ถ๎†ต๎†บ๎†ผ๎†ณ๎†ป๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†ท๎†น๎†ฉ๎†ด๎†ž๎†น๎†ฉ๎†ณ๎‡€๎€ƒ๎†บ๎†ถ๎€ƒ๎†ž๎†บ๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†Ÿ๎†น๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎†ฃ๎†ผ๎†น๎†ป๎†จ๎†ข๎†น๎€ƒ๎†ท๎†ข๎†น๎†บ๎†ท๎†ข๎† ๎†ป๎†ฉ๎†ฝ๎†ข๎†บ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ก๎†ฉ๎†บ๎† ๎†ผ๎†บ๎†บ๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๏„‚๎€†๎†ž๎†บ๎†จ๎†ฉ๎†น๎€ƒ๏‡Š๏‡ˆ๏‡‰๏‡๏ƒฎ๎€ƒ๏‡๏‡Š๏„ต๏‡๏‡‹๏„ƒ๏ƒฏTerkait dengan metodologi [penulisan], kajian ini menampilkan [juga] ๎†ด๎†ž๎†ฝ๎‡„๎†ž๏…Ÿ๎†ด๎†ž๎†ฝ๎‡„๎†ž๎€ƒ๎†ฟ๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎€ƒ๎†ž๎‹™๏…Ÿ๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†ฝ๎‰Œ๏„•๎€ƒ๎†ž๎‡…๏…Ÿ๎€ž๎†ž๎†ธ๎†ž๎†ด๎†ฉ๎†พ๎‡„๎†ž๎†ฝ๎‰Œ๏„•๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ž๎†ฝ๏…Ÿ๎€–๎‡’๎‡…๎‰Œ๎€ƒ๎‡€๎†น๎†ฟ๎‡€๎†ด๎€ƒ๎†ข๎†ซ๎†Ÿ๎†ž๎†น๎†ข๎†ซ๎†น๎†จ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ๏„ฌ๎†ข๎†ซ๎†ด๎†บ๎†ธ๎†ป๎†ž๎†ฝ๎†ž๎†พ๎†ซ๎†ด๎†ž๎†น๏„ญ๏„•๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ฉ๎†ž๎†ถ๎€ƒ ๎†ซ๎†น๎†ซ๎€ƒ ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎‡€๎†ฟ๎†ž๎†ธ๎†ž๎€ƒ ๎†ด๎†ž๎†ฝ๎†ฃ๎†น๎†ž๎€ƒ ๎€๎‹๎†ถ๎‡’๎ˆฝ๎‰Œ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†ธ๎†ป๎†ฃ๎†ฝ๎†ถ๎†ซ๎†ฉ๎†ž๎†ฟ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒpengakuannya terhadap karya-karya tafsir tersebut. Namun demikian, ๎†ž๎†จ๎†ž๎†ฝ๎€ƒ ๎†ด๎†ž๎†ฐ๎†ซ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ซ๎†น๎†ซ๎€ƒ ๎†ถ๎†ฃ๎†Ÿ๎†ซ๎†ฉ๎€ƒ ๎†ค๎†บ๎†ด๎‡€๎†พ๏„•๎€ƒ ๎†ธ๎†ž๎†ด๎†ž๎€ƒ ๎†ฟ๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎€ƒ ๎†ž๎†ฟ๏…Ÿ๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†ฝ๎‰Œ๎€ƒ ๎†ž๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ข๎†ซ๎†ž๎†ธ๎†Ÿ๎†ซ๎†ถ๎€ƒ ๎†พ๎†ฃ๎†Ÿ๎†ž๎†ซ๎†ด๎€ƒ ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒinti [komparasi] dari tafsir-tafsir klasik itu, sedangkan dua penafsir lainnya dikemukakan utamanya untuk membawa perspektif-perspektif lanjutan 2. Analisis dengan perspektif teori sosiologi pengetahuan ๎†บ๎†ถ๎† ๎†ฉ๎†ถ๎†ณ๎†ถ๎†ง๎‡€๎€ƒ ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒknowledge Teori ๎†บ๎†ถ๎† ๎†ฉ๎†ถ๎†ณ๎†ถ๎†ง๎‡€๎€ƒ ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ ๎†ฒ๎†ต๎†ถ๎†พ๎†ณ๎†ข๎†ก๎†ง๎†ข, antara lain, mengakui adanya pengaruh nilai-nilai sosial terhadap semua persepsi tentang realitas. Teori ini pun mengatakan bahwa tidak ada praktik penafsiran ๎†ž๎† ๎†ป๎€ƒ ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ ๎† ๎†ถ๎†ด๎†ฉ๎†ต๎†ง๏„ต๎†ป๎†ถ๏„ต 142 แนขuแธฅuf, Vol. 12, No. 1, Juni 2019 131โ€“149๎†ผ๎†ต๎†ก๎†ข๎†น๎†บ๎†ป๎†ž๎†ต๎†ก๎†ฉ๎†ต๎†ง dapat terhindar dari kekuatan formatif latar belakang ๎†Ÿ๎†ž๎† ๎†ฒ๎†ง๎†น๎†ถ๎†ผ๎†ต๎†ก dan komunitas paradigma yang dianut oleh seorang penafsir Osborne 1991 401. Melalui pendekatan ini, seorang peneliti literatur tafsir dapat mengemukakan analisis eksplanatori. Misalnya, Abdul Kader Toyab dalam artikelnya โ€œ๎€…๎†ต๎€ƒ๎€…๎†ต๎†ž๎†ณ๎‡€๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎€—๎†ผ๎†น๎†ฝ๎†ข๎‡€๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†น๎ˆป๏…๎†บ๎€ƒ๎€‰๎†ฟ๎†ข๎†ง๎†ข๎†บ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€‡๎†ผ๎†ณ๎†ป๎†ผ๎†น๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎€—๎‡€๎†ด๎†Ÿ๎†ถ๎†ณ๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎€‡๎†ถ๎†ต๎†บ๎†ป๎†น๎†ผ๎† ๎†ป๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎€Š๎†ฉ๎†ป๎†ต๎†ž๏…บ๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†ธ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎†ž๎†พ๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ž๎‹™๏…Ÿ๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†ฝ๎†ซ๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ฉ๎†ž๎†ข๎†ž๎†ป๎€ƒ๎†ด๎†ž๎†ฟ๎†ž๎€ƒ๎†ฆ๎†ช๎†ป๎†ต๎†ž๎†จ dalam Al-Qurโ€™an. Dalam analisisnya Toyab mengatakan, ๏…Ž๎€Œ๎†ข๎€ƒ๎†ฝ๎†ข๎†ต๎†ป๎†ผ๎†น๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ถ๎†ฅ๎†ฃ๎†ข๎†น๎€ƒ๎†จ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†บ๎†ข๎†น๎†ฝ๎†ฉ๎† ๎†ข๎†บ๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€…๎†Ÿ๎†Ÿ๎†ž๎†บ๎†ฉ๎†ก๎€ƒ๎† ๎†ž๎†ณ๎†ฉ๎†ท๎†จ๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€‘๎†ผ๎†ฒ๎†ป๎†ž๎†ฃ๎ˆป๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎† ๎†ถ๎†ต๎†บ๎†ถ๎†ณ๎†ฉ๎†ก๎†ž๎†ป๎†ข๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ผ๎†ต๎†ฉ๎†ป๎‡€๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ผ๎†ด๎†ด๎†ž๎€ƒ๎†ž๎†ง๎†ž๎†ฉ๎†ต๎†บ๎€ƒ๎†ด๎†ฉ๎†ณ๎†ฉ๎†ป๎†ž๎†ต๎†ป๎€ƒ๎€—๎†จ๎†ฉ๏…๎†ฉ๎€ƒ๎†ง๎†น๎†ถ๎†ผ๎†ท๎†บ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎€˜๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†น๎†ฉ๎†บ๎†ป๎†ž๎†ต๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†ป๎†ข๎†น๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ถ๎†น๎†ฉ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎€˜๎†ผ๎†ณ๎†ผ๎†ต๎†ฉ๎†ก๎€ƒ๎†บ๎†ข๎† ๎†ข๎†บ๎†บ๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†ฉ๎†บ๎†ป๎†บ๎€ƒ ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ ๎€‰๎†ง๎‡€๎†ท๎†ป๏ƒฏ๎€ƒ ๎€˜๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎†ท๎†ถ๎†ณ๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ ๎†น๎†ถ๎†ณ๎†ข๎€ƒ ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ ๎†ž๎†ณ๏„ต๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†น๎ˆป๎€ƒ ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ ๎€†๎†ž๎†ง๎†ก๎†ž๎†ก๎€ƒ ๎†ด๎†ž๎‡€๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ข๎€ƒ๎†ก๎†ข๎†ป๎†ข๎† ๎†ป๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†จ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†ผ๎†ต๎†ก๎†ข๎†น๎†บ๎†ป๎†ž๎†ต๎†ก๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ฆ๎†ช๎†ป๎†ต๎†ž๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ข๎†ง๎†ข๎†บ๎†ฉ๎†บ๎€ƒToyab 1993 160. Dari kutipan di atas dapat kita ketahui bahwa Toyab menganalisis penafsiran ๎†ž๎‹™๏…Ÿ๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†ฝ๎‰Œ๎€ƒ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ฟ๎†ซ๎†น๎†ฐ๎†ž๎‡€๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ป๎†บ๎†ถ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎†ด๏„™Analisis ๎†บ๎†ถ๎† ๎†ฉ๎†ถ๎†ณ๎†ถ๎†ง๎‡€๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ฒ๎†ต๎†ถ๎†พ๎†ณ๎†ข๎†ก๎†ง๎†ข dengan pandangan politik bisa dilihat juga dalam artikel Michael Pregill โ€œMeasure for Measure Prophetic History, ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎†ž๎†น๎†ซ๎†ก๎€ƒ๎€‰๎‡ƒ๎†ฃ๎†จ๎†ฃ๎†พ๎†ซ๎†พ๏„•๎€ƒ๎†ž๎†น๎†ข๎€ƒ๎€…๎†น๎†ฟ๎†ซ๏…Ÿ๎€—๎‡€๎†น๎†น๎‰Œ๎€ƒ๎€”๎†บ๎†ถ๎†ฃ๎†ธ๎†ซ๎†ก๎€ƒ๎†ซ๎†น๎€ƒ๎†ž๎€ƒ๎€Š๎‡’๎‹™๎†ซ๎†ธ๎†ซ๎†ข๎€ƒ๎€”๎†ฝ๎†บ๎†ป๎†ž๎†จ๎†ž๎†น๎†ข๎†ž๎€ƒ๎€›๎†บ๎†ฝ๎†ด๎€ƒBL Or. 8419โ€ Pregill 2014 20-57. Penulis ini mengkaji literatur/teks Syiah yang masih dalam bentuk manuskrip dengan kode BL Or. 8419 tentang kisah para nabi sebelum Islam dan kisah Nabi Muhammad serta umat Islam awal. Literatur ini dipandangnya sebagai bentuk ๎†ป๎†ž๏…๎†พ๎ˆป๎†ณ terhadap ayat-ayat Al-Qurโ€™an, bukan sebagai literatur sejarah. Selain itu, pernyataan-pernyataan dalam literatur tersebut dianalisi olehnya dengan pandangan politik. Dia mengatakan,๎€Š๎†ฉ๎†ต๎†ž๎†ณ๎†ณ๎‡€๏ƒซ๎€ƒ๎€๎€ƒ๎†พ๎†ฉ๎†ณ๎†ณ๎€ƒ๎†ž๎†ป๎†ป๎†ข๎†ด๎†ท๎†ป๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ณ๎†ถ๎† ๎†ž๎†ป๎†ข๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†ผ๎†ต๎†ฉ๎†ธ๎†ผ๎†ข๎€ƒ๎†ป๎†ข๎†ฟ๎†ป๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ฉ๎†ป๎†บ๎€ƒ๎†ท๎†ถ๎†ณ๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†น๎†ข๎†ณ๎†ฉ๎†ง๎†ฉ๎†ถ๎†ผ๎†บ๎€ƒ๎† ๎†ถ๎†ต๎†ป๎†ข๎†ฟ๎†ป๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†น๎†ณ๎‡€๎€ƒ๎€Š๎‡Ž๎Šถ๎†ฉ๎†ด๎†ฉ๎†ก๎€ƒ๎†จ๎†ฉ๎†บ๎†ป๎†ถ๎†น๎‡€๎€ƒ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†Ÿ๎†ž๎†บ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ฉ๎†ป๎†บ๎€ƒ๎† ๎†ถ๎†ก๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†ž๎†ณ๎†ณ๎†ผ๎†บ๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†บ๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ข๎†ด๎†ข๎†น๎†ง๎†ข๎†ต๎† ๎†ข๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†น๎†ข๎†ฉ๎†ง๎†ต๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€‘๎†ž๎†จ๎†ก๎ˆป๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎€’๎†ถ๎†น๎†ป๎†จ๎€ƒ๎€…๎†ฃ๎†น๎†ฉ๎† ๎†ž๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ฃ๎†ผ๎†ณ๎ธ๎†ณ๎†ด๎†ข๎†ต๎†ป๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ท๎†ผ๎†น๎†ท๎†ถ๎†น๎†ป๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†ท๎†น๎†ถ๎†ท๎†จ๎†ข๎† ๎†ฉ๎†ข๎†บ๎€ƒ๎†ž๎†Ÿ๎†ถ๎†ผ๎†ป๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๏…‹๎†น๎†ฉ๎†บ๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†บ๎†ผ๎†ต๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†พ๎†ข๎†บ๎†ป๏…๎€ƒ๏„‚๎€”๎†น๎†ข๎†ง๎†ฉ๎†ณ๎†ณ๎€ƒ๏‡Š๏‡ˆ๏‡‰๏‡Œ๏ƒฎ๎€ƒ๏‡Š๏‡Œ๏„ƒ๏ƒฏ๎€ƒTerakhir, saya akan berusaha menempatkan teks yang unik ini pada konteks politik dan agama dalam sejarah awal Dinasti Fatimiah, berdasarkan pada ๎†ด๎†ซ๎†ž๎†พ๎†ž๎†น๏…Ÿ๎†ด๎†ซ๎†ž๎†พ๎†ž๎†น๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎‡€๎†น๎†ฐ๎‡€๎†ด๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ป๎†ž๎†ข๎†ž๎€ƒ ๎†ด๎†ฃ๎†ธ๎‡€๎†น๎†ก๎‡€๎†ถ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€‘๎†ž๎†ฉ๎†ข๎‰Œ๎€ƒ ๎†ข๎†ซ๎€ƒ ๎€…๎†ค๎†ฝ๎†ซ๎†ด๎†ž๎€ƒUtara dalam melengkapi ramalan-ramalan tentang terbitnya matahari di Baratโ€™ Perspektif politik ini dapat dilihat dalam analisis Michael Pregill yang mengatakan bahwa literatur Syiah tersebut dalam menceritakan keadaan dan situasi umat Islam awal setelah wafatnya Rasulullah mengaitkannya ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†พ๎‡€๎†ฝ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ ๎€ซ๎†ถ๎†ซ๎€ƒ ๏…ต๎€๎†ธ๎†ฝ๎‡’๎†น๏„ง๏‡ต๏„˜๎€ƒ ๏‡ณ๏‡ถ๏‡ถ๏„™๎€ƒ ๎€‘๎†ฃ๎†น๎‡€๎†ฝ๎‡€๎†ฟ๎€ƒ ๎€”๎†ฝ๎†ฃ๎†จ๎†ซ๎†ถ๎†ถ๏„•๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†น๎‡„๎‡€๎†พ๎‡€๎†น๎€ƒ ๎†ฟ๎†ฃ๎†ด๎†พ๎€ƒ ๎†ถ๎†ซ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ž๎†ฟ๎‡€๎†ฝ๎€ƒSyiah ini โ€“ berbeda dengan penilaian Sunni, menyatakan bahwa setelah Rasulullah wafat, situasi dan keadaan umat Islam di bawah ketiga khalifah, ๎‡„๎†ž๎†ด๎†น๎†ซ๎€ƒ ๎€…๎†Ÿ๎‹ซ๎€ƒ ๎€†๎†ž๎†ด๎†ฝ๏„•๎€ƒ ๏…ต๎€™๎†ธ๎†ž๎†ฝ๏„•๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ ๎€™๎‹Ž๎†ธ๎†ž๎†น๏„•๎€ƒ ๎†พ๎†ž๎†น๎†จ๎†ž๎†ฟ๎€ƒ ๎†Ÿ๎‡€๎†ฝ๎‡€๎†ด๎€ƒ ๎†ด๎†ž๎†ฝ๎†ฃ๎†น๎†ž๎€ƒ ๎†ด๎†ฃ๎†ด๎†ฉ๎†ž๎†ถ๎†ซ๎†ค๎†ž๎†ฉ๎†ž๎†น๎€ƒ Pendekatan dan Analisis dalam Penelitian Teks Tafsir โ€” Sahiron Syamsuddin 143๎†ธ๎†ฃ๎†พ๎†ฟ๎†ซ๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ๎†ข๎†ซ๎†ป๎†ฃ๎†จ๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†ถ๎†ž๎†น๎†จ๎†พ๎‡€๎†น๎†จ๎€ƒ๎†บ๎†ถ๎†ฃ๎†ฉ๎€ƒ๏…ต๎€…๎†ถ๎†ซ๎€ƒ๎†ซ๎†Ÿ๎†น๎€ƒ๎€…๎†Ÿ๎‰Œ๎€ƒ๎ƒป๎‡’๎†ถ๎†ซ๎†Ÿ๏„™Hal yang semacam itu dipandang oleh Pregill sebagai tafsir sejarah yang mengandung bias politik untuk kepentingan Syiah. Contoh-contoh pernyataan semacam itu dikemukakan dalam artikelnya secara komprehensif. Berdasarkan hal itu semua, Pregill lalu menyimpulkan, berikut ini๎€“๎†ฝ๎†ข๎†น๎†ž๎†ณ๎†ณ๏ƒซ๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎†ต๎†ถ๎†พ๏„ต๎†ž๎†ต๎†ถ๎†ต๎‡€๎†ด๎†ถ๎†ผ๎†บ๎€ƒ ๎†ป๎†ข๎†ฟ๎†ป๎€ƒ ๎†น๎†ข๎†ท๎†น๎†ข๎†บ๎†ข๎†ต๎†ป๎†ข๎†ก๎€ƒ ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ ๎€“๎†น๏ƒฏ๎€ƒ ๏‡๏‡Œ๏‡‰๏‡‘๎€ƒ ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ ๎†ก๎†ฉ๎†บ๎†ป๎†ฉ๎†ต๎†ง๎†ผ๎†ฉ๎†บ๎†จ๎†ข๎†ก๎€ƒ ๎†Ÿ๎‡€๎€ƒ๎†ฉ๎†ป๎†บ๎€ƒ๎†ผ๎†บ๎†ข๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ž๎€ƒ ๎†จ๎†ฉ๎†ง๎†จ๎†ณ๎‡€๎€ƒ๎†ท๎†ถ๎†ณ๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ฉ๎†บ๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ข๎†ง๎†ข๎†บ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ท๎†ž๎†บ๎†บ๎†ž๎†ง๎†ข๎†บ๎€ƒ๎†ฃ๎†น๎†ถ๎†ด๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ฉ๎†ป๎†บ๎€ƒ๎†บ๎†ฉ๎†ต๎†ง๎†ณ๎†ข๏„ต๎†ด๎†ฉ๎†ต๎†ก๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†ท๎†ผ๎†น๎†บ๎†ผ๎†ฉ๎†ป๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†น๎†ง๎†ผ๎†ด๎†ข๎†ต๎†ป๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ž๎†ป๎€ƒ๎€—๎†ผ๎†ต๎†ต๎ˆป๎†บ๎€ƒ๎†จ๎†ž๎†ฝ๎†ข๎€ƒ๎†ง๎†ถ๎†ต๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†บ๎†ป๎†น๎†ž๎‡€๎€ƒ๎†ฎ๎†ผ๎†บ๎†ป๎€ƒ๎†ž๎†บ๎€ƒ๎€๎†บ๎†น๎†ž๎†ข๎†ณ๎€ƒ๎†พ๎†ข๎†ต๎†ป๎€ƒ๎†ž๎†บ๎†ป๎†น๎†ž๎‡€๎€ƒ๎†Ÿ๎†ข๎†ฃ๎†ถ๎†น๎†ข๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎†ด๏ƒฏ๎€ƒ๎€’๎†ข๎†ฝ๎†ข๎†น๎†ป๎†จ๎†ข๎†ณ๎†ข๎†บ๎†บ๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†บ๎€ƒ๎†ท๎†น๎†ข๎†ฝ๎†ฉ๎†ถ๎†ผ๎†บ๎†ณ๎‡€๎€ƒ๎†ต๎†ถ๎†ป๎†ข๎†ก๏ƒซ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ถ๎†ป๎†จ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ป๎†ข๎†ฟ๎†ป๏…๎†บ๎€ƒ๎† ๎†ถ๎†ต๎†ป๎†ข๎†ต๎†ป๎†บ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†ž๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ๎€ƒ๎†บ๎†จ๎†ถ๎†พ๎€ƒ๎†ด๎†ž๎†ต๎‡€๎€ƒ๎†ท๎†ถ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ถ๎†ฝ๎†ข๎†น๎†ณ๎†ž๎†ท๎€ƒ๎†พ๎†ฉ๎†ป๎†จ๎€ƒ๎†ถ๎†ป๎†จ๎†ข๎†น๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ป๎†ž๎†ต๎†ป๎€ƒ๎†พ๎†ถ๎†น๎†ฒ๎†บ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ ๎†ป๎†น๎†ž๎†ก๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†บ๎€ƒ๎†ฃ๎†น๎†ถ๎†ด๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ถ๎†ป๎†จ๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎€˜๎†พ๎†ข๎†ณ๎†ฝ๎†ข๎†น๎€ƒ ๎€—๎†จ๎ˆป๎ก˜๎ˆป๎€ƒ ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ ๎€๎†บ๎†ด๎‡Ž๎ก˜๎ˆป๎†ณ๎ˆป๎€ƒ ๎† ๎†ถ๎†ด๎†ด๎†ผ๎†ต๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎†ข๎†บ๏ƒซ๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ถ๎†ผ๎†ง๎†จ๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎†ท๎†ž๎†น๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ผ๎†ณ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ข๎†ง๎†ข๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†บ๎†ป๎‡€๎†ณ๎†ข๎€ƒ๎†ผ๎†บ๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†Ÿ๎‡€๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†ผ๎†ป๎†จ๎†ถ๎†น๎€ƒ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†ด๎†ผ๎† ๎†จ๎€ƒ๎†ด๎†ถ๎†น๎†ข๎€ƒ๎†บ๎†ฉ๎†ด๎†ฉ๎†ณ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎€๎†บ๎†ด๎‡Ž๎ก˜๎ˆป๎†ณ๎ˆป๎€ƒ๎†ป๎†ž๎ก—๎†พ๎ˆป๎†ณ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ž๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎€—๎†ผ๎†ต๎†ต๎ˆป๎€ƒ๎†ถ๎†น๎€ƒ๎€˜๎†พ๎†ข๎†ณ๎†ฝ๎†ข๎†น๎€ƒ๎†ป๎†ž๎†ฃ๎†บ๎ˆป๎†น๎€ƒ๏„‚๎€”๎†น๎†ข๎†ง๎†ฉ๎†ณ๎†ณ๎€ƒ๏‡Š๏‡ˆ๏‡‰๏‡Œ๏ƒฎ๎€ƒ๏‡Œ๏‡‹๏„ƒ๏ƒฏ๎€ƒSecara umum, teks yang saat ini anonim [tidak disebut nama pengarangnya] yang dituangkan pada Or. 8419 itu bercirikan dengan penggunaan penafsiran yang sangat dipolitisir terhadap bagian-bagian/ayat-ayat Al-Qurโ€™an dalam pencarian argumen yang single-minded [sepihak] bahwa kaum Sunni itu tersesat sebagaimana Bani Israel sebelum mereka. Namun, sebagaimana telah dicatat, baik isi maupun pendekatan teks menunjukkan banyak poin yang sama dengan karya-karya dan tradisi-tradisi dari umat Syiah Dua Belas dan ๎€๎†พ๎†ธ๎‡’๏…ต๎‰Œ๎†ถ๎‰Œ๏„•๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†พ๎†ด๎†ซ๎†ป๎‡€๎†น๎€ƒ ๎†จ๎†ž๎‡„๎†ž๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ฟ๎†ฃ๎†น๎†ฟ๎‡€๎€ƒ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†ข๎†ซ๎†จ๎‡€๎†น๎†ž๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ๎†บ๎†ถ๎†ฃ๎†ฉ๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†ฝ๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎†Ÿ๎†ซ๎†ฉ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ž๎†น๎‡„๎†ž๎†ด๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎‡„๎†ฃ๎†ฝ๎‡€๎†ป๎†ž๎†ซ๎€ƒ๎†ฟ๎†ž๎†ด๎‡‚๎†ซ๎†ถ๎€ƒ๎€—๎‡„๎†ซ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ๎€๎†พ๎†ธ๎‡’๏…ต๎‰Œ๎†ถ๎†ซ๎‡„๎†ž๎†ฉ๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†ฝ๎†ซ๎†ป๎†ž๎†ข๎†ž๎€ƒ๎†ฟ๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎€ƒ๎€—๎‡€๎†น๎†น๎†ซ๎€ƒ๎†ž๎†ฟ๎†ž๎‡€๎€ƒSyiah Dua Belas. 3. Analisis dengan perspektif teori hermeneutika modernTidak jarang bahwa โ€œpembaca-pembacaโ€ Al-Qurโ€™an kontemporer dalam beberapa segi terpengaruh, atau paling sinkron dengan oleh teori-teori penafsiran yang berkembang di Barat. Sudah barang tentu, dalam kasus ini analisis peneliti belum mencukupi kecuali dengan menghubungkan teori interpretatif dari seorang mufasir dengan teori hermeneutika Barat. Bint ๎†ž๎†พ๎‡„๏…Ÿ๎€—๎‡„๎‡’๎‹™๎†ซ๏…ท๏„•๎€ƒ ๎†ธ๎†ซ๎†พ๎†ž๎†ถ๎†น๎‡„๎†ž๏„•๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†ธ๎†ซ๎†ถ๎†ซ๎†ด๎†ซ๎€ƒ ๎†ด๎†ฃ๎†พ๎†ž๎†ธ๎†ž๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ ๎†ฉ๎†ž๎†ถ๎€ƒ ๏…ธ๎†ป๎†ฃ๎†ฝ๎†ถ๎‡€๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ ๎†ด๎†ฃ๎†ธ๎†Ÿ๎†ž๎†ถ๎†ซ๎€ƒ ๎†ด๎†ฃ๎€ƒmakna asal sebuah teks Al-Qurโ€™an yakni pada masa Nabiโ€ dengan teori Emilio Betti dan Hirsch tentang โ€œ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ถ๎†น๎†ฉ๎†ง๎†ฉ๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ด๎†ข๎†ž๎†ต๎†ฉ๎†ต๎†งโ€ makna asal atau โ€œ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†ต๎†ก๎†ข๎†ก๎€ƒ ๎†ด๎†ข๎†ž๎†ต๎†ฉ๎†ต๎†ง makna yang dimaksud Syamsuddin 1998. M. Shahrur juga banyak terpengaruh oleh teori strukturalisnya F. de Sausurre dan Edward Sapir Eickelman 1993 164. Demikian pula, Farid Essac terpengaruh oleh hermeneutika pembebasan ๎†ณ๎†ฉ๎†Ÿ๎†ข๎†น๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎†จ๎†ข๎†น๎†ด๎†ข๎†ต๎†ข๎†ผ๎†ป๎†ฉ๎† .Contoh penelitian lain yang menggunakan perspektif hermeneutika modern adalah penelitian Ulrika Martensson 2009 20-48 yang berjudul โ€œThrough the Lens of Modern Hermeneutics Authorial Intention in al- 144 แนขuแธฅuf, Vol. 12, No. 1, Juni 2019 131โ€“149๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†ฝ๎‰Œ๏…ท๎†พ๎€ƒ ๎†ž๎†น๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€‹๎†ฉ๎†ž๎‡…๎‡’๎†ถ๎‰Œ๏…ท๎†พ๎€ƒ ๎€๎†น๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ป๎†ฝ๎†ฃ๎†ฟ๎†ž๎†ฟ๎†ซ๎†บ๎†น๎€ƒ ๎†บ๎†ค๎€ƒ ๎€•๏„™๎€ƒ๏‡ด๏‡ถ๏„˜๏‡ต๏‡ท๏„™๏…บ๎€ƒ๎€ˆ๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ฃ๎†ถ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ซ๎†น๎†ซ๎€ƒMartensson memaparkan dan menganalisis penafsiran kedua penafsir tersebut dengan perspektif hermeneutika modern, khususnya yang kemukakan oleh Hans-Georg Gadamer dan Hirsch. Pada bagian pendahuluan artikelnya, peneliti ini mengatakan, sebagai berikut๎€˜๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎†ถ๎†Ÿ๎†ฎ๎†ข๎† ๎†ป๎†ฉ๎†ฝ๎†ข๎€ƒ ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ ๎†ป๎†พ๎†ถ๎†ฃ๎†ถ๎†ณ๎†ก๏ƒฎ๎€ƒ ๎†ฆ๎†ช๎†น๎†บ๎†ป๎†ณ๎‡€๏ƒซ๎€ƒ ๎†ป๎†ถ๎€ƒ ๎† ๎†ถ๎†ด๎†ท๎†ž๎†น๎†ข๎€ƒ ๎†ž๎†ณ๏„ต๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†น๎ˆป๏…๎†บ๎€ƒ ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€‹๎†จ๎†ž๎‡๎‡Ž๎†ณ๎ˆป๏…๎†บ๎€ƒ๎†จ๎†ข๎†น๎†ด๎†ข๎†ต๎†ข๎†ผ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†บ๎€ƒ๎†พ๎†ฉ๎†ป๎†จ๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎†ด๎†ถ๎†ก๎†ข๎†น๎†ต๎€ƒ๎†ก๎†ข๎†Ÿ๎†ž๎†ป๎†ข๎€ƒ ๎†ถ๎†ฝ๎†ข๎†น๎€ƒ ๏…‹๎†ž๎†ผ๎†ป๎†จ๎†ถ๎†น๎†ฉ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†ต๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๏…๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ ๎†บ๎†ข๎† ๎†ถ๎†ต๎†ก๎†ณ๎‡€๏ƒซ๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ ๎†ข๎†ฟ๎†ท๎†ณ๎†ถ๎†น๎†ข๎€ƒ ๎†ž๎†ต๎†ข๎†พ๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎†ด๎†ข๎†ž๎†ต๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎†ป๎†ข๎†น๎†ด๎€ƒ ๏…‹๎†ป๎†ž๏…๎†พ๎ˆป๎†ณ๎€ƒ ๎†พ๎†จ๎†ฉ๎† ๎†จ๏ƒซ๎€ƒ ๎†ž๎† ๎† ๎†ถ๎†น๎†ก๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ ๎†ป๎†ถ๎€ƒ ๎€‘๎†ž๎†น๎†ป๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎€›๎†ฉ๎†ป๎†ป๎†ฉ๎†ต๎†ง๎†จ๎†ž๎†ด๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†จ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†น๎†ข๎† ๎†ข๎†ต๎†ป๎€ƒ๎†บ๎†ป๎†ผ๎†ก๎‡€๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€‹๎†จ๎†ž๎‡๎‡Ž๎†ณ๎ˆป๏…๎†บ๎€ƒ๎†จ๎†ข๎†น๎†ด๎†ข๎†ต๎†ข๎†ผ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†บ๏ƒซ๎€ƒ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†บ๎†ผ๎†Ÿ๎†ฎ๎†ข๎† ๎†ป๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ก๎†ข๎†Ÿ๎†ž๎†ป๎†ข๎€ƒ๏„‚๎€‘๎†ž๎†น๎†ป๎†ข๎†ต๎†บ๎†บ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๏‡Š๏‡ˆ๏‡ˆ๏‡‘๏ƒฎ๎€ƒ๏‡Š๏‡‰๏„ƒ๏ƒฏ๏„ฌ๎€˜๎‡€๎†ฐ๎‡€๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ž๎†ฝ๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎†ฃ๎†ถ๎€ƒ ๎†ซ๎†น๎†ซ๎€ƒ ๎†ž๎†ข๎†ž๎€ƒ ๎†ข๎‡€๎†ž๏„˜๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†ฝ๎†ฟ๎†ž๎†ธ๎†ž๏„•๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†ธ๎†Ÿ๎†ž๎†น๎†ข๎†ซ๎†น๎†จ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ฉ๎†ฃ๎†ฝ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ฃ๎‡€๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎†ž๎€ƒ ๎†ž๎‹™๏…Ÿ๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†ฝ๎‰Œ๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€‹๎†ž๎‡…๎‡’๎†ถ๎‰Œ๎€ƒ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†ฝ๎†ข๎†ฃ๎†Ÿ๎†ž๎†ฟ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ธ๎†บ๎†ข๎†ฃ๎†ฝ๎†น๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†น๎†ฟ๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๏…ต๎†ธ๎†ž๎†ด๎†พ๎‡€๎†ข๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†ฝ๎†ž๎†น๎†จ๏…ท๏„•๎€ƒdan kedua, mengeksplorasi lagi makna istilah ๎†ป๎†ž๏…๎†พ๎ˆป๎†ณ๎€ƒ yang menurut Martin ๎€›๎†ซ๎†ฟ๎†ฟ๎†ซ๎†น๎†จ๎†ฉ๎†ž๎†ธ๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ฃ๎†ถ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎†ž๎†น๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†Ÿ๎†ž๎†ฝ๎‡€๎€ƒ ๎†ฟ๎†ฃ๎†น๎†ฟ๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ ๎†ฉ๎†ฃ๎†ฝ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎‡€๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎†ž๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€‹๎†ž๎‡…๎‡’๎†ถ๎‰Œ๎€ƒ๎†ซ๎†ฟ๎‡€๎€ƒmasih diperdebatkan Setelah mengkaji, mendeskripsikan, dan menganalisis data-data ๎†ข๎†ž๎†ฝ๎†ซ๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†ด๎†พ๎€ƒ๎†ฟ๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎€ƒ ๎†ž๎‹™๏…Ÿ๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†ฝ๎‰Œ๏…ท๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€‹๎†ž๎‡…๎‡’๎†ถ๎‰Œ๏„•๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ฃ๎†ถ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎‡„๎†ซ๎†ธ๎†ป๎‡€๎†ถ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ๎†พ๎†ฃ๎†Ÿ๎†ž๎†จ๎†ž๎†ซ๎€ƒberikut.๎€๎†ป๎€ƒ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎† ๎†ถ๎†ต๎† ๎†ณ๎†ผ๎†ก๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†จ๎†ข๎†น๎†ข๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ž๎†ป๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†จ๎†ข๎†น๎†ด๎†ข๎†ต๎†ข๎†ผ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†บ๎€ƒ ๎†ก๎†ž๎†ต๎€ƒ ๎†ด๎†ข๎†ป๎†ถ๎†ก๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ถ๎†ป๎†จ๎€ƒ ๎†ž๎†ณ๏„ต๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†น๎ˆป๏…๎†บ๎€ƒ๎†ก๎†ž๎†ต๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€‹๎†จ๎†ž๎‡๎‡Ž๎†ณ๎ˆป๎€ƒ๎†ž๎†น๎†ข๎€ƒ๎†ง๎†น๎†ถ๎†ผ๎†ต๎†ก๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ข๎†ด๎†ท๎†ฉ๎†น๎†ฉ๎† ๎†ฉ๎†บ๎†ป๎€ƒ๎†ข๎†ท๎†ฉ๎†บ๎†ป๎†ข๎†ด๎†ถ๎†ณ๎†ถ๎†ง๎‡€๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ž๎†ป๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎‡€๎€ƒ๎†Ÿ๎†ถ๎†ป๎†จ๎€ƒ๎†ก๎†ข๎†ฆ๎†ช๎†ต๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†ฉ๎†ด๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎†ž๎†บ๎€ƒ๏…‹๎€‹๎†ถ๎†ก๏…๎†บ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†ต๎†ก๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†ด๎†ข๎†ž๎†ต๎†ฉ๎†ต๎†ง๏…๏ƒฏ๎€ƒ๎€˜๎†จ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†Ÿ๎†น๎†ฉ๎†ต๎†ง๎†บ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎†ด๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†ณ๎†ฉ๎†ต๎†ข๎€ƒ๎†พ๎†ฉ๎†ป๎†จ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎† ๎†ถ๎†ต๎†ป๎†ข๎†ด๎†ท๎†ถ๎†น๎†ž๎†น๎‡€๎€ƒ๎†ณ๎†ฉ๎†ป๎†ข๎†น๎†ž๎†น๎‡€๎€ƒ๎† ๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎€‰๏ƒฏ๎€ˆ๏ƒฏ๎€ƒ๎€Œ๎†ฉ๎†น๎†บ๎† ๎†จ๏ƒซ๎€ƒ๎€Ž๎†น๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†จ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๏…‹๎†ก๎†ข๎†ฃ๎†ข๎†ต๎† ๎†ข๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†ผ๎†ป๎†จ๎†ถ๎†น๏…๎€ƒ๎†ž๎†ง๎†ž๎†ฉ๎†ต๎†บ๎†ป๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ฉ๎†ก๎†ข๎†ž๎†ณ๎†ฉ๎†บ๎†ป๎€ƒ๎†จ๎†ข๎†น๎†ด๎†ข๎†ต๎†ข๎†ผ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎€Œ๎†ž๎†ต๎†บ๏„ต๎€‹๎†ข๎†ถ๎†น๎†ง๎€ƒ๎€‹๎†ž๎†ก๎†ž๎†ด๎†ข๎†น๎€ƒ๏„‚๎€‘๎†ž๎†น๎†ป๎†ข๎†ต๎†บ๎†บ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๏‡Š๏‡ˆ๏‡ˆ๏‡‘๏ƒฎ๎€ƒ๏‡Œ๏‡‰๏„ƒ๏ƒฏ๏„ฌ๎€ˆ๎†ซ๎€ƒ๎†พ๎†ซ๎†น๎†ซ๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†ป๎†ž๎†ฟ๎€ƒ๎†ข๎†ซ๎†พ๎†ซ๎†ธ๎†ป๎‡€๎†ถ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎‡‚๎†ž๎€ƒ๎†ฉ๎†ฃ๎†ฝ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ฃ๎‡€๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎†ž๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†ฟ๎†บ๎†ข๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ž๎‹™๏…Ÿ๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†ฝ๎‰Œ๏…ท๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€‹๎†ž๎‡…๎‡’๎†ถ๎‰Œ๎€ƒ ๎†ซ๎†ฟ๎‡€๎€ƒ๎†ข๎†ซ๎†ข๎†ž๎†พ๎†ž๎†ฝ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ป๎†ž๎†ข๎†ž๎€ƒ๎†ฃ๎†ป๎†ซ๎†พ๎†ฟ๎†ฃ๎†ธ๎†บ๎†ถ๎†บ๎†จ๎†ซ๎€ƒ ๎†ฃ๎†ธ๎†ป๎†ซ๎†ฝ๎†ซ๎†พ๏„•๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎‡‚๎†ž๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†ฝ๎†ฃ๎†ด๎†ž๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ข๎†ฃ๎†ง๎†ฌ๎†น๎†ซ๎†พ๎†ซ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ฟ๎‡€๎†ฐ๎‡€๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎€…๎†ถ๏…Ÿ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†พ๎†ฃ๎†Ÿ๎†ž๎†จ๎†ž๎†ซ๎€ƒ ๏…ต๎†ธ๎†ž๎†ด๎†น๎†ž๎€ƒ ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒdimaksudkan oleh Tuhanโ€™. Hal ini membawa mereka seiring/sama dengan contemporary literary critic pengkritik sastra kontemporer Hirsch, Jr, dan pembelaannya terhadap pengarangโ€™ melawan hermeneutika idealis Hans-Georg GadamerApa yang sudah dikemukakan di atas hanyalah beberapa contoh semata tentang bagaimana seseorang melakukan analisis terhadap teks tafsir dengan menggunakan perspektif teori hermeneutika tentang โ€œoriginal meaningโ€ dan โ€œ๎†ž๎†ผ๎†ป๎†จ๎†ถ๎†น๎†ฉ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†ต๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๏…. Selain teori ini masih banyak lagi teori-teori hermeneutik yang bisa digunakan untuk menganalisis, yang akan diterangkan pada kesempatan yang lain. Pendekatan dan Analisis dalam Penelitian Teks Tafsir โ€” Sahiron Syamsuddin 1454. Analisis dengan perspektif filosofis๎€Ž๎†ž๎†ฆ๎†ค๎†ฃ๎†ฝ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎†ž๎†ถ๎†ซ๎†พ๎†ซ๎†พ๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ž๎†ฝ๏…Ÿ๎€–๎‡’๎‡…๎‰Œ๎€ƒ ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ฉ๎†ž๎†ข๎†ž๎†ป๎€ƒ ๎†ด๎†ž๎†ฟ๎†ž๎€ƒ ๎†ต๎†ž๎†ฃ๎†บ๎€ƒ dan ๎†น๎‹ˆ๎ˆฐ๏ƒซ da-๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ ๎†ž๎†ฝ๎†ฟ๎†ซ๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ฃ๎†ถ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎€ƒ ๎†ซ๎†น๎†ซ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ฐ๎†ฃ๎†ถ๎†ž๎†พ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†พ๎†ฃ๎†ฐ๎†ž๎‡€๎†ฉ๎†ธ๎†ž๎†น๎†ž๎€ƒ ๎†ž๎†ฝ๏…Ÿ๎€–๎‡’๎‡…๎‰Œ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†ถ๎†ซ๎†Ÿ๎†ž๎†ฟ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ข๎†ซ๎†พ๎†ด๎‡€๎†พ๎†ซ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ป๎†ž๎†น๎†ข๎†ž๎†น๎†จ๎†ž๎†น๏…Ÿ๎†ป๎†ž๎†น๎†ข๎†ž๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ป๎†ž๎†ฝ๎†ž๎€ƒ๎†ง๎†ฌ๎†ถ๎†บ๎†พ๎†บ๎†ค๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ž๎†ฉ๎†ถ๎†ซ๎€ƒ๎†ด๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ๎†ป๎†ฝ๎†บ๎†พ๎†ฃ๎†พ๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ž๎†ค๎†พ๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ฉ๎†ž๎†ข๎†ž๎†ป๎€ƒ๎†ด๎†ฃ๎†ข๎‡€๎†ž๎€ƒ๎†ซ๎†พ๎†ฟ๎†ซ๎†ถ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†พ๎†ฃ๎†Ÿ๎‡€๎†ฟ๏„™๎€ƒ๎€”๎†ฃ๎†ธ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎†ž๎†พ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ง๎†ฌ๎†ถ๎†บ๎†พ๎†บ๎†ง๎†ฌ๎†พ๎€ƒ๎†ž๎†ฝ๏…Ÿ๎€–๎‡’๎‡…๎‰Œ๎€ƒ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ ๎†ป๎†ž๎†น๎†ฐ๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ ๎†ถ๎†ฃ๎†Ÿ๎†ž๎†ฝ๎€ƒ ๎†ซ๎†ฟ๎‡€๎€ƒ ๎†ข๎†ซ๎†ฝ๎†ซ๎†น๎†จ๎†ด๎†ž๎†พ๎€ƒ ๎†บ๎†ถ๎†ฃ๎†ฉ๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†น๎†ฃ๎†ถ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎€ƒ๎†ซ๎†น๎†ซ๎€ƒ ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†พ๎†ž๎†น๎†จ๎†ž๎†ฟ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ž๎†ซ๎†ด๏„™๎€ƒ๎€‘๎†ฃ๎†ถ๎†ซ๎†ฉ๎†ž๎†ฟ๎€ƒ๎†ฉ๎†ž๎†ถ๎€ƒ๎†ซ๎†น๎†ซ๏„•๎€ƒ๎€Ž๎†ž๎†ฆ๎†ค๎†ฃ๎†ฝ๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†ธ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ซ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ด๎†บ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ฟ๎†ž๎†ฝ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ซ๎†ด๎‡€๎†ฟ๎€ƒ๎†ซ๎†น๎†ซ๏„˜๎€๎†ป๎€ƒ ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€–๎‡Ž๎‡๎ˆป๏…๎†บ๎€ƒ ๎†ฝ๎†ฉ๎†ข๎†พ๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ž๎†ป๎€ƒ ๎†บ๎† ๎†น๎†ฉ๎†ท๎†ป๎†ผ๎†น๎†ข๎€ƒ ๎†ท๎†ถ๎†บ๎†ข๎†บ๎€ƒ ๎†ท๎†จ๎†ฉ๎†ณ๎†ถ๎†บ๎†ถ๎†ท๎†จ๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ ๎†ธ๎†ผ๎†ข๎†บ๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†บ๏ƒฏ๎€ƒ ๎€๎†ป๎€ƒ ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ ๎†ž๎†ณ๎†บ๎†ถ๎€ƒ ๎†จ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†ฝ๎†ฉ๎†ข๎†พ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ž๎†ป๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎†ž๎†ต๎†บ๎†พ๎†ข๎†น๎†บ๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ข๎†บ๎†ข๎€ƒ๎†ธ๎†ผ๎†ข๎†บ๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†บ๎€ƒ ๎†ž๎†น๎†ข๎€ƒ ๎†ข๎†ด๎†Ÿ๎†ข๎†ก๎†ก๎†ข๎†ก๎€ƒ ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎†บ๎† ๎†น๎†ฉ๎†ท๎†ป๎†ผ๎†น๎†ข๏ƒฏ๎€ƒ๎€“๎†ต๎€ƒ ๎†ด๎†ž๎†ต๎‡€๎€ƒ๎†ถ๎† ๎† ๎†ž๎†บ๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†บ๎€ƒ ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€–๎‡Ž๎‡๎ˆป๎€ƒ ๎†ฉ๎†ด๎†ท๎†ณ๎†ฉ๎†ข๎†บ๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ž๎†ป๎€ƒ ๎†บ๎† ๎†น๎†ฉ๎†ท๎†ป๎†ผ๎†น๎†ข๎€ƒ ๎†ท๎†ถ๎†บ๎†บ๎†ข๎†บ๎†บ๎†ข๎†บ๎€ƒ ๎†ž๎€ƒ ๎†ท๎†จ๎†ฉ๎†ณ๎†ถ๎†บ๎†ถ๎†ท๎†จ๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ ๎†ผ๎†ต๎†ก๎†ข๎†น๎†บ๎†ข๎†ต๎†บ๎†ข๎€ƒ๎†พ๎†จ๎†ฉ๎† ๎†จ๎€ƒ๎† ๎†ž๎†ต๎†ต๎†ถ๎†ป๎€ƒ๎†Ÿ๎†ข๎€ƒ๎†น๎†ข๎†ž๎† ๎†จ๎†ข๎†ก๎€ƒ๎€ƒ๎†ผ๎†บ๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ด๎†ข๎†ป๎†จ๎†ถ๎†ก๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ณ๎†ข๎†ฟ๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๏ƒซ๎€ƒ๎†จ๎†ฉ๎†บ๎†ป๎†ถ๎†น๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†ป๎†น๎†ž๎†ก๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ข๎†ง๎†ข๎†บ๎†ฉ๎†บ๏ƒฏ๎€ƒ๎€๎†ต๎†ก๎†ข๎†ข๎†ก๏ƒซ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎†จ๎†ฉ๎†ก๎†ก๎†ข๎†ต๎€ƒ๎†บ๎†ข๎†ต๎†บ๎†ข๎€ƒ๎† ๎†ž๎†ต๎€ƒ๎†Ÿ๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†ป๎†ป๎†ž๎†ฉ๎†ต๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†ถ๎†ต๎†ณ๎‡€๎€ƒ๎†Ÿ๎‡€๏ƒซ๎€ƒ๎†ฆ๎†ช๎†น๎†บ๎†ป๏ƒซ๎€ƒ๎†ก๎†ฉ๎†บ๎† ๎†ข๎†น๎†ต๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ท๎†จ๎†ฉ๎†ณ๎†ถ๎†บ๎†ถ๎†ท๎†จ๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ธ๎†ผ๎†ข๎†บ๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ž๎†ป๎€ƒ๎†ฉ๎†ป๎€ƒ๎†ท๎†ถ๎†บ๎†ข๎†บ๏ƒซ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๏ƒซ๎€ƒ๎†บ๎†ข๎† ๎†ถ๎†ต๎†ก๏ƒซ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎†ฒ๎†ข๎‡€๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎†ป๎†ข๎†น๎†ด๎†บ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†ข๎†ฟ๎†ท๎†น๎†ข๎†บ๎†บ๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†บ๎€ƒ๎†ผ๎†บ๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎†ท๎†จ๎†ฉ๎†ณ๎†ถ๎†บ๎†ถ๎†ท๎†จ๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎† ๎†ถ๎†ต๎† ๎†ข๎†ท๎†ป๎†บ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎†ท๎†น๎†ฉ๎†ต๎† ๎†ฉ๎†ท๎†ณ๎†ข๎†บ๎€ƒ๏„‚๎€Ž๎†ž๎†ฅ๎†ฃ๎†ข๎†น๎€ƒ๏‡Š๏‡ˆ๏‡‰๏‡Œ๏ƒฎ๎€ƒ๏‡‘๏‡๏„ƒ๏ƒฏ๎€ƒ๏„ฌ๎€…๎†ฝ๏…Ÿ๎€–๎‡’๎‡…๎‰Œ๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ป๎†ž๎†น๎†ข๎†ž๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎‡‚๎†ž๎€ƒ ๎†ด๎†ซ๎†ฟ๎†ž๎†Ÿ๎€ƒ ๎†พ๎‡€๎†ก๎†ซ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ฃ๎†ธ๎‡€๎†ด๎†ž๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†ฝ๎†ฟ๎†ž๎†น๎‡„๎†ž๎†ž๎†น๏…Ÿ๎†ป๎†ฃ๎†ฝ๎†ฟ๎†ž๎†น๎‡„๎†ž๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ง๎†ฌ๎†ถ๎†บ๎†พ๎†บ๎†ง๎†ฌ๎†พ๏„™๎€ƒ ๎€ˆ๎†ซ๎†ž๎€ƒ ๎†ฐ๎‡€๎†จ๎†ž๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ป๎†ž๎†น๎†ข๎†ž๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎‡‚๎†ž๎€ƒ ๎†ฐ๎†ž๎‡‚๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†น๏…Ÿ๎†ฐ๎†ž๎‡‚๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ž๎†ฟ๎†ž๎†พ๎€ƒpertanyaan-pertanyaan ini terkandung dalam kitab suci. Dalam banyak ๎†ด๎†ฃ๎†พ๎†ฃ๎†ธ๎†ป๎†ž๎†ฟ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ž๎†ฝ๏…Ÿ๎€–๎‡’๎‡…๎‰Œ๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎‡„๎†ž๎†ฟ๎†ž๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎‡‚๎†ž๎€ƒ๎†ด๎†ซ๎†ฟ๎†ž๎†Ÿ๎€ƒ ๎†พ๎‡€๎†ก๎†ซ๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†ธ๎†ซ๎†ถ๎†ซ๎†ด๎†ซ๎€ƒ ๎†ธ๎†ž๎†ด๎†น๎†ž๎€ƒ ๎†ง๎†ฌ๎†ถ๎†บ๎†พ๎†บ๎†ง๎†ฌ๎†พ๎€ƒyang tersembunyi ๏„‚๎†ท๎†จ๎†ฉ๎†ณ๎†ถ๎†บ๎†ถ๎†ท๎†จ๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ ๎†ผ๎†ต๎†ก๎†ข๎†น๎†บ๎†ข๎†ต๎†บ๎†ข๏„ƒ๎€ƒ yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan metode-metode penafsiran leksikal, historis, dan tradisional. Makna yang tersimpan ini sesungguhnya hanya dapat digapai, ๎†ป๎†ฃ๎†ฝ๎†ฟ๎†ž๎†ธ๎†ž๏„•๎€ƒ ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๏„•๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎‡„๎†ซ๎†น๎†จ๎†ด๎†ž๎†ป๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†ฝ๎†ฟ๎†ž๎†น๎‡„๎†ž๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ง๎†ฌ๎†ถ๎†บ๎†พ๎†บ๎†ง๎†ฌ๎†พ๎€ƒ ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ ๎†ข๎†ซ๎†ด๎†ฃ๎†ธ๎‡€๎†ด๎†ž๎†ด๎†ž๎†น๎†น๎‡„๎†ž๏„•๎€ƒdan, kedua, dengan menafsirkan terma-terma kunci dan ekspresi-ekspresi ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎†ž๎†น๎†ซ๎†ด๎€ƒ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†จ๎†จ๎‡€๎†น๎†ž๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ป๎†ฝ๎†ซ๎†น๎†พ๎†ซ๎†ป๏…Ÿ๎†ป๎†ฝ๎†ซ๎†น๎†พ๎†ซ๎†ป๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ด๎†บ๎†น๎†พ๎†ฃ๎†ป๏…Ÿ๎†ด๎†บ๎†น๎†พ๎†ฃ๎†ป๎€ƒ๎†ง๎†ฌ๎†ถ๎†บ๎†พ๎†บ๎†ง๎†ฌ๎†พ๏„ญ๎€ˆ๎†ž๎†ฝ๎†ซ๎€ƒ๎†ด๎‡€๎†ฟ๎†ซ๎†ป๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ข๎†ซ๎€ƒ๎†ž๎†ฟ๎†ž๎†พ๏„•๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†ป๎†ž๎†ฟ๎€ƒ๎†ด๎†ซ๎†ฟ๎†ž๎€ƒ๎†ด๎†ฃ๎†ฟ๎†ž๎†ฉ๎‡€๎†ซ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎‡‚๎†ž๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎‡€๎†ฝ๎‡€๎†ฟ๎€ƒ๎€Ž๎†ž๎†ฆ๎†ค๎†ฃ๎†ฝ๏„•๎€ƒ๎†ž๎†ฝ๏…Ÿ๎€–๎‡’๎‡…๎‰Œ๎€ƒberkeyakinan bahwa beberapa istilah dalam Al-Qurโ€™an itu mengandung ๎†ธ๎†ž๎†ด๎†น๎†ž๎€ƒ ๎†ง๎†ฌ๎†ถ๎†บ๎†พ๎†บ๎†ง๎†ฌ๎†พ๎€ƒ ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ ๎†ฉ๎†ž๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ซ๎†พ๎†ž๎€ƒ ๎†ข๎†ซ๎†ฟ๎†ž๎†น๎†จ๎†ด๎†ž๎†ป๎€ƒ ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†จ๎†จ๎‡€๎†น๎†ž๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†น๏…Ÿ๎†ข๎†ฃ๎†ด๎†ž๎†ฟ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ง๎†ฌ๎†ถ๎†บ๎†พ๎†บ๎†ง๎†ฌ๎†พ๏„™๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ๎€ƒ5. Analisis dengan perspektif feminisPerspektif feminis digunakan, misalnya, oleh Karen Bauer dalam ๎†ž๎†ฝ๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎†ฃ๎†ถ๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ ๏…ธ๎€—๎†ป๎†ซ๎†ฝ๎†ซ๎†ฟ๎‡€๎†ž๎†ถ๎€ƒ ๎€Œ๎†ซ๎†ฃ๎†ฝ๎†ž๎†ฝ๎†ก๎†ฉ๎‡„๎€ƒ ๎†ž๎†น๎†ข๎€ƒ ๎€‹๎†ฃ๎†น๎†ข๎†ฃ๎†ฝ๎€ƒ ๎€Œ๎†ซ๎†ฃ๎†ฝ๎†ž๎†ฝ๎†ก๎†ฉ๎‡„๎€ƒ ๎†ซ๎†น๎€ƒ ๎€Š๎‡’๎‹™๎†ซ๎†ธ๎†ซ๎†ข๎€ƒ ๎€๎†พ๎†ธ๎‡’๏…ต๎†ซ๎†ถ๎‰Œ๎€ƒInterpretations of the Qurโ€™anโ€ mengkaji tiga penafsir Al-Qurโ€™an yang ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ž๎†ถ๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎€—๎‡„๎†ซ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ ๎€๎†พ๎†ธ๎‡’๏…ต๎†ซ๎†ถ๎‰Œ๏„•๎€ƒ ๎‡„๎†ž๎†ด๎†น๎†ซ๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€•๎‡’๎‡ผ๎‰Œ๎€ƒ ๎€’๎‡€๏…ต๎†ธ๎‡’๎†น๎€ƒ ๏„ฌ๎‡‚๏„™๎€ƒ ๏‡ต๏‡ธ๏‡ด๏„ง๏‡ป๏‡น๏‡ถ๏„ญ๏„•๎€ƒ ๎€Ž๎†ž๏…ต๎†ค๎†ž๎†ฝ๎€ƒ ๎†ซ๎†Ÿ๎†น๎€ƒ๎€‘๎†ž๎†น๎‹๎‹ซ๎†ฝ๎€ƒ ๏„ฌ๎‡‚๏„™๎€ƒ ๏‡ต๏‡บ๏‡ฒ๏„ง๏‡ป๏‡ป๏‡ฒ๏„ญ๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€‘๎‡€๏…ท๎†ž๎‡„๎‡„๎†ž๎†ข๎€ƒ ๎†ž๎†พ๎‡„๏…Ÿ๎€—๎‡„๎‰Œ๎†ฝ๎‡’๎‡…๎‰Œ๎€ƒ ๏„ฌ๎‡‚๏„™๎€ƒ ๏‡ถ๏‡น๏‡ฒ๏„ง๏‡ณ๏‡ฒ๏‡น๏‡บ๏„ญ๏„™๎€ƒ ๎€ˆ๎†ซ๎†ž๎€ƒmendeskripsikan penafsiran mereka terhadap ayat-ayat Al-Qurโ€™an yang berkaitan dengan relasi antara laki-laki dan wanita, seperti ayat-ayat tentang kisah Nabi Adam dengan Hawa dan kisah Nabi Yusuf dengan Zulaikha. Berdasarkan data-data teks tafsir mereka, Bauer berkesimpulan 146 แนขuแธฅuf, Vol. 12, No. 1, Juni 2019 131โ€“149bahwa para penafsir tersebut tidak memahami ayat-ayat tersebut secara lahiriah/literal ๎‹ผ๎‡Ž๎†จ๎†ฉ๎†น, melainkan menjelaskannya secara batiniah. Makna lahir dari ayat-ayat tersebut berimplikasi pada ๎†ง๎†ข๎†ต๎†ก๎†ข๎†น๎€ƒ๎†จ๎†ฉ๎†ข๎†น๎†ž๎†น๎† ๎†จ๎‡€โ€™ hirarki ๎†ง๎†ฌ๎†พ๎†ซ๎†ด๎€ƒ ๎†ถ๎†ž๎†ด๎†ซ๏…Ÿ๎†ถ๎†ž๎†ด๎†ซ๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†ฝ๎†ฃ๎†ธ๎†ป๎‡€๎†ž๎†น๏„ญ๏„•๎€ƒ ๎†พ๎†ฃ๎†ข๎†ž๎†น๎†จ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ธ๎†ž๎†ด๎†น๎†ž๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ž๎†ฟ๎†ซ๎†น๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†ฝ๎†ซ๎€ƒ ๎†ž๎‡„๎†ž๎†ฟ๏…Ÿ๎†ž๎‡„๎†ž๎†ฟ๎€ƒtersebut itu menunjukkan pada ๎†บ๎†ท๎†ฉ๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ผ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†จ๎†ฉ๎†ข๎†น๎†ž๎†น๎† ๎†จ๎‡€โ€™ hirarki spiritual, di mana tingkatan spiritualitas itu bisa didapatkan, baik oleh laki-laki atau perempuan secara sama Bauer 2012 29-46. Jelaslah di sini bahwa Bauer menganalisis penafsiran mereka dengan perspektif kesetaraan jender, meskipun dilakukannya secara implisit.๎€”๎†ฃ๎†ฝ๎†พ๎†ป๎†ฃ๎†ด๎†ฟ๎†ซ๎†ค๎€ƒ ๎†ค๎†ฃ๎†ธ๎†ซ๎†น๎†ซ๎†พ๎†ธ๎†ฃ๎€ƒ ๎†ฐ๎‡€๎†จ๎†ž๎€ƒ ๎†ข๎†ซ๎†จ๎‡€๎†น๎†ž๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†บ๎†ถ๎†ฃ๎†ฉ๎€ƒ ๎€–๎†บ๎‡ƒ๎†ž๎†น๎†น๎†ฃ๎€ƒ ๎€ˆ๏„™๎€ƒ ๎€‘๎†ž๎†ฝ๎†ก๎†บ๎†ฟ๎†ฟ๎†ฃ๎€ƒ๏„ฌ๎€‘๎†ž๎†ฝ๎†ก๎†บ๎†ฟ๎†ฟ๎†ฃ๎€ƒ ๏‡ด๏‡ฒ๏‡ฒ๏‡บ๏„ญ๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ ๎†ž๎†ฝ๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎†ฃ๎†ถ๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ ๏…ธ๎€˜๎†ฉ๎†ฃ๎€ƒ ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎‡’๎†น๎€ƒ ๎†ซ๎†น๎€ƒ ๎€‰๎†จ๎‡„๎†ป๎†ฟ๎€ƒ ๎€๏„˜๎€ƒ ๎€†๎†ซ๎†น๎†ฟ๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€—๎†ฉ๎‡’๎‹™๎†ซ๏…ท๎€ƒon Womenโ€™s Emancipationโ€. Di sini Marcotte membahas penafsiran Bint ๎†ž๎†พ๎‡„๏…Ÿ๎€—๎‡„๎‡’๎‹™๎†ซ๏…ท๎€ƒ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ฉ๎†ž๎†ข๎†ž๎†ป๎€ƒ๎†ž๎‡„๎†ž๎†ฟ๏…Ÿ๎†ž๎‡„๎†ž๎†ฟ๎€ƒ๎€…๎†ถ๏…Ÿ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎†ž๎†น๎€ƒ๎‡„๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ด๎†ž๎†ซ๎†ฟ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ฉ๎‡€๎†Ÿ๎‡€๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ž๎†น๎†ฟ๎†ž๎†ฝ๎†ž๎€ƒ ๎†ถ๎†ฃ๎†ถ๎†ž๎†ด๎†ซ๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†ฝ๎†ฃ๎†ธ๎†ป๎‡€๎†ž๎†น๏„™๎€ƒ ๎€‘๎†ฃ๎†น๎‡€๎†ฝ๎‡€๎†ฟ๎†น๎‡„๎†ž๏„•๎€ƒ ๎€†๎†ซ๎†น๎†ฟ๎€ƒ ๎†ž๎†พ๎‡„๏…Ÿ๎€—๎‡„๎‡’๎‹™๎†ซ๏…ท๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ž๎‡‚๎†ž๎†ฝ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒpenafsiran-penafsiran baru yang lebih menekankan pada kesetaraan jender dan emansipasi kaum wanita dalam kehidupan. Dia juga berpandangan bahwa kemanusiaan ๎†จ๎†ผ๎†ด๎†ž๎†ต๎†ฉ๎†ป๎‡€ dan kemampuan/kapasitas intelektual ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†ณ๎†ณ๎†ข๎† ๎†ป๎†ฉ๎†ฝ๎†ข๎€ƒ๎† ๎†ž๎†ท๎†ž๎† ๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎†ข๎†บ dimiliki oleh laki-laki dan perempuan secara sama. Meskipun demikian, ditinjau dari teori feminisme, pandangan Bint asy-๎€—๎‡„๎‡’๎‹™๎†ซ๏…ท๎€ƒ๎†ž๎†จ๎†ž๎†ด๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†ธ๎†Ÿ๎†ซ๎†น๎†จ๎‡€๎†น๎†จ๎†ด๎†ž๎†น๏„•๎€ƒ๎†ด๎†ž๎†ฝ๎†ฃ๎†น๎†ž๎€ƒ๎†ข๎†ซ๎†ž๎€ƒ๎†ธ๎†ž๎†พ๎†ซ๎†ฉ๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†ธ๎†ž๎†น๎†ข๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎‡‚๎†ž๎€ƒ๎†ด๎†ž๎‡€๎†ธ๎€ƒlelaki itu ๎†ธ๎†ž๎†พ๎†พ๎‡Ž๎†ด๎‹ˆ๎†ต ๎†Ÿ๎†ข๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎† ๎†จ๎†ž๎†น๎†ง๎†ข; memiliki otoritas lebih tinggi atas kaum wanita. ๎€…๎†ต๎†ž๎†ณ๎†ฉ๎†บ๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎€๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎†บ๎€ƒ๎€‡๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎€…๎†ต๎†ž๎†ณ๎‡€๎†บ๎†ฉ๎†บ Analisis kritis ialah suatu analisis yang berisi kritikan terhadap penafsiran dan atau metodologi penafsiran seorang mufasir. Analisis ini menempati level tertinggi dalam sebuah penelitian literatur tafsir. Peneliti yang menggunakan analisis ini terlebih dahulu harus memahami maksud sebuah teks dan harus mempunyai perangkat metodologis untuk melakukan kritis. Analisis kritis ini adakalanya berbentuk ๎†ฒ๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎†ฒ๎€ƒ ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ต๏ƒฝ๎†ฉ๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ dan adakalanya bersifat ๎†ฒ๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎†ฒ๎€ƒ๎†ข๎†ฒ๎†บ๎†ป๎†ข๎†น๎†ต๏ƒฝ๎†ข๎†ฒ๎†บ๎†ป๎†ข๎†น๎†ต๎†ž๎†ณ๏ƒฏKritik internal ialah analisis kritis terhadap suatu teks tafsir dengan menggunakan perangkat metodologis yang sama dengan apa yang digunakan oleh mufasir sendiri. Sahiron Syamsuddin, misalnya, ketika ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ฃ๎†ถ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎€ƒ๎†ด๎†บ๎†น๎†พ๎†ซ๎†พ๎†ฟ๎†ฃ๎†น๎†พ๎†ซ๎€ƒ ๎€†๎†ซ๎†น๎†ฟ๎€ƒ๎†ž๎†พ๎‡„๏…Ÿ๎€—๎‡„๎‡’๎‹™๎†ซ๏…ท๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ฃ๎†ฝ๎†ž๎†ป๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ฟ๎†ฃ๎†บ๎†ฝ๎†ซ๎€ƒ๎†ด๎†ผ๎†ต๎‡Ž๎†บ๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†จ๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎‡Ž๎‡€๎‡Ž๎†ป dalam penafsirannya mendapati adanya kesenjangan antara teori ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ž๎†ป๎†ถ๎†ซ๎†ด๎†ž๎†พ๎†ซ๎†น๎‡„๎†ž๏„™๎€ƒ ๎€†๎†ซ๎†น๎†ฟ๎€ƒ ๎†ž๎†พ๎‡„๏…Ÿ๎€—๎‡„๎‡’๎‹™๎†ซ๏…ท๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎‡„๎‡€๎†พ๎‡€๎†น๎€ƒ ๎†ฟ๎†ฃ๎†บ๎†ฝ๎†ซ๎€ƒ ๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎‡‚๎†ž๎€ƒ ๎†ธ๎‡€๎†น๎†ž๎†พ๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ ๎†ซ๎†ฟ๎‡€๎€ƒseharusnya tidak didasarkan pada urutan ayat/surah dalam mushaf Al-Qurโ€™an ๎€‘๎†ผ๎Šญ๎ˆฐ๎†ž๎†ฃ๎ˆป๏„ต๎†ถ๎†น๎†ฉ๎†ข๎†ต๎†ป๎†ข๎†ก๎€ƒ๎†ด๎†ผ๎†ต๎‡Ž๎†บ๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†จ, tetapi didasarkan pada kronologi ๎†ฟ๎‡€๎†ฝ๎‡€๎†น๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ ๎†ž๎‡„๎†ž๎†ฟ๏„ง๎†พ๎‡€๎†ฝ๎†ž๎†ฉ๏„™๎€ƒ ๎€—๎‡„๎†ž๎†ธ๎†พ๎‡€๎†ข๎†ข๎†ซ๎†น๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ด๎†ฝ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎€ƒ ๎€†๎†ซ๎†น๎†ฟ๎€ƒ ๎†ž๎†พ๎‡„๏…Ÿ๎€—๎‡„๎‡’๎‹™๎†ซ๏…ท๎€ƒ ๎†ข๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ Pendekatan dan Analisis dalam Penelitian Teks Tafsir โ€” Sahiron Syamsuddin 147mengatakan bahwa beliau tidak konsisten menerapkan teorinya saat beliau menghubungkan me-๎†ด๎†ผ๎†ต๎†ž๎†บ๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†จ-kan surah al-Qalam/68 33 yang diturunkan di Madinah dengan ayat-ayat 34-39 yang diturunkan pada periode Mekah awal. Ini berarti beliau menyalahi teori yang dibangunnya sendiri Syamsuddin 1998 70.Adapun kritik ekstern/eksternal ialah analisis yang menggunakan perangkat metodologis yang berbeda atau berdasarkan sudut pandang ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ข๎†ž๎€ƒ ๎†ป๎‡€๎†ถ๎†ž๏„™๎€ƒ ๎€—๎‡€๎†ถ๎†ž๎‡„๎†ธ๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€Ž๎‡’๎†Ÿ๎‰Œ๏„•๎€ƒ ๎†ธ๎†ซ๎†พ๎†ž๎†ถ๎†น๎‡„๎†ž๏„•๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ ๎†Ÿ๎‡€๎†ด๎‡€๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ ๎€ƒ ๎€‘๎†ผ๎†ฎ๎†ž๎†น๎†น๎†ž๎†ก๎€ƒ๎€˜๎†ž๎†ต๎†ฎ๎ˆป๎†ด mengupas dan mengkritik ๎†ด๎†ž๎†ป๎†ฉ๏„ต๎†ด๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ž๎†ต๎€ƒ ๎†ป๎†ฃ๎†ธ๎†ซ๎†ด๎†ซ๎†ฝ๎†ž๎†น๎€ƒ ๎€‘๏„™๎€ƒ ๎€—๎‡„๎†ž๎ˆฝ๎†ฝ๎‹ซ๎†ฝ๎€ƒyang dekonstruktif dan sekaligus rekonstruktif tentang konsep-konsep Al-Qurโ€™an seraya mengatakan bahwa pandangan-pandangannya telah keluar dari metode dan tradisi pemikiran yang diwariskan oleh ulama-๎‡€๎†ถ๎†ž๎†ธ๎†ž๎€ƒ ๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ข๎†ž๎†ฉ๎‡€๎†ถ๎‡€๎€ƒ ๏„ฌ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€Ž๎‡’๎†Ÿ๎‰Œ๎€ƒ ๏‡ณ๏‡ป๏‡ป๏‡ณ๏„ญ๏„™๎€ƒ ๎€๎†ฝ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€Ž๎‡’๎†Ÿ๎‰Œ๎€ƒ ๎†ซ๎†น๎†ซ๎€ƒ ๎†ข๎†ซ๎†ป๎†ž๎†น๎†ข๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ ๎€ƒ ๎†พ๎†ฃ๎†Ÿ๎†ž๎†จ๎†ž๎†ซ๎€ƒkritik eksternal karena kerangka metodologisnya berbeda dengan yang ๎†ข๎†ซ๎†ป๎†ž๎†ด๎†ž๎†ซ๎€ƒ๎†บ๎†ถ๎†ฃ๎†ฉ๎€ƒ๎€‘๏„™๎€ƒ๎€—๎‡„๎†ž๎ˆฝ๎†ฝ๎‹ซ๎†ฝ๏„™๎€ƒ๎€—๎‡„๎†ž๎ˆฝ๎†ฝ๎‹ซ๎†ฝ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ฃ๎†ฝ๎†ป๎†ž๎†น๎†ข๎†ž๎†น๎†จ๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ป๎†ฃ๎†ฝ๎†ถ๎‡€๎†น๎‡„๎†ž๎€ƒ๎†ด๎†ฃ๎†ถ๎‡€๎†ž๎†ฝ๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†ฝ๎†ซ๎€ƒ๎†ฟ๎†ฝ๎†ž๎†ข๎†ซ๎†พ๎†ซ๎€ƒ๎†ถ๎†ž๎†ธ๎†ž๎€ƒ ๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†จ๎†ฃ๎†ธ๎†Ÿ๎†ž๎†น๎†จ๎†ด๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†ด๎†ฃ๎†ซ๎†ถ๎†ธ๎‡€๎†ž๎†น๎€ƒ ๎€…๎†ถ๏…Ÿ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎†ž๎†น๏„•๎€ƒ ๎†พ๎†ฃ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ฟ๎†ž๎†ฝ๎†ž๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€Ž๎‡’๎†Ÿ๎‰Œ๎€ƒmempertahankan keharusan melestarikannya. Kesimpulan Dari pembahasan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian literatur tafsir/ilmu tafsir pada masa sekarang sangat bervariasi baik dalam hal pendekatan dan analisisnya. Penelitian dalam bidang ini memerlukan tidak hanya ilmu-ilmu keislaman, tetapi juga teori-teori kontemporer ๎†ข๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ๎†Ÿ๎†ซ๎†ข๎†ž๎†น๎†จ๎€ƒ๎†พ๎†บ๎†พ๎†ซ๎†บ๎†ถ๎†บ๎†จ๎†ซ๏„•๎€ƒ๎†พ๎†ž๎†พ๎†ฟ๎†ฝ๎†ž๏„•๎€ƒ๎†ง๎†ฌ๎†ถ๎†พ๎†ž๎†ค๎†ž๎†ฟ๏„•๎€ƒ๎†ฉ๎†ฃ๎†ฝ๎†ธ๎†ฃ๎†น๎†ฃ๎‡€๎†ฟ๎†ซ๎†ด๎†ž๏„•๎€ƒ๎†ข๎†ž๎†น๎€ƒ๎†ค๎†ฃ๎†ธ๎†ซ๎†น๎†ซ๎†พ๎†ธ๎†ฃ๏„™๎€ƒ๎€Œ๎†ž๎†ถ๏…Ÿhal yang disebutkan di dalam artikel ini tentunya hanya contoh pendekatan dan analisis yang telah dan sedang digunakan oleh para peneliti di bidang Ilmu Al-Qurโ€™an dan Tafsir. Masih banyak lagi model pendekatan dan analisis lain. Karena itu, harapan penulis ialah bahwa peneliti dalam bidang tafsir sebaiknya mengambil kesempatan untuk memperdalam ilmu-ilmu bantu tersebut, sehingga penelitian akan jauh lebih berkembang dan bervariasi. 148 แนขuแธฅuf, Vol. 12, No. 1, Juni 2019 131โ€“149Daftar PustakaAbott, Nabia. 1967. ๎€—๎†ป๎†ผ๎†ก๎†ฉ๎†ข๎†บ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎€…๎†น๎†ž๎†Ÿ๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎€๎†ฉ๎†ป๎†ข๎†น๎†ž๎†น๎‡€๎€ƒ๎€”๎†ž๎†ท๎‡€๎†น๎†ฉ๏ƒฏ Chicago University of Chicago Press.๎€…๎†Ÿ๎†ข๎†ฃ๎†ถ๎€ƒ๎€Œ๎†ž๎†ถ๎†ฃ๎†ฃ๎†ธ๏„•๎€ƒ ๎€‘๏„™๎€…๏„™๎€—๏„™๎€ƒ๏‡ด๏‡ฒ๏‡ณ๏‡บ๏„™๎€ƒ๏…ธ๎€˜๎†ฉ๎†ฃ๎€ƒ๎€–๎†บ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†บ๎†ค๎€ƒ ๎€‡๎†บ๎†น๎†ฟ๎†ฃ๎‡ƒ๎†ฟ๎€ƒ๎†ซ๎†น๎€ƒ๎€๎†น๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ป๎†ฝ๎†ฃ๎†ฟ๎†ซ๎†น๎†จ๎€ƒ๎†ž๎†น๎†ข๎€ƒ๎€˜๎†ฝ๎†ž๎†น๎†พ๎†ถ๎†ž๎†ฟ๎†ซ๎†น๎†จ๎€ƒthe Qurโ€™an.โ€ ๎€Ž๎†ถ๎†ผ๎†น๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎€—๎†ป๎†ผ๎†ก๎†ฉ๎†ข๎†บ๎€ƒ20 1 47-66. ๎€†๎†ž๎†พ๎†ฉ๎†ซ๎†ฝ๏„•๎€ƒ๎€๎†ž๎†ธ๎†ฝ๎†ž๎†น๏„™๎€ƒ๏‡ด๏‡ฒ๏‡ณ๏‡ท๏„™๎€ƒ๏…ธ๎€–๎†ฃ๎‡๎†ซ๎†พ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎†น๎†จ๎€ƒ๎€‘๎†บ๎†ข๎†ฃ๎†ฝ๎†น๎€ƒ๎€’๎†ž๎ŒŸ๎†ธ๎€ƒ๎€…๎†ป๎†ป๎†ฝ๎†บ๎†ž๎†ก๎†ฉ๎†ฃ๎†พ๎€ƒ๎†ฟ๎†บ๎€ƒ๎†ฟ๎†ฉ๎†ฃ๎€ƒ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎†ž๎†น๏„˜๎€ƒ๎€๎‹๎†ถ๎‡’๎ˆฝ๎‰Œ๏…ท๎†พ๎€ƒ๎€๎†น๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ป๎†ฝ๎†ฃ๎†ฟ๎†ž๎†ฟ๎†ซ๎†บ๎†น๎€ƒ ๎†บ๎†ค๎€ƒ ๎€•๏„™๎€ƒ ๏‡ณ๏‡ฒ๏‡น๎€ƒ ๎†ž๎†น๎†ข๎€ƒ ๎€•๏„™๎€ƒ ๏‡ณ๏‡ฒ๏‡บ๎€ƒ ๎†ซ๎†น๎€ƒ ๎†ฉ๎†ซ๎†พ๎€ƒ๎€˜๎†ž๎†ข๎†ž๎†Ÿ๎†Ÿ๎‡€๎†ฝ๏…Ÿ๎†ซ๎€ƒ ๎€•๎‡€๎†ฝ๎ข‡๎‡’๎†น๏„™๏…บ๎€ƒ ๎€Ž๎†ถ๎†ผ๎†น๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ ๎†ถ๎†ฃ ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎€—๎†ป๎†ผ๎†ก๎†ฉ๎†ข๎†บ๎€ƒ17 2 47-74. ๎€†๎†ž๎‡€๎†ฃ๎†ฝ๏„•๎€ƒ๎€๎†ž๎†ฝ๎†ฃ๎†น๏„™๎€ƒ๏‡ด๏‡ฒ๏‡ณ๏‡ด๏„™๎€ƒ๏…ธ๎€—๎†ป๎†ซ๎†ฝ๎†ซ๎†ฟ๎‡€๎†ž๎†ถ๎€ƒ๎€Œ๎†ซ๎†ฃ๎†ฝ๎†ž๎†ฝ๎†ก๎†ฉ๎‡„๎€ƒ๎†ž๎†น๎†ข๎€ƒ๎€‹๎†ฃ๎†น๎†ข๎†ฃ๎†ฝ๎€ƒ๎€Œ๎†ซ๎†ฃ๎†ฝ๎†ž๎†ฝ๎†ก๎†ฉ๎‡„๎€ƒ๎†ซ๎†น๎€ƒ๎€Š๎‡’๎‹™๎†ซ๎†ธ๎†ซ๎†ข๎€ƒ๎€๎†พ๎†ธ๎‡’๏…ต๎†ซ๎†ถ๎‰Œ๎€ƒInterpretations of the Qurโ€™an.โ€ ๎€Ž๎†ถ๎†ผ๎†น๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎€—๎†ป๎†ผ๎†ก๎†ฉ๎†ข๎†บ๎€ƒ14 2 29-46.๎€†๎†ซ๎†น๎†ฟ๎€ƒ๎†ž๎†พ๎‡„๏…Ÿ๎€—๎‡„๎‡’๎‹™๎†ซ๏…ท๏„•๎€ƒ๏…ต๎€ซ๏…ท๎†ซ๎†พ๎‡„๎†ž๎†ฉ๎€ƒ๏…ต๎€…๎†Ÿ๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†ฝ๏…Ÿ๎€–๎†ž๎ˆฝ๎†ธ๎‡’๎†น๏„™๎€ƒ๏‡ณ๏‡ป๏‡น๏‡ณ๏„™๎€ƒ๎€‘๎†ผ๎†ธ๎†ž๎†ก๎†ก๎†ฉ๎†ด๎†ž๎†จ๎€ƒ๎†ฃ๎ˆป๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€‘๎†ž๎†ต๎†จ๎†ž๎†ฎ๏ƒฏ๎€ƒMaroko ๎€‘๎†ž๏…ต๎†ฉ๎†ž๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€†๎‡€๎ˆฝ๎‹ซ๎‹Ž๎€ƒ๎‡‚๎†ž๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€ˆ๎†ซ๎†ฝ๎‡’๎†พ๎†ž๎†ฉ๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๏…ต๎€…๎†ฝ๎†ž๎†Ÿ๎†ซ๎‡„๎‡„๎†ž๎†ฉ๏„™_______. 1972. ๎€…๎†ณ๏„ต๎€—๎‡€๎†ž๎†ฒ๎†จ๎Šญ๎†ฉ๎‡€๎‡€๎†ž๎†จ๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€๎†บ๎†ณ๎‡Ž๎†ด๎†ฉ๎‡€๎‡€๎†ž๎†จ๏ƒฏ๎€ƒ๎€†๎†ฃ๎†ซ๎†ฝ๎‡€๎†ฟ๏„˜๎€ƒ๎€Ž๎‡’๎†ธ๎†ซ๏…ต๎†ž๎†ฟ๎€ƒ๎€†๎†ž๎‡„๎†ฝ๎‡€๎†ฟ๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๏…ต๎€…๎†ฝ๎†ž๎†Ÿ๎†ซ๎‡„๎‡„๎†ž๎†ฉ๏„™Boullata, Issa J. 1988. โ€œThe Rhetorical Interpretation of the Qurโ€™an๏ƒซโ€ dalam ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€Œ๎†ฉ๎†บ๎†ป๎†ถ๎†น๎‡€๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๏ƒซ๎€ƒ๎€…๏„™๎€ƒ๎€–๎†ซ๎†ป๎†ป๎†ซ๎†น๏„•๎€ƒ๎†ฃ๎†ข๏„™๎€ƒ๎€“๎‡ƒ๎†ค๎†บ๎†ฝ๎†ข๏„˜๎€ƒ๎€‡๎†ถ๎†ž๎†ฝ๎†ฃ๎†น๎†ข๎†บ๎†น๎€ƒPress. Calder, Norman. 1993. โ€œTafsir from Tabari to Ibn Kathir.โ€ Dalam Hawting dan Abdul Kader, A. Shareef ed.. ๎€…๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ๎†ข๎†บ๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€•๎†ผ๎†น๎†ž๎†ต๏ƒฏ London dan New York Routledge.๎€ˆ๎†ฃ๎†น๎‡„๏„•๎€ƒ๎€Š๏„™๎€‘๏„™๎€ƒ๏‡ณ๏‡ป๏‡บ๏‡บ๏„™๎€ƒ๏…ธ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎†ž๎†น๎€ƒ๎€–๎†ฃ๎†ก๎†ซ๎†ฟ๎†ž๎†ฟ๎†ซ๎†บ๎†น๎€ƒ๎€˜๎†ฝ๎†ž๎†ซ๎†น๎†ซ๎†น๎†จ๎€ƒ๎†ซ๎†น๎€ƒ๎€๎†น๎†ข๎†บ๎†น๎†ฃ๎†พ๎†ซ๎†ž๎€ƒ๎€…๎€ƒ๎€—๎‡€๎†ฝ๎‡๎†ฃ๎‡„๎€ƒ๎†บ๎†ค๎€ƒ๎€‡๎†บ๎†น๎†ฟ๎†ฃ๎‡ƒ๎†ฟ๎†พ๎€ƒand Handboks.โ€ Dalam ๎€…๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ๎†ข๎†บ๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€Œ๎†ฉ๎†บ๎†ป๎†ถ๎†น๎‡€๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€๎†ต๎†ป๎†ข๎†น๎†ท๎†น๎†ข๎†ป๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๏ƒซ ๎€…๎†น๎†ข๎†ฝ๎†ฃ๎‡‚๎€ƒ๎€–๎†ซ๎†ป๎†ป๎†ซ๎†น๏„•๎€ƒ๎†ฃ๎†ข๏„™๎€ƒ๎€“๎‡ƒ๎†ค๎†บ๎†ฝ๎†ข๏„˜๎€ƒ๎€‡๎†ถ๎†ž๎†ฝ๎†ฃ๎†น๎†ข๎†บ๎†น๎€ƒ๎€”๎†ฝ๎†ฃ๎†พ๎†พ๏„™Eickelman, Dale F. 1993. โ€œIslamic Liberalism Strikes Back.โ€ ๎€‘๎†ข๎†บ๎†ž๎€ƒ๎€†๎†ผ๎†ณ๎†ณ๎†ข๎†ป๎†ฉ๎†ต 27 163-168.๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€Ž๎‡’๎†Ÿ๎‰Œ๏„•๎€ƒ๎€—๎‡€๎†ถ๎†ž๎‡„๎†ธ๏„™๎€ƒ๏‡ณ๏‡ป๏‡ป๏‡ณ๏„™๎€ƒ๎€‘๎†ผ๎†ฎ๎†ž๎†น๎†น๎†ž๎†ก๎€ƒ๎€˜๎†ž๎†ต๎†ฎ๎ˆป๎†ด๏ƒฏ Damaskus AKAD.๎€Ž๎†ž๎†ฆ๎†ค๎†ฃ๎†ฝ๏„•๎€ƒ๎€˜๎†ž๎†ฝ๎†ซ๎†ผ๏„™๎€ƒ๏‡ด๏‡ฒ๏‡ณ๏‡ถ๏„™๎€ƒ ๏…ธ๎€Š๎†ž๎†ด๎†ฉ๎†ฝ๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€ˆ๎‰Œ๎†น๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€–๎‡’๎‡…๎‰Œ๎€ƒ๎†บ๎†น๎€ƒ ๎†ฟ๎†ฉ๎†ฃ๎€ƒ ๎€—๎†บ๎‡€๎†ถ๎€ƒ๏„ฌ๎†ž๎†ณ๏„ต๎†ต๎†ž๎†ฃ๎†บ and Spirit ๎†ž๎†ณ๏„ต๎†น๎‹ˆ๎ˆฐ An Investigation into the Eclectic Ideas of ๎€‘๎†ž๎†ฃ๎‡Ž๎†ป๎ˆป๎ˆฐ๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€‹๎†จ๎†ž๎‡€๎†Ÿ๏ƒฏโ€ ๎€Ž๎†ถ๎†ผ๎†น๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎€—๎†ป๎†ผ๎†ก๎†ฉ๎†ข๎†บ๎€ƒ16 1 93. ๎€๎†ฃ๎†Ÿ๎†ถ๎†ž๎‡‚๎†ซ๏„•๎€ƒ ๎€Š๎†ž๎†ฝ๎†ซ๎†พ๏„™๎€ƒ ๏‡ด๏‡ฒ๏‡ณ๏‡ถ๏„™๎€ƒ ๏…ธ๏…ต๎€๎†ถ๎†ธ๎€ƒ ๎€Œ๎†ซ๎†ค๎ŒŸ๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎‡’๎†น๏„˜๎€ƒ ๎€Š๎†ž๎†ฟ๎ˆฝ๎€ƒ ๎€†๎‡’๎†Ÿ๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€†๎†ž๎ˆฝ๎‹Ž๏„™๏…บ๎€ƒ ๎€Ž๎†ถ๎†ผ๎†น๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ ๎†ถ๎†ฃ ๎€ƒ ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎€—๎†ป๎†ผ๎†ก๎†ฉ๎†ข๎†บ๎€ƒ16 2 168-195.๎€๎†ฃ๎†น๎†น๎†ฃ๎‡„๏„•๎€ƒ๎€‰๎†ข๎‡‚๎†ž๎†ฝ๎†ข๎€ƒ๎€Ž๎†บ๎†ฉ๎†น๏„™๎€ƒ๏…ธ๎€˜๎†ฃ๎‡ƒ๎†ฟ๎‡€๎†ž๎†ถ๎€ƒ๎€‡๎†ฝ๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎†ก๎†ซ๎†พ๎†ธ๏„™๏…บ๎€ƒ๎€ˆ๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ๎‡‚๎‡‚๎‡‚๏„™๎†Ÿ๎†ฝ๎†ซ๎†ฟ๎†ž๎†น๎†น๎†ซ๎†ก๎†ž๏„™๎†ก๎†บ๎†ธ๏„ง๎†ฟ๎†บ๎†ป๎†ซ๎†ก๏„ง๎†ฟ๎†ฃ๎‡ƒ๎†ฟ๎‡€๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎†ก๎†ซ๎†ฟ๎†ซ๎†ก๎†ซ๎†พ๎†ธ. Diakses pada tanggal 06 Mei 2018. Lane, Andrew J. 2006. ๎€…๎€ƒ๎€˜๎†น๎†ž๎†ก๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎€‘๎†ผ๏…‹๎†ป๎†ž๎‡๎†ฉ๎†ณ๎†ฉ๎†ป๎†ข๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎‡Ž๎†ต๎€ƒ๎€‡๎†ถ๎†ด๎†ด๎†ข๎†ต๎†ป๎†ž๎†น๎‡€๏ƒฎ๎€ƒ๎€˜๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€ƒ ๎€๎†ž๎†บ๎†จ๎†บ๎†จ๎‡Ž๎†ฃ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎€Ž๎‡Ž๎†น๎€ƒ๎€…๎†ณ๎†ณ๎‡Ž๎†จ๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€ž๎†ž๎†ด๎†ž๎†ฒ๎†จ๎†บ๎†จ๎†ž๎†น๎ˆป๎€ƒ๏„‚๎†ก๏ƒฏ๎€ƒ๏‡๏‡‹๏‡๏ƒฝ๏‡‰๏‡‰๏‡Œ๏‡Œ๏„ƒ๏ƒฏ๎€ƒLeiden Ulrika. 2009. โ€œThrough the Lens of Modern Hermeneutics Authorial ๎€๎†น๎†ฟ๎†ฃ๎†น๎†ฟ๎†ซ๎†บ๎†น๎€ƒ๎†ซ๎†น๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎ƒป๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†ฝ๎‰Œ๏…ท๎†พ๎€ƒ๎†ž๎†น๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€‹๎†ฉ๎†ž๎‡…๎‡’๎†ถ๎‰Œ๏…ท๎†พ๎€ƒ๎€๎†น๎†ฟ๎†ฃ๎†ฝ๎†ป๎†ฝ๎†ฃ๎†ฟ๎†ž๎†ฟ๎†ซ๎†บ๎†น๎€ƒ๎†บ๎†ค๎€ƒ๎€•๏„™๎€ƒ๏‡ด๏‡ถ๏„˜๏‡ต๏‡ท๏„™๏…บ๎€ƒJournal ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎€—๎†ป๎†ผ๎†ก๎†ฉ๎†ข๎†บ๎€ƒ11 2 Mustansir. 1993. โ€œThe Sure as a Unity.โ€ Dalam ๎€…๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ๎†ข๎†บ๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๏ƒฏ Hawting dan Abdul Kader A. Shareef, eds. London dan New York Grant S. 1991. ๎€˜๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€Œ๎†ข๎†น๎†ด๎†ข๎†ต๎†ข๎†ผ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎€—๎†ท๎†ฉ๎†น๎†ž๎†ณ๏ƒฏ Illinois Intervarsity Wen-Ching. 1997. ๎€๎†ฉ๎†ป๎†ข๎†น๎†ž๎†น๎‡€๎€ƒ๎€‡๎†น๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎† ๎†ฉ๎†บ๎†ด๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎€‘๎†ข๎†ก๎†ฉ๎†ข๎†ฝ๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎€…๎†น๎†ž๎†Ÿ๎†ฉ๎† ๏„ต๎€๎†บ๎†ณ๎†ž๎†ด๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎€‡๎†ผ๎†ณ๎†ป๎†ผ๎†น๎†ข๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€‘๎†ž๎†ฒ๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎€˜๎†น๎†ž๎†ก๎†ฉ๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๏ƒฏ Edinburgh Edinburgh University Press.๎€‘๎†ž๎†ฝ๎†ก๎†บ๎†ฟ๎†ฟ๎†ฃ๏„•๎€ƒ ๎€–๎†บ๎‡ƒ๎†ž๎†น๎†น๎†ฃ๎€ƒ ๎€ˆ๏„™๎€ƒ ๏‡ด๏‡ฒ๏‡ฒ๏‡บ๏„™๎€ƒ ๏…ธ๎€˜๎†ฉ๎†ฃ๎€ƒ ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎‡’๎†น๎€ƒ ๎†ซ๎†น๎€ƒ ๎€‰๎†จ๎‡„๎†ป๎†ฟ๎€ƒ ๎€๏„˜๎€ƒ ๎€†๎†ซ๎†น๎†ฟ๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€—๎†ฉ๎‡’๎‹™๎†ซ๏…ท๎€ƒ ๎†บ๎†น๎€ƒ ๎€›๎†บ๎†ธ๎†ฃ๎†น๏…ท๎†พ๎€ƒEmancipation.โ€ Dalam ๎€‡๎†ถ๎†ด๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ ๎†ป๎†ถ๎€ƒ ๎€˜๎†ข๎†น๎†ด๎†บ๎€ƒ ๎†พ๎†ฉ๎†ป๎†จ๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๏ƒซ๎€ƒ Khaleel Pendekatan dan Analisis dalam Penelitian Teks Tafsir โ€” Sahiron Syamsuddin 149Mohammed dan Andrew Rippin๏ƒซ๎€ƒeds. Noth Haledon IPI, 2008.๎€‘๎†ซ๎†ก๎†ฉ๎†ž๎†ฃ๎†ถ๏„•๎€ƒ๎€”๎†ฝ๎†ฃ๎†จ๎†ซ๎†ถ๎†ถ๏„™๎€ƒ๏‡ด๏‡ฒ๏‡ณ๏‡ถ๏„™๎€ƒ๏…ธ๎€‘๎†ฃ๎†ž๎†พ๎‡€๎†ฝ๎†ฃ๎€ƒ๎†ค๎†บ๎†ฝ๎€ƒ๎€‘๎†ฃ๎†ž๎†พ๎‡€๎†ฝ๎†ฃ๏„˜๎€ƒ๎€”๎†ฝ๎†บ๎†ป๎†ฉ๎†ฃ๎†ฟ๎†ซ๎†ก๎€ƒ๎€Œ๎†ซ๎†พ๎†ฟ๎†บ๎†ฝ๎‡„๏„•๎€ƒ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎†ž๎†น๎†ซ๎†ก๎€ƒ๎€‰๎‡ƒ๎†ฃ๎†จ๎†ฃ๎†พ๎†ซ๎†พ๏„•๎€ƒ๎†ž๎†น๎†ข๎€ƒ ๎€…๎†น๎†ฟ๎†ซ๏…Ÿ๎€—๎‡€๎†น๎†น๎‰Œ๎€ƒ ๎€”๎†บ๎†ถ๎†ฃ๎†ธ๎†ซ๎†ก๎€ƒ ๎†ซ๎†น๎€ƒ ๎†ž๎€ƒ ๎€Š๎‡’๎‹™๎†ซ๎†ธ๎†ซ๎†ข๎€ƒ ๎€”๎†ฝ๎†บ๎†ป๎†ž๎†จ๎†ž๎†น๎†ข๎†ž๎€ƒ ๎€›๎†บ๎†ฝ๎†ด๎€ƒ ๏„ฌ๎€†๎€๎€ƒ ๎€“๎†ฝ๏„™๎€ƒ ๏‡บ๏‡ถ๏‡ณ๏‡ป๏„ญ๏„™๏…บ๎€ƒ๎€Ž๎†ถ๎†ผ๎†น๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎€—๎†ป๎†ผ๎†ก๎†ฉ๎†ข๎†บ๎€ƒ16 1 Neal. 1996. ๎€ˆ๎†ฉ๎†บ๎† ๎†ถ๎†ฝ๎†ข๎†น๎†ฉ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๏ƒฎ๎€ƒ๎€…๎€ƒ๎€‡๎†ถ๎†ต๎†ป๎†ข๎†ด๎†ท๎†ถ๎†น๎†ž๎†น๎‡€๎€ƒ๎€…๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ๎†ž๎€ƒ๎€ƒ ๎€š๎†ข๎†ฉ๎†ณ๎†ข๎†ก๎€ƒ๎€˜๎†ข๎†ฟ๎†ป๏ƒฏ London SCM Press Nicolai. 2011. โ€œAn Interpretation of ๎€—๎‹ˆ๎†น๎†ž๎†ป๎€ƒ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€’๎†ž๎†ฎ๎†ด Q. 53. ๎€Ž๎†ถ๎†ผ๎†น๎†ต๎†ž๎†ณ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๎†ฉ๎† ๎€ƒ๎€—๎†ป๎†ผ๎†ก๎†ฉ๎†ข๎†บ๎€ƒ13 2 1-28. Syamsuddin, Sahiron. 2014. โ€œPeaceful Message beyond the Permission of Warfare jihad An Interpretation of Q. 21 39-40.โ€ Dalam ๏„‚๎€™๎†ต๏„ƒ๎† ๎†ถ๎†ด๎†ด๎†ถ๎†ต๎€ƒ ๎€—๎†ถ๎†ผ๎†ต๎†ก๎†บ๏ƒฎ๎€ƒ๎€—๎†ถ๎†ต๎†ง๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎€”๎†ข๎†ž๎† ๎†ข๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎€–๎†ข๎† ๎†ถ๎†ต๎† ๎†ฉ๎†ณ๎†ฉ๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ถ๎†ต๎€ƒ๎†ž๎†ด๎†ถ๎†ต๎†ง๎€ƒ๎€‘๎†ผ๎†บ๎†ณ๎†ฉ๎†ด๎†บ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ ๎€‡๎†จ๎†น๎†ฉ๎†บ๎†ป๎†ฉ๎†ž๎†ต๎†บ๏ƒซ๎€ƒRoberta R. King dan Sooi Ling Tan, eds. Oregon ๏‡ด๏‡ฒ๏‡ณ๏‡น๏„™๎€ƒ ๏…ธ๎€˜๎†ฉ๎†ฃ๎€ƒ ๎€•๎‡€๎†ฝ๏…ท๎†ž๎†น๎€ƒ ๎†บ๎†น๎€ƒ ๎†ฟ๎†ฉ๎†ฃ๎€ƒ ๎€‰๎‡ƒ๎†ก๎†ถ๎‡€๎†พ๎†ซ๎‡๎†ซ๎†พ๎†ฟ๎€ƒ ๎€–๎†ฃ๎†ถ๎†ซ๎†จ๎†ซ๎†บ๎‡€๎†พ๎€ƒ ๎€‡๎†ถ๎†ž๎†ซ๎†ธ๏„˜๎€ƒ ๎€…๎€ƒ ๎€‘๎†ž๏…ต๎†น๎‡’๏…Ÿ๎†ก๎‡€๎†ธ๏…Ÿ๎€‘๎†ž๎†จ๎†ฉ๎‡…๎‡’๎€ƒ๎€…๎†ป๎†ป๎†ฝ๎†บ๎†ž๎†ก๎†ฉ๎€ƒ๎†ž๎†น๎†ข๎€ƒ๎†ซ๎†ฟ๎†พ๎€ƒ๎€…๎†ป๎†ป๎†ถ๎†ซ๎†ก๎†ž๎†ฟ๎†ซ๎†บ๎†น๎€ƒ๎†ฟ๎†บ๎€ƒ๎€•๎€ƒ๏‡ด๏„˜๎€ƒ๏‡ณ๏‡ณ๏‡ณ๏…Ÿ๏‡ณ๏‡ณ๏‡ต๏„™๏…บ๎€ƒ๎€ˆ๎†ž๎†ถ๎†ž๎†ธ๎€ƒ๎€˜๎†น๎†ž๎†ต๎†บ๎†ฃ๎†ถ๎†น๎†ด๎†ž๎†ป๎†ฉ๎†ฝ๎†ข ๎€–๎†ข๎†ž๎†ก๎†ฉ๎†ต๎†ง๎†บ๎€ƒ๎†ถ๎†ฃ๎€ƒ๎€—๎†ž๎† ๎†น๎†ข๎†ก๎€ƒ๎€—๎† ๎†น๎†ฉ๎†ท๎†ป๎†ผ๎†น๎†ข๎†บ๏ƒฎ๎€ƒ๎€‡๎†จ๎†น๎†ฉ๎†บ๎†ป๎†ฉ๎†ž๎†ต๎†บ๎€ƒ๎†ž๎†ต๎†ก๎€ƒ๎€‘๎†ผ๎†บ๎†ณ๎†ฉ๎†ด๎†บ๎€ƒ๎†ฉ๎†ต๎€ƒ๎€ˆ๎†ฉ๎†ž๎†ณ๎†ถ๎†ง๎†ผ๎†ข๏ƒซ๎€ƒSimone Sinn, Dina El Omari, dan Anne Hege Grung, eds. Leipzig Evangelische 2017. ๎€Œ๎†ข๎†น๎†ด๎†ข๎†ต๎†ข๎†ผ๎†ป๎†ฉ๎†ฒ๎†ž๎€ƒ๎†ก๎†ž๎†ต๎€ƒ๎€”๎†ข๎†ต๎†ง๎†ข๎†ด๎†Ÿ๎†ž๎†ต๎†ง๎†ž๎†ต๎€ƒ๎€™๎†ณ๎†ผ๎†ด๎†ผ๎†ณ๎€ƒ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต๏ƒฏ Yogyakarta Nawesea Press dan Baitul Hikmah Press. ๎€˜๎†บ๎‡„๎†ž๎†Ÿ๏„•๎€ƒ ๎€…๎†Ÿ๎†ข๎‡€๎†ถ๎€ƒ ๎€๎†ž๎†ข๎†ฃ๎†ฝ๏„™๎€ƒ ๏‡ณ๏‡ป๏‡ป๏‡ต๏„™๏…ธ๎€…๎†น๎€ƒ ๎€…๎†น๎†ž๎†ถ๎‡„๎†ฟ๎†ซ๎†ก๎†ž๎†ถ๎€ƒ ๎€—๎‡€๎†ฝ๎‡๎†ฃ๎‡„๎€ƒ ๎†บ๎†ค๎€ƒ ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€˜๎†ž๎†Ÿ๎†ž๎†ฝ๎†ซ๏…ท๎†พ๎€ƒ ๎€‰๎‡ƒ๎†ฃ๎†จ๎†ฃ๎†พ๎†ซ๎†พ๎€ƒ ๎†บ๎†ค๎€ƒ ๎†ฟ๎†ฉ๎†ฃ๎€ƒCultural Symbolic Construct of ๎€Š๎†ฉ๎†ป๎†ต๎†ž๏ƒฏโ€ Dalam ๎€…๎†ท๎†ท๎†น๎†ถ๎†ž๎† ๎†จ๎†ข๎†บ๎€ƒ๎†ป๎†ถ๎€ƒ ๎†ป๎†จ๎†ข๎€ƒ ๎€•๎†ผ๎†น๏…๎†ž๎†ต. Hawting dan Shareef, eds. London dan New York Laer, Henry. 1995. ๎€Š๎†ฉ๎†ณ๎†บ๎†ž๎†ฃ๎†ž๎†ป๎€ƒ ๎€—๎†ž๎†ฉ๎†ต. Terj. Yudian W. Asmin dan Torang Rambe. Yogyakarta LPMI.๎€…๎‡…๏…Ÿ๎€ž๎†ž๎†ฝ๎†ด๎†ž๎†พ๎‡„๎‰Œ๏„•๎€ƒ ๎€‘๎‡€๎ˆฝ๎†ž๎†ธ๎†ธ๎†ž๎†ข๎€ƒ ๎†ซ๎†Ÿ๎†น๎€ƒ ๏…ต๎€…๎†Ÿ๎†ข๎€ƒ ๎€…๎†ถ๎†ถ๎‡’๎†ฉ๏„™๎€ƒ ๎€˜๏„™๎†ฟ๎†ฉ๏„™๎€ƒ ๎€…๎†ณ๏„ต๎€†๎†ผ๎†น๎†จ๎‡Ž๎†ต๎€ƒ ๎†ฃ๎ˆป๎€ƒ ๏…‹๎€™๎†ณ๎‹ˆ๎†ด๎€ƒ ๎†ž๎†ณ๏„ต๎€•๎†ผ๎†น๏…๎‡Ž๎†ต, ๎€‘๎‡€๎ˆฝ๎†ž๎†ธ๎†ธ๎†ž๎†ข๎€ƒ๎€…๎†Ÿ๎‹ซ๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€Š๎†ž๎‡ผ๎†ถ๎€ƒ๎€๎†Ÿ๎†ฝ๎‡’๎†ฉ๎‰Œ๎†ธ๏„•๎€ƒ๎†ฃ๎†ข๏„™๎€ƒ๎€†๎†ฃ๎†ซ๎†ฝ๎‡€๎†ฟ๏„˜๎€ƒ๎€ˆ๎‡’๎†ฝ๎€ƒ๎†ž๎†ถ๏…Ÿ๎€‘๎†ž๏…ต๎†ฝ๎†ซ๎†ค๎†ž๎†ฉ๏„™ ... Ketiga, mencari ma'nฤ cum maghzฤ dengan menerka argumen yang sesuai dengan konteks atau isu sekarang, tentunya dengan mempertimbangkan instrumen yang sekarang, dalam hal ini mufassir dituntut untuk berijtihad mengupayakan kemaslahatan dan mewujudkan Islam yang rahmatan lil 'ฤlamฤซn sehingga muncul gagasan baru dari makna terdalam dari suatu ayat atau disebut signifikansi Samsudin, 2019. ...... Adapun tafsir klasik yang bernuanasa linguistik terdapat karya dari Tanwฤซr al-Miqbฤs fi Tafsฤซr Ibn 'Abbas yang disebut sebagai tafsir pertama yang ada, disusul dengan Tafsฤซr milik Muqฤtil Ibn Sulayman, pada tataran pertengahan terdapat tafsir al-Jalฤin milik al-Maแธฅalli dan al-Suyลซti, dan tafsir al-Taแธฅrฤซr wa al-Tanwir milik Ibn 'ฤ€syลซr. Dari beberapa penafsiran yang disebutkan diatas, menurut Sahiron Syamsuddin analisis ini bertujuan untuk mengetahui singkronik/ แนกawฤbฤซt al-ma'na makna asal dan diakronik/ taghayyur al-ma'na makna relasional Samsudin, 2019. ...... With the characteristics and characteristics of Iqro's learning so, the worship frequency will have a very big influence on the length of learning to read. According to Samsudin 2019, the ability to read the Hijaiyah alphabet will be better if the child learns to repeat reading or learning frequency frequently. From some of the literature and studies, obedience in worship must be instilled since early childhood in the form of habituation to discipline. ...... Most of the process of learning to read the Hijaiyah alphabet, all done with the guidance of a teacher of the Qur'an and rarely taught by parents directly. This is by the opinion of Samsudin 2019, that to be able to read Hijaiyah understand the procedures and rules in reading the Qur'an, of course, it must be with the guidance of people who know how to read and understand the Qur'an. ...This study was conducted in order to determine the factors that influence the read ability of Hijaiyah Alphabet in pre-school age children. These factors are the worship places distance, worship frequency, study duration, and parental education. The research was conducted with a quantitative approach using survey methods. The sample of the research was 131 students from Kindergarten Aisyiyah Bustanul Athfal ABA Karangharjo Berbah, Yogyakarta, Indonesia. Data collection techniques in this research were using documentation and questionnaires. Data analysis with multiple regression analysis path analysis models. The results of data analysis showed that there was a large influence of the frequency of worship through length of study on the ability to read the Hijaiyah alphabet by Distance of places of worship has little effect on the ability to read the Hijaiyah alphabet by While parental education does not affect the ability to read the Hijaiyah alphabet with a coefficient of Therefore, active participation from parents is needed to improve the read ability the Hijaiyah alphabet of pre-school children by always providing assistance and supervision in performing worship continuously with the help of technology that makes it easy for them to read the Hijaiyah alphabet. Abdul Muiz AmirBuku ini mengungkap adanya praktik misrepresentasi dalam proses konstruksi penafsiran terhadap redaksi Al-Quran dan hadis, khususnya dalam mode kajian-kajian keagamaan bergenre akhir zaman di YouTube. Bahkan praktik itu rentan berkontribusi terhadap penyebaran doktrin ekstremisme keagamaan di Indonesia. Hal itu disebabkan karena adanya indikasi kesamaan narasi-narasi wacana akhir zaman yang digunakan oleh para mubalig di YouTube dengan narasi indoktrinasi yang digunakan oleh kelompok militansi Jihadis-ekstremisme jaringan transnasional yang menganut ideologi "apocalypticism".Saifuddin Zuhri QudsyAlthaf Husein MuzakkyNgaji online is a new phenomenon that exists in millennial times. In the past, people recited the Koran traditionally by visiting majlis, but in the current era the Koran can be done virtually, it shows that the development of the Qur'an is very dynamic. One of the viral and phenomenal online Korans is the use of the hashtag Gus Bahaโ€™ gusbaha, which is derived from a study delivered by a Qur'anic expert, KH. Bahauddin Nursalim. This paper aims to examine the dynamics of online Koran in the Tagar Gus Bahaโ€™ gusbaha, and their responses and impacts for netizens. This research is qualitative by using reception theory and discourse analysis. The results of this study indicate that the online Koran is positive if the scholars followed have clear integrity and authentic science to avoid misunderstanding and misinterpretation. Tagar Gus Bahaโ€™ comes as a breath of fresh air and has a large role in facilitating access to the understanding of the Qur'an through gadgets or other electronic devices, besides that hashtag gusbaha has also succeeded in restoring the image of Islam which is considered radical to be more harmonious and humanist on social Laili Nabilah Nazahah NajiyahUmi SalamahKhoirun NisaThe Aboge Islamic community has a distinctive feature, namely their calculation system in determining important days by following the teachings of their ancestors. For example, the determination of the 1st of Ramadan. This tradition is very attached to the people of Cikakak Village. In addition, in determining important Islamic days, the Aboge Islamic community only uses the Javanese calendar. The analysis is based on the study of living hadith using a phenomenological approach. There are three important things obtained from this study. First, in determining the 1st of Ramadan, the Aboge Islamic community uses the Javanese calendar with the Aboge calculation system. Second, the Aboge Islamic community is still preserving the traditions of their ancestors, namely establishing the 1st of Ramadan using the Javanese calendar. Third, they believe that what their ancestors commanded is the same as obeying God, as in the Rohmanan Lytto SyahrumMa'alim al-Tanzilby Al-Baghawi is a commentary book that has a concise explanation. Ma'alim al-Tanzil belongs to the commentary bookwhich is in the middle of the discussion, neither too long nor too short. The contents of the discussion are simple and not long winded. This paper wants to discuss about methodology, strenghts and weakness of the Tafsir Al-Baghawi. The method used in this paper is descriptive-analytic with the aim of further discussing and anlysing the interpretation method of the Qurโ€™an used by Al-Baghawi in the book of interpretation. In carrying out the classification analysis, this paper discusses the Ridwan Nasir classification model. The conclusion resulting from this article is seen from the sources of interpretation of Al-Baghawi inclined to use the bi al-Iqtiran method. For breadth of explanation, it falls into the category of interpretation of tafsiliy/it}nabiy. Lather, method of presenting interpretation resulting from the target and order of the verses that are transferred using the interpretation method tahlili. In addition, from several methods used, based on further reading, Tafsir Al-Baghawi has advantages and disadvantages. There fore, this paper only focuson the methodology, weakness and strengths side of the Tafsir Al-Baghawi. AbstrakMa'alim al-Tanzil karya Al-Baghawi merupakan kitab tafsir yang memiliki penjelasan yang ringkas. Ma'alim al-Tanzil tergolong kitab tafsir yang berada di tengah-tengah dalam pembahasannya, tidak terlalu panjang dan juga tidak terlalu pendek. Muatan pembahasannya terbilang sederhana dan tidak bertele-tele. Tulisan ini ingin membahas seputar metodologi, kelebihan dan kekurangan dari kitab Tafsir Al-Baghawi. Metode yang digunakan dalam tulisan ini deskriptif-analitik dengan tujuan mengeksplorasi dan menganalisis lebih jauh metode penafsiran al-Qurโ€™an yang digunakan Al-Baghawi dalam kitab tafsirnya. Dalam melakukan klasifikasi analisis, tulisan ini mengacu pada model klasifikasi Ridwan Nasir. Kesimpulan yang dihasilkan dari artikel ini yaitu dilihat dari sumber penafsiran, Al-Baghawi condong menggunakan metode tafsir bi al-Iqtiran. Untuk keluasan penjelasan masuk pada kategori tafsir tafsily/it}nabiy. Adapun metode penyajian tafsir yang dihasilkan dari sasaran dan tertib ayat yang ditafsirkan menggunakan metode tafsir tahlili. Selain itu, dari beberapa metode yang telah digunakan, berdasarkan pembacaan lebih lanjut, Tafsir Al-Baghawi memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, tulisan ini hanya berfokus pada sisi metodologi, kekurangan dan kelebihan dari Tafsir Al-Baghawi. Kata Kunci Tafsir Al-Baghawi, Metodologi, Kelebihan dan Ulinnuha Mamluatun NafisahTulisan ini membahas tentang pandangan Hasbi Ash-Shiddieqy, Hamka, dan Quraish Shihab mengenai konsepsi moderasi beragama dalam karya tafsirnya. Tulisan ini berangkat dari adanya problem mis-interpretasi atas teks-teks keagamaan yang perlu dilacak secara sosio-historis ke dalam literatur-literatur keilmuan Islam Indonesia, khususnya literatur tafsir. Kemudian dicarikan bentuk interpretasi yang moderat sebagai jalan tengah, atau bahkan antitesis terhadap mis-interpretasi tersebut. Untuk mengetahui pandangan mereka mengenai moderasi beragama, penulis menggunakan pendekatan historis-sosiologis. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa konsepsi Hasbi Ash-Shiddieqy, Hamka, dan Quraish Shihab secara umum dapat digambarkan sebagai berikut Pertama, dari aspek definisi, Hasbi Ash-Shiddieqy, Hamka, dan Quraish Shihab memaknai moderasi beragama secara holistik-komprehensif. Kedua, ada tujuh dimensi moderasi beragama yang dilengkapi dengan indikatornya yaitu; moderasi dalam aspek teologi, ibadah, muamalah, hukum, penciptaan manusia dan alam semesta, pemerintahan dan kuliner. Tujuh dimensi moderasi tersebut sangat relevan dengan konteks masyarakat Indonesia yang baharis, plural, heterogen serta multietnis, bahasa, dan Kunci Moderasi, mis-interpretasi, heterogenAlthaf Husein MuzakkyResponsibility is a substantial thing. Almost at least a large part of welfare is determined by implementing responsibilities. This article explores the story of the Prophet Yลซnus in the Qur'an related to the Responsibility Statement. Through the Abdullah Saeed hermeneutics method this research aims to reveal the significance and value of the hierarchy in the story of the Prophet Yลซnus contained in the QS. al-แนขฤffฤt verses 139-148. The results of this study reveal that in the story of the prophet Yลซnus has significance in the form of tasliyyah entertainment specifically for the prophet Muhammad's task and the da'wah of Islam in general. The significance of the story of the prophet Yลซnus has three urgencies namely Not running away from the responsibilities that have been mandated, not abusing authority, and being patient and polite in Da'wah Facing the Abdel HaleemQuoting out of context can become especially serious when dealing with religious texts. As will be demonstrated in this article, attention to context siyฤq is essential to proper understanding and translation of the Qur'an. However, in much tafsฤซr writing, and in most of the translations of the Qur'an into English, as well as more general discussion of the Qur'an, we come across examples where insufficient regard to the context seriously mars understanding and results in misrepresentation of the Qur'an's message. The study of context has a central place in rhetoric balฤgha and in Qur'anic studies in Arabic, but is hardly mentioned in Qur'anic studies undertaken in English. This article explores the significance of context in reading the Qur'an. In the introduction, I outline the various types of context, and then move on to examine its role in determining the meaning of words and sentences, and in determining the inclusion and omission of material, as well as the order and amount of material used in any given situation in the Qur'an. The discussion will also explore which linguistic features can cause difficulties in determining meaning, and what clues are given in the Qur'an to help identify the context and appropriate meanings of specific passages. Examples will be given from translations of the Qur'an, tafsฤซr, and Qur'anic studies. Bashir Ahmad KamranModern naลผm approaches to the Qur'an ask for a detailed study of the interpretive methodologies and assumptions that function behind them. In order to understand such structural approaches, the present article offers a focused study of two important suras of the Qur'an Q. 107 and Q. 108, involving some polysemous words, in the Urdu tafsiยฏr of Amiยฏn d. 1997, Tadabbur-i Qur'aยฏn. theory of naลผm has gained considerable attention in the academy and is worthy of investigating from new perspectives. It is built on a holistic and unified system of connections within a sura and between suras. The paper aims to investigate the mechanism through which identifies naลผm, and examine its relationship with specific meaning and historical context of a sura. It argues that concept of naลผm, which he presents as an internal feature of the Qur'an, seems to be based on and shaped by a specific view of the life of Prophet It appears that non-linguistic factors play a pivotal role in his theory of naลผm. Therefore, in order to fully comprehend his system of linkages in the Qur'anic discourses, there is a need to further investigate how he understands the biography of the Prophet and the early Islamic history in comparison to other exegetes and historians, and how he approaches the question of the authenticity of our knowledge about the details of Muhammad. Karen BauerThis article describes the relationship between gender hierarchy and spiritual hierarchy in the writings of three Fฤtimid Ismฤ'ฤซ lฤซ authors al-Qฤdฤซ al-Nu'mฤn d. 363/974, Ja'far b. Mansลซr al-Yaman d. 380/990 and al-Mu'ayyad fฤซ'l-Dฤซn al-Shฤซrฤzฤซ d. 470/1078. These authors interpreted references to males and females in the Qur'an as references to spiritual teachers and their students verses that on the outward zฤhir level speak of the gender hierarchy refer, on the inner bฤtin level, to the spiritual hierarchy. We show that, for them, physical gender matters in the physical realm, and a worldly gender hierarchy exists, but physical gender is not always a defining factor in spiritual rankings. We shed light on the way in which these prominent Fฤtimid Ismฤ'ฤซlฤซ thinkers view the base physical realm as a symbolic reference to higher spiritual truths, and give examples of the ways in which specific Qur'anic stories, such as that of Adam and Eve, or Joseph and Zulaykha, are interpreted as referring to the male/teacher and female/student relationship in the spiritual hierarchy. We then compare these writings to the specific defence of a female spiritual leader put forth in the Ghayฤt al-mawฤlฤซd by a slightly later author, al-Khattฤb d. 533/1138-9.Tariq JafferThis article aims to illustrate how al-Razi forges his doctrine on the soul in Mafatih al-ghayb. It investigates al-Razi's analysis of the soul's nature, its generation, and its attachment to the body by examining his exegesis of key Qur'anic verses. It analyses the ways that al-Razi interprets key cosmological terms from the Qur'an including 'soul', 'vital spirit', 'God's command', and 'power', and provides examples of his practical application of tawil to key Qur'anic verses. The article argues that al-Razi moulds ideas from ancient Greek Stoicism and Mutazili theology into Mafatih al-ghayb. By doing so, it illustrates that the hermeneutical device of tawil was instrumental to the process through which al-Razi assimilated eclectic ideas from non-canonical sources into the worldview of SinaiSลซrat al-Najm Q. 53 has received a comparatively generous amount of scholarly attention for two reasons firstly, it is said to have been the original literary context of the so-called Satanic versesโ€™, and secondly, it includes the most elaborate Qur'anic account of a visionary encounter between the Prophet Muแธฅammad and the Qur'an's divine speaker. While the debate around the Satanic verses has centred on the question of their authenticity, the vision account in Q. 53 is significant for the insights it provides into the Qur'anic understanding of prophecy and because its chronological relationship to another early Qur'anic allusion to a visionary experience of the Messenger, Q. 8119โ€“23, has not yet been conclusively determined. The present article will revisit both issues in the course of a holistic reading of the entire sura, dealing first with preliminary matters such as the dating of the sura and redactional considerations, then looking at the text's overall structure and its main themes, and finall...

KajianAl-Qur'an di Indonesia; Sebuah Model Penelitian tafsir. (Telaah Atas "Popular Indonesian Literature of the Qur'an". Karya Howard M. Federspiel) [1] Oleh Ahmad Badrut Tamam[2] A. Pendahuluan. Al Qur'an sebagai kalam Allah, telah menyebut dirinya sebagai "petunjuk bagi manusia" dan memberikan "penjelasan atas segala sesuatu" sedemikian rupa

0% found this document useful 0 votes2K views26 pagesCopyrightยฉ Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2K views26 pagesModel Penelitian TafsirJump to Page You are on page 1of 26 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 12 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 17 to 24 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
1Heruman, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 1 2 Moch. Agar tidak terjadi salah tafsir dalam penelitian ini, maka perlu adanya penegasan istilah sebagai berikut: 1. Secara konseptual a. Cooperative learning
๏ปฟinproceedings{Mustaqim2017MetodePA, title={Metode Penelitian Al-Qurโ€™an dan Tafsir}, author={Abdul Mustaqim}, year={2017} }Buku yang ada di tangan Anda adalah hasil pengalaman riset dan mengajar matakuliah metode penelitian al-Qurโ€™an dan tafsir, selama kurang lebih lima tahun. Setelah penulis merenungkan cukup lama dan mencoba mengendapkan berbagai ide dan gagasan pemikiran terkait dengan riset al-Qurโ€™an dan tafsir, penulis merasa perlu untuk menuliskannya dalam sebuah buku teks atau buku daras. Sebab, memang tidak banyak โ€“ untuk tidak menyebut tidak ada-buku yang secara khusus membincang metodologiโ€ฆ 29 Citations
\n \n\n \nmodel model penelitian tafsir
UEfzeR.
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/408
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/78
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/76
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/273
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/426
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/382
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/412
  • t7v5mvj2lj.pages.dev/461
  • model model penelitian tafsir